Menguak Fakta di Balik Ledakan Beirut, Lebanon

Ledakan besar yang terjadi di Lebanon pada 4 Agustus 2020 silam menyebabkan goncangan di dunia internasional. Banyak pihak masih berspekulasi mengenai penyebab terjadinya ledakan. Hal ini pulalah yang mendorong prodi Hubungan Internasional (HI UII) untuk mendiskusikannya lewat webinar bertema “Beirut Explosion & Indonesia-Lebanon Relations” pada Jumát (21/8). Acara ini menghadirkan dosen HI UII, Muhammad Zulfikar Rahmat, Ph.D sebagai narasumbernya.

Disampaikan Muhammad Zulfikar Rahmat, Lebanon merupakan salah satu negara di Timur Tengah yang terkenal dengan keindahannya. Namun demikian, kemiskinan masih terhitung tinggi dan akses kesehatan masih sulit didapatkan. Bahkan kurs mata uang Lebanon terhitung nomor 3 terendah di dunia. Hal ini semakin diperparah dengan politik dan bisnis di Lebanon yang hanya dikuasai oleh orang tertentu serta tata kelola negara yang belum mapan.

“Ledakan pada 4 Agustus silam disebabkan oleh amoniun nitrat yang tersimpan di sebuah gudang di Beirut. Pada tahun 2013, terdapat sebuah kapal membawa amonium nitrat singgah di Beirut. Kapal itu dinyatakan tidak dapat berlayar lagi sehingga terhenti di sana. Muatan amonium nitrat kemudian dipindahkan ke gudang dan dibiarkan tersimpan di tempat itu”, ujarnya mengurai salah satu penyebab ledakan.

Akibat cara penyimpanan yang kurang memenuhi kaidah keselamatan, muncul percikan gas yang memicu ledakan non nuklir terbesar di sejarah. Kepulauan sejauh 250 km dari titik ledakan pun masih merasakan nuansa getarannya.

Ledakan itu turut memicu ketidakstabilan politik. Pasca ledakan, Hassan Diab selaku Perdana Menteri Lebanon mengundurkan diri sehingga ada kekosongan kekuasaan. Para ahli banyak berpendapat akan terjadi pemilu cepat untuk mengisi posisi pemimpin Lebanon.

Ledakan ini juga menyebabkan ratusan orang meninggal dunia dan ribuan lainnya terluka. Tentunya mereka tidak dapat bekerja untuk sementara waktu. Karena ledakan terjadi di pelabuhan, para nelayan dan kegiatan ekspor impor ikut terkena imbas. Singkatnya, ledakan ini memberikan ancaman besar bagi perekonomian di Lebanon.

Hubungan Indonesia-Lebanon

Hubungan Indonesia dengan Lebanon terhitung baik. Pada saat terjadi ledakan, Indonesia dengan tanggap menunjukkan empatinya. Presiden Joko Widodo juga segera mengirim pasukan TNI untuk membantu korban ledakan di Lebanon. Ini dimungkinkan, karena Indonesia secara rutin mengirimkan kontingen Garuda untuk misi perdamaian di Lebanon.

Sedangkan dalam ekonomi, Lebanon adalah mitra dagang strategis bagi Indonesia. Investasi di bidang perhotelan berjalan cukup baik. Hubungan kedua negara memang sejak lama tidak memiliki permasalahan berarti. Sehingga pasca ledakan, hubungan Indonesia-Lebanon diprediksi tidak akan terganggu, bahkan akan semakin erat. (FNJ/ESP)