Pada wisuda kali ini, saya ingin berbagi dengan Saudara beberapa pelajaran dan refleksi berharga dari buku The Good Life: Lessons From the World’s Longest Scientific Study of Happiness karya Robert Waldinger dan Marc Schulz (2023). Buku ini termasuk salah satu yang direkomendasikan oleh McKinsey tahun lalu, 2023. Buku ini tidak hanya memberikan wawasan tentang kebahagiaan, tetapi juga memberikan panduan hidup yang relevan, terutama Saudara yang sedang bersiap memasuki fase baru kehidupan.
Buku ini didasarkan pada Harvard Study of Adult Development, penelitian luar biasa yang telah berlangsung selama lebih dari 85 tahun. Saat ini, cohort yang diteliti sudah sampai pada generasi kedua. Penelitian ini dimulai pada 1938 dan mengikuti kehidupan ratusan orang dari berbagai latar belakang, untuk menjawab satu pertanyaan sederhana namun mendalam: Apa yang membuat hidup kita benar-benar bahagia?
Kita mulai dengan ilustrasi pembuka.
Jebakan pembandingan
Banyak orang, terutama generasi milenial, menganggap kebahagiaan sebagai ukuran kehidupan yang baik dan percaya bahwa itu dapat dicapai melalui kekayaan dan ketenaran. Dalam survei terhadap kaum milenial, lebih dari 80% menyatakan keinginan untuk menjadi kaya, 50% ingin terkenal, dan 50% berharap memiliki karier yang cemerlang.
Namun, penelitian menunjukkan bahwa meskipun negara-negara Barat semakin makmur, tingkat kebahagiaan masyarakat justru menurun. Kebahagiaan individu tampaknya mencapai puncaknya pada pendapatan rumah tangga yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, tempat tinggal, kesehatan, dan pendidikan anak. Di atas jumlah tersebut, peningkatan pendapatan hanya berdampak kecil pada kebahagiaan.
Salah satu alasan banyak orang salah mengira uang adalah kunci kebahagiaan adalah karena definisi “kehidupan yang baik” sering ditentukan oleh masyarakat, bukan oleh diri sendiri. Revolusi digital, media sosial, standar yang tidak realistis, dan iklan yang mendominasi ruang publik menciptakan ilusi bahwa konsumsi adalah sumber kebahagiaan.
Generasi muda, yang lebih terhubung dengan dunia digital dibanding generasi sebelumnya, menjadi semakin rentan terhadap siklus perbandingan ini. Kita cenderung membandingkan bagian dalam diri kita dengan bagian luar orang lain.
Penelitian yang dilakukan oleh tim Universitas Harvard tersebut menemukan satu kesimpulan sangat penting: hubungan yang kuat dan positif sangat penting untuk menghadirkan kebahagiaan dan menjaga kesehatan. Temuan ini sangat relevan bagi kita semua, terutama Saudara yang akan segera melangkah ke dunia baru yang penuh tantangan.
Beberapa pelajaran dan refleksi dapat kita bahas ringkas dalam kesempatan ini.
Membina hubungan
Pertama, kita perlu melakukan investasi untuk membangun hubungan. Hidup yang bahagia dan sehat berakar pada hubungan yang bermakna. Penelitian ini menemukan bahwa orang-orang yang memiliki hubungan yang dekat, saling mendukung, dan penuh kasih dengan keluarga, teman, atau komunitas, cenderung lebih bahagia dan hidup lebih lama. Sebaliknya, mereka yang merasa kesepian atau terisolasi lebih rentan terhadap penyakit fisik dan mental.
Ketika Saudara melangkah ke dunia kerja atau melanjutkan pendidikan, godaan untuk terjebak dalam kesibukan dan ambisi pribadi sangat besar. Saudara mungkin merasa bahwa waktu untuk keluarga atau teman adalah hal yang bisa ditunda. Tetapi ingatlah, kebahagiaan tidak hanya berasal dari pencapaian profesional, tetapi dari momen sederhana—berbagi tawa, dukungan, atau bahkan kehadiran bersama orang-orang tercinta.
Memiliki jaringan sosial yang lebih luas dan lebih aktif secara sosial berkontribusi pada perlambatan munculnya penyakit dan penurunan fungsi kognitif. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa individu yang menikah cenderung memiliki harapan hidup lebih panjang—sekitar 5-12 tahun lebih lama untuk perempuan dan 7-17 tahun lebih lama untuk laki-laki.
Penelitian juga menunjukkan bahwa kesepian memiliki dampak negatif terhadap kesehatan yang setara dengan merokok setengah bungkus sehari, tekanan darah tinggi, atau obesitas. Kesepian dapat mempercepat penurunan fungsi kognitif dan fisik, menyebabkan hipertensi akibat stres, gangguan tidur, peningkatan respons kardiovaskular, penurunan imunitas, serta memicu peradangan kronis.
Pak Kahar, salah satu pendiri dan rektor pertama UII, merupakan salah satu teladan. Beliau sangat suka menjalin silaturahmi. Semasa hidupnya, ketika melakukan perjalanan ke luar kota, Pak Kahar tak jarang berusaha bertemu dengan para sahabat dan keluarganya yang tinggal di kota yang dilewati, meski hanya sejenak.
Dalam ajaran agama Islam, menjalin silaturahmi memberikan banyak manfaat, termasuk membuka pintu rezeki dan memperpanjang umur. Studi Universitas Harvard memberikan basis saintifik untuk ajaran ini.
Apa refleksi lanjutan yang dapat kita lakukan?
Hidup seimbang dan sukses
Kedua, kita perlu mengupayakan keseimbangan dalam hidup. Hidup yang penuh kebahagiaan adalah hidup yang seimbang (cf. Peronne, 2000). Studi terdahulu juga menunjukkan bahwa mereka yang mampu menjaga keseimbangan antara pekerjaan, kehidupan pribadi, dan kesehatan mental lebih cenderung bahagia dalam jangka panjang.
Di dunia yang semakin kompetitif ini, Saudara akan menghadapi tekanan untuk terus bergerak maju—mencapai lebih banyak, bekerja lebih keras, dan membuktikan diri. Namun, penting untuk diingat bahwa keseimbangan adalah kunci.
Jangan pernah mengabaikan kesehatan Saudara, baik fisik maupun emosional. Kadang, kita perlu meluangkan waktu untuk diri sendiri, lakukan hal-hal yang dapat kita nikmati, dan jangan ragu untuk berhenti sejenak untuk merenung dan mengisi ulang energi. Tentu, semuanya perlu dilakukan dalam kadar terukur.
Ketiga, kita perlu memikirkan ulang makna kesuksesan yang sejati. Dalam perjalanan hidup, kita sering diajarkan untuk mengejar kesuksesan material dan prestasi akademik. Namun, beragam penelitian mengingatkan kita bahwa kesuksesan sejati adalah tentang memberi makna pada hidup kita—bukan hanya untuk diri sendiri tetapi juga untuk orang lain (e.g. Morelli, Lieberman & Zaki, 2015; Aknin et al., 2013).
Pendidikan dan keterampilan yang kita miliki, memberikan kekuatan untuk menciptakan perubahan positif di sekitar kita. Jadilah individu yang tidak hanya memikirkan “apa yang bisa saya capai,” tetapi juga bertanya, “apa yang bisa saya berikan kepada orang lain?” Ini adalah esensi dari hidup yang bermakna.
Ajaran Islam memberikan arahan bahwa sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain.
Tentu, tak seorang pun bahagia sepanjang waktu. Kehidupan tidak pernah kalis dari masalah dan tantangan. Pelajaran yang kita dapat dalam menyelesaikan masalah dan melewati tantangan akan memperkaya referensi kita untuk menatap masa depan dengan lebih baik. Kebahagian mempunyai orientasi waktu ke depan.
Referensi
Aknin, L. B., Dunn, E. W., Sandstrom, G. M., & Norton, M. I. (2013). Does social connection turn good deeds into good feelings?: On the value of putting the ‘social’in prosocial spending. International Journal of Happiness and Development, 1(2), 155-171.
Morelli, S. A., Lieberman, M. D., & Zaki, J. (2015). The emerging study of positive empathy. Social and Personality Psychology Compass, 9(2), 57-68.
Peronne, K. M. (2000). Balancing life roles to achieve career happiness and life satisfaction. Career Planning and Adult Development Journal, 15(4), 49-58.
Waldinger, R., & Schulz, M. (2023). The good life: Lessons from the world’s longest scientific study of happiness. Simon and Schuster.
Sambutan pada wisuda Universitas Islam Indonesia, 30 November dan 1 Desember 2024
Fathul Wahid
Rektor Universitas Islam Indonesia 2022-2026
UII Gelar International Students Gathering 2024
Direktorat Kemitraan dan Kantor Urusan Internasional (DK/KUI) Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar International Students Gathering 2024 pada Jumat (13/12) di Gedung Sardjito UII. Acara ini diadakan untuk mempertemukan mahasiswa internasional dari berbagai angkatan, sekaligus memantau serta mengevaluasi kemajuan akademik, tantangan, dan pengalaman selama menempuh studi.
Read more
Optimalkan Pendataan Medis Digital, PSIMed UII Hadirkan Aplikasi ILP
Pusat Studi Informatika Medis (PSIMed) Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar Workshop Aplikasi ILP (Integrasi Layanan Primer) pada Selasa (10/12) di Auditorium Gedung K.H. Mansyur Fakultas Teknologi Industri (FTI) UII. Workshop kali ini mengundang seluruh perwakilan Dinas Kesehatan (Dinkes) di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) beserta perwakilan dari puskesmas dan kader-kader posyandu, serta perwakilan dari Kalurahan Tirtorahayu, Kapanewon Galur, Kabupaten Kulon Progo sebagai mitra sektor pemerintahan dari PSIMed UII.
Workshop ini memperkenalkan Aplikasi ILP sebagai aplikasi pencatatan dan pelaporan medis yang dibuat dan dikembangkan oleh PSIMed UII kepada Dinkes, puskesmas, dan posyandu yang kedepannya dapat mempermudah bagi ketiga layanan kesehatan masyarakat tersebut dalam pendataan kesehatan masyarakat khususnya ibu dan anak secara digital. Kemudian, semua peserta mempraktekan langsung pengisian data di aplikasi ILP yang dikawal oleh salah satu tim PSIMed UII, Elyza Gustri Wahyuni, S.T., M.Cs.
Ketua Jurusan Informatika, Dr. Raden Teduh Dirgahayu, S.T., M.Sc dalam sambutan sekaligus membuka kegiatan ini berharap pengembangan aplikasi ILP ini dapat memberi manfaat kepada masyarakat luas khususnya pada layanan kesehatan masyarakat.
“Perguruan tinggi tidak lagi hanya menjadi menara gading yang indah dilihat tetapi juga menebar manfaat kepada masyarakat, sebagaimana seperti sepenggal visi UII yaitu menjadi rahmatan lil alamin, menjadi rahmat bagi seluruh semesta. Terima kasih kepada seluruh peserta yang hadir, dan dosen-dosen Jurusan Informatika yang selalu aktif melakukan kegiatan di pusat studi ini. Semoga acara hari ini bermanfaat bagi semua dan berjalan lancar,” harap Ketua Jurusan Informatika UII ini.
Senada, Dr. Sri Kusumadewi, S.Si., M.T selaku perwakilan tim PSIMed UII mengatakan pengembangan aplikasi teknologi informasi medis khususnya untuk posyandu sudah dilakukan sejak 4 tahun lalu. Seiring berjalannya waktu, tim PSIMed UII berinisiatif untuk merancang dan mengembangkan sistem integrasi layanan primer dalam rangka menyeleraskan perkembangan digital dan kebutuhan masyarakat.
“Aplikasi ILP ini memang sedang dalam pengembangan. Maka dari itu, maksud kami mengundang Bapak/Ibu untuk memberikan masukan terkait dengan aplikasi ini. Sehingga, ketika aplikasi ini dijalankan, bisa sesuai dengan apa yang dibutuhkan tidak hanya bagi Dinkes (Dinas Kesehatan -red) tetapi untuk puskesmas dan posyandu juga. Karena posyandu yang pertama kali memberikan data, nah sedapat mungkin data yang diberikan dari row yang paling bawah yaitu masyarakat itu sendiri yang selama ini dilakukan oleh teman-teman kader posyandu,” ungkap Direktur Pendayagunaan Sumber Daya UII ini.
Lebih lanjut, Perwakilan Dinkes Provinsi DIY, Erent Ersantika Sari, S.K.M. mengucapkan rasa terima kasih kepada PSIMed UII yang telah menginisiasi aplikasi ILP ini yang mampu mempermudah dalam pencatatan dan pelaporan data medis masyarakat.
“Nah, harapan kami pengabdian ini dapat terus berjalan jadi nanti aplikasi ini dapat diintegrasikan ke pusat (Kementerian Kesehatan -red) karena di era tranformasi kesehatan ini kita semua akan berbasis rekam medis elektronik sehingga pencatatan dari posyandu sampai ke rumah sakit akan ada dalam dashboard aplikasi Satu Sehat dari Kemenkes,” harap Erent.
Dalam kesempatannya, Erent bercerita bahwa masih banyak kader-kader posyandu masih dengan cara manual dalam memasukkan data, tetapi ada juga yang sudah menggunakan sistem pencatatan dan pelaporan. Maka dari itu, Erent berharap aplikasi ILP ini bisa digunakan diseluruh puskesmas dan posyandu di DIY bahkan di tingkat nasional.
“Harapan kami aplikasi ini tidak hanya bisa dibaca di DIY tapi di nasional. Kami menyambut baik pengabdian masyarakat ini, kita berharap bisa terus bekerja sama sampai aplikasi ini bisa bareng-bareng kita gunakan di DIY dan terintegrasi di Pusdatin Kemenkes,” ungkap Erent.
Disampaikan oleh Rahmatullah, sebagai staf Kalurahan Tirtorahayu sebagai mitra dari PSIMed UII, sebelum adanya aplikasi ILP ini pencatatan posyandu di Kalurahan Tirtorahayu masih sangat manual dengan menggunakan format buku catatan yang berulang-ulang dalam pencatatatannya dan menghabiskan banyak kertas.
“Kemudian, saya googling apakah ada sistem yang bisa mencatat secara lebih terstruktur, lebih akurat dan mendekati valid, akhirnya ketemulah UII, saya kontak pihak FTI dan dihubungkan ke Bu Cici. Kami (Pemerintah Kalurahan Tirtorahayu (-red)) memulai dengan zoom meeting yang intinya pihak kami minta dibuatkan sistem karena memang pencatatan dari posyandu selama ini masih sangat jadul. Kemudian dibuatkan aplikasi dan 2,5 tahun sudah berjalan di kalurahan kami,” ungkap Rahmatullah.
Rahmatullah mengatakan banyak manfaat yang dirasakan oleh Kalurahan Tirtorahayu dengan adanya aplikasi ILP ini seperti data yang lebih terstruktur dan mudah diperoleh sehingga membantu Kalurahan Tirtorahayu dalam mengambil keputusan dan kebijakan.
“Contohnya dalam hal kehadiran masyarakat di posyandu, dengan adanya aplikasi ini, kami bisa tahu kehadiran peserta posyandu sehingga dari situ kami bisa menentukan, evaluasi, dan solusi yang harus dilakukan dengan adanya aplikasi itu itu. Kemudian, karena data yang tersampaikan ke kami (Pemerintah Kalurahan Tirtorahayu -red) yang sudah terstruktur, banyak lembaga yang memanfaatkan mislanya dari unsur PKK, unsur penyuluh keluarga berencana, kemudian dari mahasiswa dan lembaga yang membutuhkan data posyandu, jadi kami tidak kesulitan lagi dalam penyediaan data. Selain itu, puskesmas tidak ngerepoti kader posyandu lagi dengan minta data karena sudah ada pada dashboard aplikasi ini,” jelas Staff Pelungguh Kalurahan Tirtorahayu ini.
“Sejauh ini kami menggunakan SIP sangat bermanfaat bagi kami, terutama dalam pengambilan kebijakan dan keputusan dalam rangka peningkatan dan optimalisasi pembangunan kalurahan. Kedua, kita bisa menekan anggaran untuk mencetak buku-buku SIP. Alhamdulillah dari 14 posyandu kami sampai saat ini sudah 100% menggunakan SIP ini,” tuturnya.
Ditekankan lagi oleh Dian Widi Astuti sebagai salah satu kader posyandu Kalurahan Tirotrahayu, dengan adanya aplikasi ILP ini ia tidak bingung lagi saat ditanya oleh puskesmas dan tim Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) terkait data posyandu karena Ia tinggal mengirimkan data dari aplikasi ILP kepada pihak terkait.
“Setiap saat puskesmas dan PKK selalu tanya ke saya untuk data dari posyandu, dengan adanya aplikasi ini alhamdulillah tinggal lihat dan kirimkan datanya dari HP, kalo dulu harus biyak-biyak, terus cari ditumpukan dalam lemari, belum lagi sudah kusut dan hilang. Saya berharap aplikasi ini bisa diperluas lagi aplikasinya agar bisa bermanfaat ke yang lain,” ungkap Dian. (AHR/RS)
UII International Days, Tampilkan Beragam Budaya dari Berbagai Negara
Direktorat Kemitraan/Kantor Urusan Internasional (DK/KUI) Universitas Islam Indonesia (UII) di tahun 2024 ini kembali menggelar International Days, sebuah ajang perayaan dengan mengusung tema keberagaman budaya dari seluruh dunia serta inovasi karya mahasiswa. Acara tahunan ini berlangsung selama dua hari, mulai Jumat (6/12) hingga Sabtu (7/12) sebagai wadah bagi mahasiswa untuk berbagi, belajar, dan berkolaborasi dengan peserta dari berbagai latar belakang. Read more
Imbauan untuk Waspada Terhadap Penipuan
Menanggapi beredarnya informasi terkait Rekrutmen Dosen Tetap Universitas Islam Indonesia (UII) melalui laman rekrutmentuii.baaiill.com, dengan ini kami tegaskan bahwa informasi tersebut adalah palsu dan tidak berasal dari pihak UII.
Kami mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk selalu berhati-hati terhadap informasi yang beredar dan senantiasa melakukan verifikasi langsung kepada sumber resmi di UII.
UII berkomitmen untuk mengambil langkah tegas terhadap setiap upaya penyebaran informasi palsu dan tindak penipuan, termasuk tindakan hukum apabila diperlukan.
FTSP UII dan Pemkot Bontang Gelar Laporan Akhir Kerja Sama Infrastruktur
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) bersama Pemerintah Kota Bontang menggelar sesi laporan akhir kerja sama pada Jumat (6/12), di Indoluxe Hotel, Yogyakarta. Kerja sama ini berfokus pada Perencanaan Teknis Peningkatan Infrastruktur yang mencakup tiga proyek utama yakni perkuatan tebing Sungai Bontang di Kelurahan Kanaan, saluran drainase di Jalan HM. Ardhans di Kelurahan Satimpo, serta pembangunan Jalan Inspeksi Sungai Dahlia. Proyek ini yang akan direalisasikan pada tahun 2025 mendatang. Read more
Memahami Al-Qur’an dengan Meneladan Rasulullah
Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menggelar Ngaji Bareng bertajuk Memahami Al-Qur’an dengan Meneladan Rasulullah pada Kamis (5/12) di Auditorium Prof. K.H. Abdul Kahar Mudzakkir, Kampus Terpadu UII. Ngaji bareng ini menghadirkan Prof. Dr. M. Quraish Shihab, Lc., M.A. dan K.H. Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang kerap disapa dengan Gus Baha.
Read more
Angkat Tema Global Harmony, UII Sukses Gelar International Office Conference
Universitas Islam Indonesia (UII) sukses menggelar International Office Conference (IOC) 2024 dengan tema “Global Harmony.” Acara yang berlangsung selama tiga hari, 28-30 November 2024, bertempat di Hotel Royal Ambarrukmo, Yogyakarta ini dihadiri lebih dari 80 peserta yang mewakili berbagai institusi baik dari dalam dan luar negeri. Acara IOC 2024 ini diselenggarakan dengan dukungan dari konsorsium NUNI (Jejaring Perguruan Tinggi Nusantara), dan Passage to ASEAN, serta sejumlah universitas di Indonesia yaitu BINUS University, Universitas Swadaya Gunung Jati, Universitas Islam Riau, Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya, dan Universitas YARSI.
Read more
UII Kukuhkan Dua Profesor dari Fakultas Bisnis dan Ekonomika
Universitas Islam Indonesia (UII) mengukuhkan dua profesor dari Fakultas Bisnis dan Ekonomika (FBE) pada Selasa (3/12) di Auditorium Prof. K.H. Abdul Kahar Muzakkir, Kampus Terpadu UII. Dua guru besar yang dikukuhkan yakni Prof. Johan Arifin, S.E., M.Si., Ph.D., pada bidang ilmu akuntansi sektor publik, dan Prof. Dr. Drs. Sutrisno, M.M., dalam bidang ilmu manajemen keuangan. Read more
UII Fasilitasi Wisuda Sekolah Lansia GEMATI
Sebanyak 36 wisudawan dan wisudawati Sekolah Lansia GEMATI berhasil menyelesaikan studi dan mengikuti prosesi Wisuda Periode I Tahun 2024 pada Kamis (28/11) di Auditorium Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (UII). Acara yang digelar dengan penuh khidmat ini menjadi simbol semangat keberdayaan para lansia di Kota Yogyakarta.
Read more
Hubungan Baik adalah Kunci Kebahagiaan
Pada wisuda kali ini, saya ingin berbagi dengan Saudara beberapa pelajaran dan refleksi berharga dari buku The Good Life: Lessons From the World’s Longest Scientific Study of Happiness karya Robert Waldinger dan Marc Schulz (2023). Buku ini termasuk salah satu yang direkomendasikan oleh McKinsey tahun lalu, 2023. Buku ini tidak hanya memberikan wawasan tentang kebahagiaan, tetapi juga memberikan panduan hidup yang relevan, terutama Saudara yang sedang bersiap memasuki fase baru kehidupan.
Buku ini didasarkan pada Harvard Study of Adult Development, penelitian luar biasa yang telah berlangsung selama lebih dari 85 tahun. Saat ini, cohort yang diteliti sudah sampai pada generasi kedua. Penelitian ini dimulai pada 1938 dan mengikuti kehidupan ratusan orang dari berbagai latar belakang, untuk menjawab satu pertanyaan sederhana namun mendalam: Apa yang membuat hidup kita benar-benar bahagia?
Kita mulai dengan ilustrasi pembuka.
Jebakan pembandingan
Banyak orang, terutama generasi milenial, menganggap kebahagiaan sebagai ukuran kehidupan yang baik dan percaya bahwa itu dapat dicapai melalui kekayaan dan ketenaran. Dalam survei terhadap kaum milenial, lebih dari 80% menyatakan keinginan untuk menjadi kaya, 50% ingin terkenal, dan 50% berharap memiliki karier yang cemerlang.
Namun, penelitian menunjukkan bahwa meskipun negara-negara Barat semakin makmur, tingkat kebahagiaan masyarakat justru menurun. Kebahagiaan individu tampaknya mencapai puncaknya pada pendapatan rumah tangga yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, tempat tinggal, kesehatan, dan pendidikan anak. Di atas jumlah tersebut, peningkatan pendapatan hanya berdampak kecil pada kebahagiaan.
Salah satu alasan banyak orang salah mengira uang adalah kunci kebahagiaan adalah karena definisi “kehidupan yang baik” sering ditentukan oleh masyarakat, bukan oleh diri sendiri. Revolusi digital, media sosial, standar yang tidak realistis, dan iklan yang mendominasi ruang publik menciptakan ilusi bahwa konsumsi adalah sumber kebahagiaan.
Generasi muda, yang lebih terhubung dengan dunia digital dibanding generasi sebelumnya, menjadi semakin rentan terhadap siklus perbandingan ini. Kita cenderung membandingkan bagian dalam diri kita dengan bagian luar orang lain.
Penelitian yang dilakukan oleh tim Universitas Harvard tersebut menemukan satu kesimpulan sangat penting: hubungan yang kuat dan positif sangat penting untuk menghadirkan kebahagiaan dan menjaga kesehatan. Temuan ini sangat relevan bagi kita semua, terutama Saudara yang akan segera melangkah ke dunia baru yang penuh tantangan.
Beberapa pelajaran dan refleksi dapat kita bahas ringkas dalam kesempatan ini.
Membina hubungan
Pertama, kita perlu melakukan investasi untuk membangun hubungan. Hidup yang bahagia dan sehat berakar pada hubungan yang bermakna. Penelitian ini menemukan bahwa orang-orang yang memiliki hubungan yang dekat, saling mendukung, dan penuh kasih dengan keluarga, teman, atau komunitas, cenderung lebih bahagia dan hidup lebih lama. Sebaliknya, mereka yang merasa kesepian atau terisolasi lebih rentan terhadap penyakit fisik dan mental.
Ketika Saudara melangkah ke dunia kerja atau melanjutkan pendidikan, godaan untuk terjebak dalam kesibukan dan ambisi pribadi sangat besar. Saudara mungkin merasa bahwa waktu untuk keluarga atau teman adalah hal yang bisa ditunda. Tetapi ingatlah, kebahagiaan tidak hanya berasal dari pencapaian profesional, tetapi dari momen sederhana—berbagi tawa, dukungan, atau bahkan kehadiran bersama orang-orang tercinta.
Memiliki jaringan sosial yang lebih luas dan lebih aktif secara sosial berkontribusi pada perlambatan munculnya penyakit dan penurunan fungsi kognitif. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa individu yang menikah cenderung memiliki harapan hidup lebih panjang—sekitar 5-12 tahun lebih lama untuk perempuan dan 7-17 tahun lebih lama untuk laki-laki.
Penelitian juga menunjukkan bahwa kesepian memiliki dampak negatif terhadap kesehatan yang setara dengan merokok setengah bungkus sehari, tekanan darah tinggi, atau obesitas. Kesepian dapat mempercepat penurunan fungsi kognitif dan fisik, menyebabkan hipertensi akibat stres, gangguan tidur, peningkatan respons kardiovaskular, penurunan imunitas, serta memicu peradangan kronis.
Pak Kahar, salah satu pendiri dan rektor pertama UII, merupakan salah satu teladan. Beliau sangat suka menjalin silaturahmi. Semasa hidupnya, ketika melakukan perjalanan ke luar kota, Pak Kahar tak jarang berusaha bertemu dengan para sahabat dan keluarganya yang tinggal di kota yang dilewati, meski hanya sejenak.
Dalam ajaran agama Islam, menjalin silaturahmi memberikan banyak manfaat, termasuk membuka pintu rezeki dan memperpanjang umur. Studi Universitas Harvard memberikan basis saintifik untuk ajaran ini.
Apa refleksi lanjutan yang dapat kita lakukan?
Hidup seimbang dan sukses
Kedua, kita perlu mengupayakan keseimbangan dalam hidup. Hidup yang penuh kebahagiaan adalah hidup yang seimbang (cf. Peronne, 2000). Studi terdahulu juga menunjukkan bahwa mereka yang mampu menjaga keseimbangan antara pekerjaan, kehidupan pribadi, dan kesehatan mental lebih cenderung bahagia dalam jangka panjang.
Di dunia yang semakin kompetitif ini, Saudara akan menghadapi tekanan untuk terus bergerak maju—mencapai lebih banyak, bekerja lebih keras, dan membuktikan diri. Namun, penting untuk diingat bahwa keseimbangan adalah kunci.
Jangan pernah mengabaikan kesehatan Saudara, baik fisik maupun emosional. Kadang, kita perlu meluangkan waktu untuk diri sendiri, lakukan hal-hal yang dapat kita nikmati, dan jangan ragu untuk berhenti sejenak untuk merenung dan mengisi ulang energi. Tentu, semuanya perlu dilakukan dalam kadar terukur.
Ketiga, kita perlu memikirkan ulang makna kesuksesan yang sejati. Dalam perjalanan hidup, kita sering diajarkan untuk mengejar kesuksesan material dan prestasi akademik. Namun, beragam penelitian mengingatkan kita bahwa kesuksesan sejati adalah tentang memberi makna pada hidup kita—bukan hanya untuk diri sendiri tetapi juga untuk orang lain (e.g. Morelli, Lieberman & Zaki, 2015; Aknin et al., 2013).
Pendidikan dan keterampilan yang kita miliki, memberikan kekuatan untuk menciptakan perubahan positif di sekitar kita. Jadilah individu yang tidak hanya memikirkan “apa yang bisa saya capai,” tetapi juga bertanya, “apa yang bisa saya berikan kepada orang lain?” Ini adalah esensi dari hidup yang bermakna.
Ajaran Islam memberikan arahan bahwa sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain.
Tentu, tak seorang pun bahagia sepanjang waktu. Kehidupan tidak pernah kalis dari masalah dan tantangan. Pelajaran yang kita dapat dalam menyelesaikan masalah dan melewati tantangan akan memperkaya referensi kita untuk menatap masa depan dengan lebih baik. Kebahagian mempunyai orientasi waktu ke depan.
Referensi
Aknin, L. B., Dunn, E. W., Sandstrom, G. M., & Norton, M. I. (2013). Does social connection turn good deeds into good feelings?: On the value of putting the ‘social’in prosocial spending. International Journal of Happiness and Development, 1(2), 155-171.
Morelli, S. A., Lieberman, M. D., & Zaki, J. (2015). The emerging study of positive empathy. Social and Personality Psychology Compass, 9(2), 57-68.
Peronne, K. M. (2000). Balancing life roles to achieve career happiness and life satisfaction. Career Planning and Adult Development Journal, 15(4), 49-58.
Waldinger, R., & Schulz, M. (2023). The good life: Lessons from the world’s longest scientific study of happiness. Simon and Schuster.
Sambutan pada wisuda Universitas Islam Indonesia, 30 November dan 1 Desember 2024
Fathul Wahid
Rektor Universitas Islam Indonesia 2022-2026