Limbah Kulit Udang Untuk Luka Bakar Berbuah Penghargaan di Korea

Mahasiswa UII terus berkiprah dalam bidang inovasi di kancah internasional yang kini diwakili oleh Mahasiswa Kedokteran UII. Perwakilan dari Scientific Medical Activities of Research and Technology (SMART) FK UII meraih 3 penghargaan dari 3 tim yang berbeda. Penghargaan ini diraih dalam acara Seoul International Invention Fair (SIIF) dengan 2 Bronze Medal (Special Award) dan 1 Silver Medal (Special Award). Bertempat di COEX, Seoul, Korea Selatan, acara ini berlangsung dari tanggal 29 November – 3 Desember 2017.

Ketiga tim dari UII ini harus melewati proses dan seleksi yang cukup ketat dengan pengiriman karya (lolos) dan presentasi di Seoul. Selain itu juga harus bersaing dengan ratusan tim lainnya yang datang dari berbagai negara seperti Indonesia sendiri, Lebanon, Syiria, India, Taiwan, Korea Selatan, Malaysia, Thailand, Saudi Arabia, dan Kroasia.

Tim 1 peraih Bronze Medal (Special Award) terdiri dari Ulinnuha Khirza Kafalah, Muhammad Taqwaudin Mahfudz, Muhammad Wildan Jauhar, dan Nazhifah Junia. Inovasi yang dikembangkan adalah memanfaatkan limbah kulit udang. Proses pengolahan limbah kulit udang dilakukan dalam beberapa proses yang kemudian menjadi kitosan.

Kemudian kitosan tersebut diubah menjadi nanopartikel menggunakan metode layer by layer dengan larutan alginate dan agar gelatin. Setelah menjadi nanopartikel kemudian dapat di dressing pada perban luka untuk mempercepat penyembuhan luka bakar derajat IIB. “Harapan ke depannya kami dapat mengaplikasikan karya dan inovasi kami di kancah nasional dan internasional” Ujar Ulin selaku salah satu anggota tim.

Sementara tim 2 sebagai peraih Silver Medal (Special Award) yang terdiri dari Sifa Anisa Yaoma, Rahmadani Sasongko, Rizky Rizani, dan Helmi Zunan Tanuwijaya. Tim ini mengembangkan inovasi dengan menciptakan telur puyuh dengan kandungan omega 3 tinggi dan rendah kolesterol.

Latar belakang pengembangan inovasi ini karena tingginya prevalensi penyakit jantung akibat tingginya kolesterol tubuh. Memanfaatkan limbah udang yang diolah menjadi makan puyuh yang kemudian akan berdampak pada telur puyuh yang dihasilkannya. “Harapannya telur yang kami ciptakan dapat dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat, sehingga mampu mencegah penyakit jantung” Ujar Rizky Rizani selaku salah satu anggota tim.

Terakhir untuk Tim 3 peraih Bronze Medal (Special Award) yang terdiri dari Annisa Tristifany, Siska Marina, Naufal Abdurrahman, Rima Nur Rahmawati, dan M. Nur Imansyah. Tim ini mengembangkan inovasi kotak pendingin vaksin portable yang fleksibel untuk dibawa dan diberi nama PortaBox. Alat ini dikembangkan dengan bahan baterai lithium polimer sehingga mampu bertahan relatif lama dan ukurannya yang tidak terlalu besar.

Selain itu untuk memaksimalkan pendinginan digunakan lapisan tembaga pada kotak. Latar belakang dari dibuatnya alat ini karena sulitnya distribusi vaksin ke area pedalaman yang membutuhkan waktu lama serta transportasi sulit. Jangka waktu lama ini dapat merusak vaksin apabila tidak dalam suhu optimalnya karena selama ini distribusi hanya dilakukan menggunakan kotak yang diisi es atau pendingin.

“Selain vaksin, alat ini juga dapat digunakan untuk membawa darah atau sampel medis lainnya. Semoga alat kami mampu menjaga suhu substansi dengan lebih lama sehingga distribusinya dapat berjalan lancar.”Ujar Naufal selaku salah satu anggota tim. (BKP)