, ,

Kuliah Daring Solusi di Tengah Pandemi Covid-19

Melalui Podcast, Aufanida Ingin Mensyiarkan Ramadan

Kuliah daring menjadi solusi untuk tetap menjalankan kegiatan belajar-mengajar di tengah penyebaran virus corona (Covid-19) yang semakin meluas. Di tengah pandemi Covid-19, yang diprediksi puncaknya di Indonesia pada pertengahan bulan April ini, Universitas Islam Indonesia (UII) memberlakukan perpanjangan masa pembelajaran daring hingga 7 Juni 2020, berdasarkan Surat Edaran Rektor Nomor: 1080/Rek/10/SP/III/2020.

Dalam menjalankan kuliah daring ini, beberapa hal kiranya perlu diperhatikan agar aktivitas belajar mengajar dapat berjalan dengan efektif dan nyaman. Seperti diungkapkan Sekretaris Jurusan/Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris UII, Rizki Farani, S.Pd., M.Pd. dalam pesan tertulis yang diterima Bidang Humas UII.

Menurutnya dosen dan mahasiswa perlu membicarakan kembali kontrak belajar khusus di kondisi darurat ini. “Selama kondisi darurat, dosen dan mahasiswa selalu mengupdate kesepakatan, insyaAllah kuliah daring bisa tetap menyenangkan dan aman,” ujarnya.

Disampaikan Rizki Farani, dosen dapat memodifikasi ulang rencana pembalajaran untuk menyesuaikan proporsi penugasan dengan kapasistas tenaga dari dosen dan mahasiswa. Materi pembelajaran pun secara umum bersifat fleksibel karena dapat dibagikan melalui platform daring yang dapat berupa video praktis. Ia mengaku perlu shooting untuk mempersiapkan video seminggu sebelum perkuliahan yang akan dibagikan melalui google classroom dan kanal youtube untuk menjalani kuliah daring.

Memberikan materi yang sifatnya ringan dulu untuk memberi waktu kepada mahasiswa memahami materi satu persatu. Menurut Rizki Farani, tingkat kesulitan materi bisa di naikkan seiring dengan kondisi. Selama materi diberikan dengan proporsi yang pas dan tidak memberikan tugas yang berlebihan pada mahasiswa, tujuan pembelajaran tetap bisa tercapai. “Saya perlu waktu melakukan shooting untuk membuat video tutorial dan instruksi seminggu sebelum jadwal kuliah,” ungkapnya.

Lebih lanjut disampaikan Rizki Farani, dalam proses perubahan kebiasaan akademik ini, dosen perlu bijak dalam menilai kemampuan mahasiswa. Berubahnya metode tentu akan berpengaruh pada asesmen, dosen bisa memilih asesmen yang sesuai dengan modifikasi tugas yang diberikan, misalnya untuk penugasan mata kuliah microteaching (simuliasi mengajar bagi mahaiswa pendidikan), yang awalnya luring menjadi video, artinya dosen tidak perlu menilai kualitas video, tetap fokus pada penilaian mengajarnya.

“Meskipun kualitas video tidak terlalu baik, tetapi jangan sampai mengurangi penilaian mengajar, karena tujuan dari mata kuliah tersebut adalah menilai kemampuan mengajar mahasiswa,” terangnya.

Namun demikian, penuntasan penugasan daring kerap membutuhkan artikel jurnal ilmiah untuk menunjang pemahaman materi bagi mahasiswa. Rizki Farani berpendapat jumlah sitasi pada jurnal belum menjadi pertimbangan utama, tetapi lebih memperhatikan pada kualitas pemahaman para mahasiswa.

“Mahasiswa dapat diminta mencari maksimal tiga sitasi, tetapi harus berkualitas. Misalnya dari jurnal ter-index scopus/sinta, web atau blog dari para tokoh praktisi pendidikan atau ahli, akun sosial media lembaga resmi negara, maupun kanal youtube para dosen atau tokoh keilmuan,” jelas Rizki Farani.

Rizki Farani menambahkan, beban pembelajaran daring yang terlau berlebihan juga berpotensi mengakibatkan stress. Menanggapi hal ini, menurutnya para dosen dapat mengambil jeda istirahat untuk kesehatan bersama, tidak memaksakan semua perkuliahan harus dengan metode sinkron. “Sekali-kali diselingi dengan metode asinkron sehingga dosen dan mahasiswa bisa istirahat. Duduk depan layar komputer terlalu lama juga bisa membuat stress, jadi kesehatan fisik dan mental harus tetap dijaga,” terangnya.

Terlepas dari pandemi Virus Corona, semua orang dituntut untuk mandiri dalam menjalankan semua amanah dalam kehidupan, terlebih dalam kondisi darurat. “Niat dan motivasi tinggi untuk berjuang adalah kunci utama, anggaplah kondisi ini sebagai cara untuk sama-sama belajar menghadapi masalah dengan tenang dan tidak panik,” pungkas Rizki Farani. (IG/DRD/RS)