Beda Penjajahan Eropa di Asia dan Afrika

Benua Asia dan Afrika merupakan dua benua yang pernah menjadi daerah jajahan negara-negara Eropa. Meski sama-sama menjadi kawasan yang pernah terjajah, kedua kawasan ini mengalami kolonialisme dengan cara dan motif yang berbeda. Hal ini disampaikan oleh dua orang dosen program studi Hubungan Internasional Universitas Islam Indonesia Mohamad Rezky Utama, M.Si dan Wahyu Arif Raharjo, M.Int.Rel dalam talk show bertajuk NGALIR LIVE TALK dengan teman The Rise and Fall of Asia and Africa, Rabu (12/1).

Utama menjelaskan bahwa di Asia sendiri terdapat motif kolonialisme berbeda yang diusung oleh bangsa Eropa. Ia mencontohkan Spanyol dan Portugis pada awalnya mengusung misi gold, glory, dan gospel yang diubah menjadi misi untuk menjadikan negara jajahannya mengadopsi budaya kedua negara tersebut. Sebagai contohnya Filipina yang mengalami kristenisasi secara massal, dan diwajibkan menggunakan bahasa Spanyol.

Gaya yang berbeda diusung oleh Belanda, Prancis, dan Inggris yang lebih mengedepankan motif keuntungan ekonomi melalui perdagangan. Hal ini dilakukan oleh kedua negara tersebut melalui perusahaan dagang seperti Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC) milik Belanda dan East India Company milik Inggris.

Hal berbeda diterapkan dalam penjajahan di benua Afrika yang dilatar belakangi oleh motif mentalitas superior bangsa-bangsa Eropa. Praktik penjualan budak yang sering kali terjadi pada orang Afrika pada saat itu membuktikannya. Arif menjelaskan bahwa dalih lain yang digunakan oleh negara-negara Eropa dalam menjajah Afrika adalah rasisme saintifik yang mencoba untuk mengklasifikasikan kecerdasan setiap bangsa berdasarkan ras seseorang.

Hal ini membuat dogma seolah bangsa Eropa yang berkulit putih jauh lebih cerdas dibandingkan bangsa Afrika kulit hitam. “Ini jadi sebuah motivasi seolah Eropa harus menyelamatkan orang Afrika melalui penjajahan.” Ujar Arif. Motivasi tersebut kemudian menuntun negara-negara Afrika untuk melaksanakan Berlin Conference yang membagi wilayah penjajahan di Afrika  dengan mengusung misi mencerdaskan bangsa Afrika dan mengolah sumber daya yang dimiliki.

Berjuang Keluar dari Kolonialisme

Perbedaan penjajahan di Asia dan Afrika juga terletak pada proses kebangkitan penduduk lokal dalam melawan penjajah. Di Asia, perlawanan terhadap penjajah semula terhalang oleh konsep Nation State yang mampu membuat sekat antar penduduk lokal terkait perbedaan bangsa dan budaya. Namun konsep tersebut mampu dilawan dengan menghadirkan konsep Nation Building.

Konsep ini mampu menyatukan beragam suku dan bangsa dalam usaha melawan penjajahan seperti yang terjadi di India, Filipina, dan Indonesia dengan menyatukan suku bangsa di ketiga negara tersebut. “Hadirnya kebangkitan nasional 1908 dan sumpah pemuda 1928 tidak terlepas dari konsep Nation Building ini.” Ujar Utama.

Sistem yang sama tidak mampu diadopsi di Afrika karena kawasan ini menggunakan sistem pemerintahan suatu wilayah tanpa perbatasan yang jelas. “Konteks lain yang perlu dipahami adalah kehancuran mentalitas Afrika diperparah dengan hadirnya penjajah yang memecah belah suku-suku di Afrika.” Ucap Arif.

Pencerahan datang dari orang-orang Afrika yang telah memahami konsep negara bangsa karena ikut militer asing maupun kuliah di negara lain. Aktivitas mereka kemudian melahirkan gerakan Pan Afrika. (AP/ESP)