Mahasiswa UII Manfaatkan Kulit Singkong Sebagai Adsorben Limbah Batik

Industri batik termasuk dalam industri tekstil dengan penggunaan air dalam produksinya sangat banyak, terlebih pada proses pewarnaan. Pada proses pewarnaan ini limbah yang turut dihasilkan paling banyak, dimana bila tidak diolah sebaik mungkin akan berpotensi membahayakan ekosistem.

Berangkat dari persoalan tersebut, tiga mahasiswa jurusan Kimia Universitas Islam Indonesia (UII) Fernanda Ramadhan (2016), Nurul Hidayati Airun (2016), serta Muhammad Sarkawi (2017) yang tergabung dalam Tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Bidang Penelitian dibawah bimbingan Gani Purwiandono, M.Sc. melakukan penelitian pemanfaatan limbah kulit singkong sebagai adsorben limbah batik di Yogyakarta.

Pemilihan limbah kulit singkong sebagai bahan dasar pembuatan adsorben bukan tanpa alasan. Disampaikan Fernanda Ramadhan pada Rabu (27/6), kulit singkong yang oleh masyarakat kebanyakan dibuang begitu saja atau hanya dijadikan pakan ternak ini sangat mudah untuk didapatkan serta harganya yang sangat ekonomis karena sifatnya sebagai limbah.

Dijelaskan Fernanda Ramadhan, proses pengolahan limbah kulit singkong menjadi adsorben melalui 4 tahapan diantaranya proses preparasi bahan baku, karbonisasi, aktivasi kimia, serta netralisasi dan pencucian, yang pada akhirnya menghasilkan adsorben berupa karbon aktif. “Karbon aktif inilah yang kemudian akan menjerap kandungan berbahaya dari limbah industri batik,” ujarnya.

Fernanda mengatakan bahwa potensi pengolahan limbah kulit singkong sebagai adsorben limbah batik sangat besar dan memiliki prospek yang menjanjikan, mengingat kulit singkong yang oleh masyarakat hanya dibuang begitu saja, sehingga mudah untuk diperoleh dan kalau pun ada yang jual pastinya dengan harga yang sangat miring karena sifatnya sebagai limbah.

Sementara disampaikan Nurul Hidayati, ide penelitian ini lahir karena adanya keprihatinan terhadap kondisi lingkungan saat ini, terutama pada ekosistem air yang semakin terancam karena pembuangan limbah secara langsung. Ia berharap agar hasil penelitian yang dilakukan dapat bermanfaat bagi masyarakat luas, terutama pada pelaku industri batik di Yogyakarta.