Magister Kenotariatan FH UII Borong Juara Nasional

Mahasiswa Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (FH UII) berhasil menyabet empat kategori sekaligus dalam Kompetisi Debat dan Pembuatan Akta Terbaik Prodi Magister Kenotariatan (MKn) Perguruan Tinggi Swasta se-Indonesia, yang diselenggarakan oleh Universitas Islam Bandung (Unisba) pada Jumat (21/10). Prodi MKn FH UII yang diwakili oleh Amara Diva Abigail, Iqbal Zaky, dan Hanif Millata Ibrahim berhasil meraih Juara I Lomba Debat PTS se-Indonesia. 

Selanjutnya, Fira Firdausy berhasil meraih Juara I untuk kategori Akhir Akta Terbaik, Iva Latifah berhasil meraih Juara II untuk kategori Kepala Akta Terbaik, dan Lingga Damayanti berhasil meraih Juara III untuk kategori Akhir Akta PPAT. 

Amara Diva mengatakan kompetisi ini merupakan Kompetisi Pembuatan yang diadakan setiap tahun oleh seluruh MKn di Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Indonesia, yang baru pertama kali pada tahun ini diselenggarakan juga dalam bentuk kompetisi debat. Kompetisi ini untuk Kompetisi Debat bertemakan “Kedudukan dan Kepastian Hukum Akta Notarial berbentuk Digital (E-Notary) sebagai Upaya Perlindungan bagi Notaris” dan untuk Kompetisi Pembuatan Akta Terbaik bertemakan “Kemahiran Membuat Akta”. 

Mahasiswa MKn delegasi dalam perlombaan ini ditunjuk langsung FH UII untuk mewakili universitas. Untuk Kompetisi Debat, FH UII mengirimkan dua tim debat, sedangkan untuk Kompetisi Pembuatan Akta Terbaik FH UII mengirimkan 18 delegasi, yang terdiri dari 9 delegasi untuk Kompetisi Pembuatan Akta Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) dan 9 delegasi untuk Kompetisi Pembuatan Akta Notaris.

Tim Debat dari MKn FH UII berhasil menyabet Juara 1 setelah sebelumnya menang melawan Universitas Unissula di tingkat semifinal dan melawan Universitas Jayabaya pada tahap final. Kompetisi ini kurang lebih diikuti oleh 20 universitas swasta di Indonesia. Menurut Amara, tema yang diangkat dalam kompetisi ini merupakan tantangan baru yang harus dihadapi, pasalnya dalam sistem hukum kenotariatan, tingkah laku notaris tunduk pada Undang-Undang Jabatan Notaris dan Kode Etik. 

Meski demikian, Amara bersyukur, FH UII sangat mendukung delegasi dalam mengikuti kompetisi. Berkaitan dengan kendala yang dialami oleh para delegasi, dari segi kompetisi debat, Iqbal mengatakan bahwa stamina para delegasi yang naik turun membuat beberapa persiapan latihan debat sempat terhambat. 

Lebih dari itu, tema yang tidak seimbang antara pro dan kontra juga menjadi salah satu tantangan bagi tim debat FH UII untuk melakukan riset lebih mendalam dan mempersiapkan argumentasi debat dengan baik. 

“Tapi alhamdulillah-nya saat perlombaan kan kita 5 kali main, tim kami berada di posisi yang imbang. Jadi pernah di posisi pro 2 kali dan di posisi kontra 3 kali. Jadi alhamdulillah enak dan sudah terbiasa,” ujarnya.

Selanjutnya, untuk Kompetisi Pembuatan Akta, Iva mengatakan bahwa kategori akta yang dikompetisikan ada dua jenis, yaitu Akta Notaris dan Akta PPAT. Sistematika kompetisi pembuatan akta dilaksanakan secara hybrid yakni secara luring dan daring. Pada saat perlombaan, para delegasi akan diberikan sebuah kasus yang kemudian harus dianalisis dan dibuat aktanya sesuai kategori kompetisi akta yang diikuti. 

Fira Firdausy juga menjelaskan bahwa dalam pembuatan akta ada beberapa bagian, yaitu kepala akta, badan akta, dan akhir akta. Dari beberapa bagian akta itulah yang kemudian dikompetisikan untuk dipilih juara dari pembuatan akta terbaik sesuai dengan penilaian kategori kepala akta, badan akta, atau akhir akta.

Terakhir, Lingga menyampaikan terima kasihnya kepada FH UII. “Saya mengucapkan terima kasih sama universitas sudah memberi kesempatan kepada mahasiswanya. Saya pribadi senang, karena menambah pengalaman, menambah ilmu juga, kita jadi tahu kaya gimana akta yang dibuat di instansi, di lapangan, dan yang kita pelajari secara teori itu berbeda. Dengan mengikuti perlombaan ini sangat bermanfaat untuk mahasiswa, jadi kita bisa tahu kaya gimana akta yang sebenarnya, akta yang baik seperti apa,” ucapnya. 

Iqbal menambahkan, “Untuk mahasiswa khususnya mahasiswa magister, walaupun kita juga banyak yang bekerja, tapi kita juga jangan lupa untuk terus memperhatikan faktor akademik. Semoga dengan juara 1 ini bisa menjadi jejak baik bagi kami, Magister Kenotariatan UII jadi kenang-kenangan untuk kampus perjuangan ini,” ungkapnya mengakhiri sesi wawancara. (EDN/ESP)