Berhati-hati dalam Memilih Teman

Alumnus Ma’had Al-Ilmi Yogyakarta, Ustadz Muhammad Rezki Hr. Ph.D., memberikan kajian online mengenai adab pertemanan pada Sabtu (24/10). Kajian yang diadakan oleh Lembaga Dakwah Universitas Islam Indonesia (UII) ini merujuk pada Kitab Hilyah Tholibi ‘Ilmi karya Syaikh Bakr bin Abdullah Abu Zaid.

“Sesungguhnya tabiat itu bisa menurun. Seperti watak orangtua dapat menurun kepada anaknya, begitu pula dengan kebiasaan teman atau sahabat dapat pula menurun kepada teman di sekelilingnya. Maka berhati-hatilah bergaul dengan orang bersifat jelek,” ujar Ustadz Rezki.

Menurut Ustadz Rezki, manusia selalu memiliki tabiat menirukan kebiasaan orang di kelilingnya. Menjalin pertemanan dengan orang buruk merupakan bencana atau lawan dari keselamatan. Oleh karena itu perlu dilakukan pencegahan, sebab mencegah lebih mudah daripada memperbaiki. Apabila seseorang terlanjut berteman dengan orang buruk maka akan sulit untuk lepas darinya.

“Lebih baik dari awal kita tidak berteman dengan mereka daripada sudah terlanjur lalu untuk memperbaiki susah. Rasulullah peenah sabda bahwa seseorang berada dalam agama temannya. Maksudnya jika agama temannya baik maka ia akan baik, jika tidak maka tidak,” jelasnya.

Ustadz Rezki menuturkan bahwa pertemanan itu menarik. Belum tentu sedarah daging namun bisa memberikan efek atau dampak bagi semuanya. Seperti dalam majelis ilmu di masjid-masjid kampung, jika ada seseorang yang sedang membaca Al-Qur’an, maka yang lain juga ada yang ikut membaca Al-Qur’an. “Penting sekali memilih teman, sahabat. Pilihlah teman yang bisa mendekatkanmu kepada Rab mu, teman yang sejalan dengan maksud dan tujuanmu yang mulia,” tegasnya.

Dalam Kitab Hilyah Tholibi ‘Ilmi karya Syaikh Bakr bin Abdullah Abu Zaid, kata Ustadz Rezki pertemanan dibagi menjadi tiga jenis yakni pertemanan karena adanya manfaat, pertemanan karena kesenangan, dan pertemanan karena kemuliaan. Menurutnya, dua jenis pertemanan pertama yakni karena manfaat dan kesenangan merupakan jalinan teman yang akan berakhir setelah hilang pendorongnya. Pendorong tersebut adalah manfaat dan kesenangan yang sering didapatkan.

Kedua motivasi pertemanan itu dinilai akan gampang putus dan hilang. Contohnya adalah berteman dengan dia karena bermanfaat memberikan harta dan popularitasnya. Sedangkan pertemanan karena kesenangan misalnya berteman sebab temannya lucu, selalu mengajak main, dan mencari hiburan.

Selanjutnya pertemanan ketiga adalah jenis pertemanan yang Insya Allah abadi, sebab jalinan pertemanan yang dibangun karena rasa saling percaya, ikhlas, dan kemuliaan yang tertanam secara kokoh di kedua belah pihak. “Inilah jenis pertemanan seperti mata uang yang langka. Pertemanan di atas kemuliaan bisa saling memberikan manfaat kedua sisi,” ujar Ustadz Rezki.

Di sisi lain, Ustadz Rezki menyampaikan harapannya dengan berteman atau berbaur kepada masyarakat dapat tertular sisi-sisi positif darinya. Namun jika pertemanan memberikan efek buruk maka lebih diutamakan melakukan pengasingan diri atau memutus pertemanan.

“Kata kuncil dalam bergaul adalah proporsional. Karena banyak yang berlebih-lebihan. Makhluk sosial namun sangat sosial. Apa-apa yang jadi standarnya adalah pertemanan. Misalkan duduk terlalu dekat dengan lawan jenis,” tutup Ustadz Rezki. (SF/RS)