,

Mahasiswa UII Sampaikan Gagasan Ekonomi Indonesia di Berlin

Bertukar ide dan pengalaman melalui konferensi akademik internasional kini menjadi satu hal lazim yang sering diikuti mahasiswa UII. Aktifitas ini dinilai dapat menjadi wadah ideal untuk mengemukakan gagasan sosial ekonomi Indonesia di forum ilmiah internasional. Sebagaimana dilakukan oleh mahasiswa Manajemen UII, Mukhamad Zulfal Faradis dan Muhammad Rifqi Hafizhudin Arif yang belum lama ini terlibat dalam sebuah konferensi di Berlin Humboldt University pada akhir Mei silam.

Mereka mengikuti International Conference On Social Scienes And Humanities (ICSSH) yang mempertemukan para peneliti, praktisi dan pendidik interdisipliner dan multidisipliner. Dalam forum itu para peserta saling menyajikan dan membahas inovasi terbaru, tren, permasalahan, tantangan, dan solusi yang diterapkan dalam bidang ekonomi. Setidaknya terdapat 420 orang peserta yang turut meramaikan jalannya konferensi.

Disampaikan Mukhamad Zulfal Faradis, dalam kesempatan itu ia mengemukakan gagasan urgensi implementasi sistem ekonomi syariah di perbankan Indonesia sebagai solusi dan keadilan terutama bagi masyarakat Islam. Menurutnya, Indonesia merupakan negara penganut sistem ekonomi konvesional yang mengambil ajaran dari negara Amerika dan Eropa bersatupadu menjadi sistem ekonomi Indonesia.

Seiring berjalannya waktu, banyak masalah yang dihadapi dalam penerapan sistem ekonomi konvensional ini. Mahasiswa yang aktif di berbagai kegiatan akademik ini menilai masalah yang dihadapi perekonomian Indonesia telah semakin kompleks. Oleh karenanya dibutuhkan terobosan-terobosan untuk mendobrak stagnasi yang ada.

“Penting memberikan pilihan bagi masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam untuk menggunakan sistem perbankan yang mengadopsi nilai etika syariah”, ujarnya.

Ia berangkat dari pemikiran bahwa saat ini perbankan memainkan peranan penting dalam berbagai sendi kehidupan ekonomi masyarakat. “Banyak produk turunan dari bank konvensional baik investasi, beli dan jual, simpan pinjam, yang secara prinsip tidak sesuai dengan etika ekonomi Islam”, tambahnya. Di sinilah sistem ekonomi Islam dapat memberi solusi alternatif yang dipilih masyarakat.

Selama berada di Berlin, banyak pengalaman unik yang mereka petik. Salah satunya tentang kebiasaan masyarakat di ibukota Jerman tersebut. Sulit menemukan penutur bahasa Inggris di kota tersebut. “Masyarakat Jerman sangat menjunjung rasa nasionalisme sehingga mereka memilih berbahasa Jerman dibandingkan berbahasa Inggris”, pungkasnya.