Belajar di Luar Negeri Tak Lagi Sekedar Mimpi

Topik mengenai belajar di luar negeri tengah menjadi pembicaraan hangat di kalangan generasi Z. Mimpi tersebut tentunya membutuhkan kiat dan usaha untuk mewujudkannya. Bermimpi bisa dilakukan oleh semua orang, tapi tidak dengan mewujudkannya. Berkenaan topik ini, Tatjana Syafira Fitri berbagi tips kuliah di luar negeri.

Peraih Ritsumeikan APU 2025 ini menyampaikan tiap individu dianugerahi potensi untuk mengubah impian menjadi realita. Ketahui potensi dengan sering merefleksikan diri sendiri. Kenali kelemahan dan kelebihan yang dipunya. “Mengetahui potensi diri adalah proses trial and error,” katanya dalam acara Webinar Bakti Sosial Maba Prometheus pada Sabtu (26/3).

Lebih lanjut, menurutnya dalam perjalanan mencoba banyak hal secara alami kita sedang meraba apa sebenarnya potensi yang dipunya. Rasa tertarik, semangat, ambisi yang dirasakan akan mengarahkannya. “Keluar dari zona nyaman,” tambahnya.

Syafira mengajak audiens untuk membuat mimpi yang besar. Mulailah dari membuat gambaran besarnya. Bayangkan kalian mampu kuliah di luar negeri. Menjelajahi negeri demi negeri. Mulai Australia, Eropa, hingga Amerika. “Bayangkan kebahagiaan saat kalian mampu mewujudkan impian kalian,” katanya.

Menurutnya kini kebanyakan orang fokus pada rasa sakit dan pengorbanan mereka saat membayangkan kuliah di luar negeri. Proses masuk yang sulit, jauh berpisah dari keluarga, menghadapi empat musim, kultur budaya baru, biaya hidup besar, dan banyak lainnya. Hanya fokus pada hal-hal tersebut akan membuat nyali ciut. Justru dengan membayangkan kebahagiaan dan keuntungan saat berhasil kuliah di luar negeri akan memacu terus semangat kita. “Start now, mulai hari ini,” tandasnya.

Syafira menceritakan pengalamannya dulu yang berhasil mengikuti pertukaran pelajar ke Amerika Serikat saat SMA. Baginya pencapaian tersebut dimulai dari mengisi formulir yang bisa dilakukan oleh semua orang. Beranilah mencoba, karena kita tidak pernah tahu. Selain itu siapkan hal penting lainnya. Kemampuan bahasa Inggris, prestasi, public speaking, leadership, dan relasi bukanlah hal yang bisa kita bangun dalam waktu semalam.

Berbicara mengenai public speaking dipaparkan juga oleh Tomy Ristanto, S.H., M.I.K, seorang pembaca berita tersohor di ibu kota. Ia menyampaikan hal paling dasar dalam public speaking seperti menguasai topik yang dikuasai. Tentunya jika topiknya mengenai kesehatan orang yang tepat menyampaikannya adalah yang memiliki latar belakang kesehatan. “Riset adalah segalanya,” katanya.

Riset akan membuat kita memahami betul mengenai materi yang akan dipaparkan. Sehingga saat menjelaskan di depan umum dapat berbicara secara sistematis. Hal tersebut akan menggiring audiens untuk fokus mengikuti materi karena pembicaranya tampak meyakinkan.

Lebih lanjut, Tomrist biasa disapa membagikan tips untuk mengatasi rasa takut saat sedang berbicara di ruang public. Jadilah tipe kelinci yang berani mengambil kesempatan pertama. Sering berlatih dan simulasi agar kemampuannya terus terasah.

Hal lainnya yang penting menurutnya ialah mengenai audiens. Tentunya terdapat perbedaan cara berinteraksi saat berbicara pada mahasiswa dan orang tua. Penampilan juga tak kalah penting, sesuaikan dengan tema dan bentuk kegiatan. “Saat acara formal kita bisa memakai batik,” contohnya.

Terakhir agar diskusi berlangsung renyah dan interaktif, dengan mengajak audiens berinteraksi. Pilih kata-kata yang sesuai, atur intonasi yang tepat, dan gesture yang meyakinkan. (UAH/RS)