,

Jogjaversitas Berikan Kemudahan Calon Mahasiswa Berkuliah di Yogyakarta

Kota pelajar sudah menjadi citra yang melekat pada Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sejak dahulu. Biaya hidup yang terjangkau serta ragam pilihan perguruan tinggi yang berkualitas menjadi daya tarik calon mahasiswa dalam memilih DIY sebagai tempat belajar. Tak heran, ada ribuan mahasiswa yang datang memenuhi kota ini setiap tahunnya. Sayangnya, pandemi Covid-19 yang tak kunjung berakhir menciptakan keterbatasan bagi calon mahasiswa untuk mengikuti seleksi mahasiswa baru.

Guna menjawab kekhawatiran para calon mahasiswa dan orang tua/wali calon mahasiswa, serta untuk memberikan kemudahan dalam mendaftar seleksi, Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) Wilayah V membuka peluang besar bagi calon mahasiswa melalui Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) bersama melalui laman jogjaversitas.id.

Dalam konferensi pers pengenalan jogjaversitas.id yang digelar di Gedung Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah V DIY, Jl. Tentara Pelajar No.13, Bumijo, Jetis, Kota Yogyakarta, pada Sabtu (25/7), Ketua APTISI Wilayah V, Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D. menyampaikan, dengan adanya PMB bersama, APTISI ingin menggaungkan bahwa jogja adalah kota yang memiliki tradisi serta akumulasi pengalaman di bidang perguruan tinggi. Jogjaversitas.id merupakan program penerimaan mahasiswa baru berbasis website terkoordinasi dengan puluhan perguruan tinggi swasta di DIY.

Fathul Wahid yang juga Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) mengemukakan, mengusung slogan ‘Ayo Kuliah di Jogja’ jogjaversitas menawarkan kemudahan PMB dengan sistem satu kali mendaftar calon mahasiswa bisa langsung memilih tiga program studi lintas perguruan tinggi. Kemudahan lainnya yaitu calon mahasiswa hanya perlu mengisikan nilai rapor pada laman website tersebut, kemudian akan diseleksi dengan melihat nilai minimal (passing grade) dari program studi yang dituju.

Sistem PMB bersama ini tidak memungut biaya sepeserpun. Kalaupun ada biaya, itu merupakan kebijakan masing-masing PTS setelah calon mahasiswa dinyatakan diterima. Dengan berbagai kemudahan tersebut, Fathul Wahid berharap hal ini menjadi momentum baru bagi PTS di DIY untuk maju bersama.

Lebih lanjut Guru Besar bidang Ilmu Sistem Informasi UII ini menjelaskan, mekanisme PMB bersama dimulai dari mahasiswa mendaftar melalui laman website pmb.jogjaversitas.id, lalu akan mendapatkan nomor induk. Selanjutnya calon mahasiswa akan diminta mengisikan nilai rapor dan memilih hingga tiga prodi lintas PTS. Nantinya calon mahasiswa akan diseleksi berdasarkan nilai minimal dari program studi pada PTS yang dituju.

“Jika calon mahasiswa tidak diterima pada seluruh pilihannya, maka akan diberikan rekomendasi yang sesuai dengan nilai rapornya. Hal ini untuk menekan angka calon mahasiswa yang tidak diterima. Sedangkan, jika calon mahasiswa sudah memenuhi syarat nilai minimal dari prodi yang dituju, maka akan dinyatakan diterima bersyarat.

“Bersyarat dalam hal ini ditujukan untuk selanjutnya mengikuti proses lanjutan pada masing-masing PTS. Calon mahasiswa diberikan waktu maximal 7 hari setelah dinyatakan diterima bersyarat untuk melapor pada PTS yang menerima. Proses lanjutan diserahkan pada kebijakan masing-masing PTS,” Fathul Wahid menambahkan.

Hingga saat ini, Fathul Wahid mengungkapkan, sudah ada 45 PTS dengan 81 program studi yang bersedia untuk bergabung dengan jogjaversitas dalam PMB bersama. Namun, jumlah ini masih akan terus bertambah. Penambahan program studi adalah kewenangan dari masing-masing PTS. “PTS dapat memilih program studi mana saja yang mau diikutkan dalam PMB tersebut. Seluruh rangkaian PMB akan ditutup mengikuti jadwal penutupan PMB dari masing-masing PT,” jelasnya.

Dengan adanya PMB bersama melalui jogjaversitas, PTS dapat menambah jalur PMB yang sudah dimiliki sebelumnya. Pada website jogjaversitas, tidak dicantumkan akreditasi dari masing-masing program studi dan PTS, yang ada hanyalah nama program studi, nama PTS, serta jenjang pendidikan. Menurut Fathul Wahid, hal ini dilakukan guna memotivasi para calon mahasiswa untuk aktif mencari informasi dan agar PTS juga aktif dalam memperbarui informasi di dalam websitenya.

“Selain itu juga untuk menghargai kesetaraan dengan meminimalisir rasa minder dari setiap PTS ketika disandingkan dengan PTS lain, karena seperti budaya Yogyakarta duduk sama rendah, berdiri sama tinggi, ujar Fathul Wahid.

Kepala LLDIKTI Wilayah V, Prof. Dr. Didi Achjari, S.E., M.Com., Ak., CA. menyampaikan bahwa pihaknya mendukung penuh program ini. Pasalnya, jogjaversitas memberikan kemudahan bagi calon mahasiswa yang ingin berkuliah di Jogja tanpa harus mengeluarkan biaya untuk datang ke Jogja. Selain itu, jogjaversitas merupakan PMB bersama yang pertama di Indonesia, sehingga jika ini berhasil, maka tidak menutup kemungkinan ini juga akan bergulir ke LLDIKTI lainnya.

Didi Achjarimengungkapkan hingga saat ini, DIY memiliki 7 kampus yang terakreditasi institusi A. Jumlah ini termasuk ke dalam persentase yang besar. Di tengah keterbatasan pandemi, ia melihat tidak ada kampus yang berencana untuk tutup, justru banyak perguruan tinggi yang saat ini sedang gencar dalam perencanaan pembangunan program studi baru. Hal ini merupakan perkembangan yang dinilai positif. (V/E/R)