Delegasi FK UII Raih Juara 3 Nasional Sinacomp 2020

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (FK UII) kembali menoreh prestasi pada bulan pertama tahun 2021 ini. Pandemi mengubah “normal” menjadi “new normal” namun, hal tersebut bukanlah penghalang bagi mahasiswa FK UII untuk mendapatkan medali. Mahasiswa mengaku lomba daring justru punya banyak keunggulan. Mereka tidak harus jauh datang ke universitas yang mengadakan lomba, tapi hal tersebut tidak mengubah esensi dari pelombaan untuk berdakwah lewat prestasi.

Delegasi FK UII mengikuti acara kompetisi Scientific National Competition (Sinacomp) 2020 yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Mataram (FK UNRAM) dari tanggal 8 Desember 2020 – 28 Januari 2021 secara daring melalui aplikasi zoom. Acara yang digelar untuk kali pertama ini disambut antusias oleh banyak mahasiswa kesehatan di seluruh Indonesia.

Delegasi FK UII yang terdiri dari Hanifah Rifda Nuraini, Anisa Sugiyanti, dan Dwina Permata Sari berhasil meraih gelar juara 3 Nasional Poster Publik. Penilaian lomba sendiri sangatlah ketat. Mulai dari voting di media sosial Instagram dan diambil lima finalis yang mendapatkan vote terbanyak. Kelima finalis tersebut berasal dari UII, Universitas Diponegoro, Universitas Hasannudin, Universitas Jember, dan Universitas Pendidikan Ganesha. Kelima finalis selanjutnya melakukan presentasi dan tanya jawab dengan juri yaitu dr. Lina, dr. Seto, dan dr. Eva dosen FK UNRAM.

Sinacomp untuk cabang poster publik mengambil tema tentang penyakit infeksi. Hal tersebut mendorong delegasi untuk mengambil sub tema mengenai pencegahan penyakit HIV/AIDS dengan judul “WASPADA HIV/AIDS cegah dengan SETIA”. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sel darah putih dan menurunkan sistem imun. Acquired Immune Defficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang disebabkan infeksi HIV. Kasus HIV/AIDS di Indonesia sendiri tergolong cukup tinggi berdasarkan data Kementrian Kesehatan (Kemenkes), dilaporkan pada tahun 2019 terdapat 50.282 masyarakat yang menderita HIV dan 7039 masyarakat penderita AIDS.

Dwina Permata Sari menjelaskan poster yang paparkan menekankan pada pencegahan. Penyakit HIV/AIDS lebih baik dicegah, karena untuk saat ini belum ditemukan obatnya. Menggunakan akronim yang mudah dipahami masyarakat awam, yaitu SETIA. Setia pada pasangan dan tidak seks bebas, tidak memakai jarum suntik bersamaan, Ibu hamil diberi obat antivirus, dan Awas hati-hati saat transfusi darah. Kami berharap tinggi hal tersebut dapat menekan angka HIV/AIDS di Indonesia yang sudah berada di tahap mengkhawatirkan.

Anggota delegasi FK UII berharap masyarakat dapat memahami mengenai gejala HIV/AIDS. Mengenali gejala sejak dini akan mencegah berkembangnya HIV menjadi AIDS. Gejala yang pertama dan paling sering muncul seperti sakit saat menelan dan muncul ruam. Selanjutnya, akan muncul pembesaran kelenjar getah bening yang menandakan penyakit semakin parah. Gejala paling akhir adalah diare sangat parah dan juga penurunan berat badan drastis.

Selain itu diharapkan masyarakat juga menghindari seks bebas yang merupakan cara penularan paling banyak, selain dari ibu ke anak, “Kebanyakan masyarakat awam belum tahu bahaya seks bebas, terutama pada remaja. Kami sebagai mahasiswa kedokteran merasa harus ikut andil dalam hal edukasi penyakit HIV/AIDS kepada masyarakat,” papar Anisa Sugiyanti.

Sementara disampaikan Hanifah Rifda Nuraini, delegasi FK UII sangat prihatin akan pemberian stigma negatif dan diskriminasi masyarakat pada Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). Banyak hoaks yang beredar jika HIV/AIDS dapat menular melalui air liur, sehingga para ODHA dikucilkan.

Oleh karena itu, sangat penting edukasi terkait dengan bahaya HIV/AIDS diberikan sejak dini, terutama pada anak-anak dan remaja bersamaan dengan pendidikan seksual, sehingga nantinya bisa diterapkan hingga dewasa kelak. Karena memang infeksi HIV bisa terjadi kepada siapa saja, dari kalangan usia berapa pun dan dari jenis kelamin apa pun. (UA/RS)