, ,

iHiLead Sebagai Tonggak Sekolah Kepemimpinan Perguruan Tinggi

Universitas Islam Indonesia (UII) mengadakan program Penjaringan Gagasan Sekolah Kepemimpinan sebagai tindak lanjut dari Program Indonesian Higher Education Leadership (iHiLead). Acara yang dihadiri oleh segenap pimpinan UII ini berlangsung pada Selasa (13/7).

IHiLead merupakan upaya kolektif yang disponsori Erasmus+ dan diikuti oleh 7 universitas di Indonesia, 3 universitas di Eropa, dan didukung oleh Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia yang bertujuan untuk membangun sebuah sekolah kepemimpinan pada tahun 2021 hingga 2024. Program ini dilatarbelakangi oleh munculnya tantangan kepemimpinan di berbagai universitas. Universitas kerap menghadapi ketimpangan antara tantangan sistem pendidikan tinggi dengan ketersediaan dukungan finansial serta kebutuhan operasional perguruan tinggi yang kurang memadai.

Salah satu upaya mengatasinya adalah dengan fokus pada pengembangan kapasitas pemimpin di berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Sebagaimana disampaikan oleh Dr.-Ing. Ir. Ilya Fadjar Maharika, MA., IAI. selaku Kepala Badan Perencanaan dan Pengembangan serta koordinator program iHiLead UII. “Output akhir dari program sekolah Kepemimpinan adalah sebuah laboratorium kepemimpinan yang didanai oleh Uni Eropa.” Ujar Ilya.

Di tahun 2021, iHiLead menargetkan dapat menuntaskan persiapan sekolah kepemimpinan. Implementasi sekolah kepemimpinan melalui uji, persiapan materi, dan implementasi pelatihan kepemimpinan di perguruan tinggi mitra ditargetkan berjalan pada tahun 2022. Sedangkan di tahun 2023, iHiLead berharap mampu mengimplementasikan jejaring, evaluasi jejaring serta menyusun rekomendasi dan diseminasi ke anggota konsorsium yang kemudian akan ditutup dengan laporan hasil pelaksanaan program di tahun 2024.

Ilya menegaskan bahwa program iHiLead memiliki 3 opsi jejaring organisasi, yakni perguruan tinggi yang memiliki konsorsium independen dan sekolah kepemimpinan, sebuah konsorsium yang terdiri dari perguruan tinggi dan sekolah kepemimpinan yang terverifikasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) atau sebuah perguruan tinggi yang memiliki suatu fakultas khusus dengan fokus studi kepemimpinan.

Ilya juga menyadari adanya berbagai tantangan di depan mata seperti pembentukan kurikulum yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan internal, pemilihan trainer yang tepat, implementasi program dan pelatihan bagi para trainer, pelaksanaan asesmen hingga tindak lanjut program, serta rencana aksi di masa mendatang. Saat ini mitra program hanya terdiri dari berbagai perguruan tinggi di pulau Jawa sehingga konsorsium juga dihadapkan pada tantangan untuk memperluas cakupan jaringan di luar pulau Jawa.

Rektor UII, Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D., dalam sambutannya menggarisbawahi sekolah kepemimpinan sangat penting. Menurutnya belum ada sekolah khusus yang bertujuan menjadi wadah kaderisasi pemimpin kampus. Proses kaderisasi pemimpin di lingkungan kampus lebih sering berjalan natural tanpa sebuah intervensi yang sistematis.

Ia menambahkan UII sebelumnya telah menginisiasi gagasan serupa yakni dengan memasukkan kurikulum sekolah kepemimpinan di masa pra-jabatan bagi para dosen baru. Ia pun berencana membentuk sebuah sekolah kepemimpinan dosen yang akan terus digodok untuk menyesuaikan level yang dimiliki. “Pemimpin itu bisa dilatih, sehingga dengan titik tolak itu kita memiliki sekolah kepemimpinan.” tutup Fathul Wahid.

Sementara itu, Ir. Wiryono Raharjo, M.Arch., Ph.D selaku Wakil Rektor Bidang Networking dan Kewirausahaan UII menjelaskan bahwa IHilead merupakan salah satu cabang program Erasmus+ di Indonesia yakni Capacity Building for Higher Education (CBHE). Selain mendorong program beasiswa pendidikan gelar maupun non gelar dan training bagi sivitas akademika, Erasmus+ juga memperkuat kerjasama negara-negara dengan mitra Uni Eropa sebagai penyokong dana.

Wiryono menambahkan kolaborasi dengan Erasmus+, telah menghasilkan beberapa sub-program CBHE. Di antaranya seperti Erasmus+ REPESEA (Assessing and Improving Research Performance at South East Asian Universities), Erasmus+ GITA (Growing Indonesia: a Triangular Approach) yang melahirkan Direktorat Simpul Tumbuh UII. Ada juga Erasmus+ BUILD (Building Universities in Leading Disaster Resilience) sebagai respon gempa bumi di Palu dan Erasmus+ ANGEL (ASEAN Network for Green Entrepreneurship and Leadership). (AP/ESP)