,

Maraknya Kasus Perceraian, UII Selenggarakan Sekolah Pra Nikah

Menikah nyatanya bukan hanya perayaan atau ritual semata, namun merupakan proses adaptasi yang menyatukan dua insan selama hidupnya dalam satu ikatan secara agama, adat, maupun negara. Oleh karena itu, persiapan diri untuk melakukan pernikahan bukan hanya dari persiapan acara, melainkan juga harus dibarengi dengan ilmu dan pengetahuan yang cukup sebelum memutuskan untuk menikah.

Oleh sebab itu, Centre for Local Law Development Studies (CLDS) Fakultas Hukum UII bekerjasama dengan Yayasan Abituren Pendidikan Hakim Islam Negeri (YAPHIN) menyelenggarakan Sekolah Pra Nikah (SPN) Assakinah sebagai bentuk respon atas tingginya angka perceraian dan Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) di Indonesia.

Kegiatan SPN Assakinah tersebut dibuka secara resmi oleh Prof. Dr. dr. H. Soewadi, MPH., Sp.Ks., selaku Ketua Badan Penasihatan, Pembinaan, dan Pelestarian Perkawinan (BP4) Kota Yogyakarta, pada Jum’at (28/7) di Ruang Sidang Utama Lt.3 Fakultas Hukum UII.

Dalam sambutannya, Soewadi memaparkan bahwa salah satu persoalan yang banyak menimpa kehidupan rumah tangga sehingga mengakibatkan perselisihan dan perceraian adalah persoalan kesehatan jiwa.
“Masalah mental dan psikis lebih sering menjadi faktor pemicu. Oleh karena penting adanya pembekalan pra nikah untuk mempersiapkan pasangan muda memasuki dunia keluarga”, paparnya.

Sementara Dr. Aunur Rohim Faqih, SH., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum UII mengapresiasi dan menyambut baik dengan diadakannya kegiatan sekolah pra nikah tersebut, karena keluarga merupakan bagian pondasi dalam berkehidupan.
“Diadakannya SPN ini sebagai bagian persiapan sebelum berumah tangga, karena keluarga adalah pondasi dalam berkehidupan yang harus dijaga”, ujarnya.

Ditambahkan Bpk. Romli selaku Kepala SPN Assakinah bahwa kasus-kasus perceraian di Indonesia dinilai sudah memasuki tahap mengkhawatirkan karena terus menunjukkan angka peningkatan yang signifikan.
“Sebagian masyarakat enggan mengungkap KDRT kedalam ranah publik, namun menurut data angka KDRT di Indonesia sudah seperti gunung es”, pungkasnya.

Kegiatan tersebut akan dilaksanakan selama satu setengah bulan setiap hari jum’at dan sabtu sejak resmi dibuka. Selain itu, peserta akan dipandu oleh tenaga pengajar, motivator, dan praktisi yang sudah memiliki pengalaman yang mumpuni di bidangnya.(IHD)