GKBI Tertarik Gandeng UII Perkuat Kapasitas Pengrajin Batik

Revitalisasi industri batik nasional tidak terlepas dari upaya memperkuat kapasitas para pengrajinnya. Keberadaan mereka sangat penting untuk menjaga keberlangsungan dan daya saing batik nasional. Masuknya batik impor yang diharga lebih murah dan tersebar luas perlu disikapi dengan peningkatan kualitas dan harga produksi batik nasional. Untuk itu segenap pihak perlu bersinergi, utamanya pemerintah, para pengusaha batik, dan kalangan akademisi di perguruan tinggi.

Hal ini seperti tergambar dalam pertemuan di antara para pengurus Gabungan Koperasi Batik Indonesia (GKBI) yang berkunjung ke kampus UII. Kedatangan mereka disambut jajaran pimpinan kampus di Gedung Rektorat UII, Senin (28/8). Dalam pertemuan singkat itu, GKBI menyampaikan maksudnya untuk meningkatkan kapasitas para pengrajin dan pengusaha batik daerah. Untuk itu, mereka tertarik menggandeng UII karena kampus ini dinilai memiliki keahlian dan kompetensi yang mumpuni di bidang tekstil.

Disampaikan Rektor UII, Nandang Sutrisno, SH., LLM., M.Hum.,Ph.D, pihaknya dengan tangan terbuka siap memberikan apa yang diperlukan guna meningkatkan daya saing batik Indonesia. Terlebih seperti diketahui, kampus yang dipimpinnya memiliki para ahli dan fasilitas penelitian yang diperlukan guna mencapai hal itu.
“UII dulu dikenal dengan salah satu prodi unggulan yakni Teknik Tekstil, yang kini bertransformasi menjadi Prodi Teknik Kimia. Saat ini kami punya SDM yang sangat berkompeten di bidang tekstil. Akan sangat strategis apabila SDM UII dapat berkolaborasi dengan GKBI”, tambahnya.

Sedangkan pimpinan delegasi GKBI, H. Abdul Haris, M.Si menyebutkan organisasinya terdiri dari koperasi-koperasi primer yang bergerak di bidang perbatikan. Terdapat 39 koperasi primer dengan jumlah anggota yang bervariasi, mulai kurang dari 30 orang hingga koperasi yang anggotanya hampir 600 orang. Total keseluruhan anggota yang terhimpun dalam GKBI sekitar 8.000 orang.

Pihaknya juga menyampaikan salah satu program GKBI adalah pembinaan dan penguatan kapasitas anggota. Dengan jumlah anggota sebesar itu, ia membutuhkan dukungan dari pihak lain, khususnya para akademisi yang menjadi pakar di bidangnya.

“Kami mengharapkan ada pakar dari UII yang dapat mendukung beberapa program GKBI, seperti di antaranya pelatihan dan pendampingan. UII dapat berkontribusi untuk memberikan ilmu terkait perkoperasian maupun praktik ekonomi syariah yang relevan”, ujarnya.

Ia juga menambahkan, GKBI yang bercikal bakal di kota Yogya harus dapat merangkul potensi para akademisi dan pemerhati tekstil di kota pelajar ini demi kemajuan industri batik Indonesia baik di level domestic maupun di level internasional.