Meningkatkan Efektivitas Penggunaan Masker di Masa Pandemi

Program Studi Rekayasa Tekstil Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia (FTI UII) mengadakan webinar pengabdian masyarakat dengan mengangkat tema penggunaan masker selama pandemi Covid-19 bersama para pemateri yang expert di bidangnya, Sabtu (14/8).

Pandemi Covid-19 memberikan banyak dampak yang dapat dirasakan oleh semua orang yang kini hampir berlangsung waktu dua tahun. Saat ini yang sangat dirasakan adalah adanya pembatasan aktivitas area publik maupun pusat bisnis sehingga menurunkan pendapatan masyarakat.

“Terbatasnya area bersosial menyebabkan komunikasi masyarakat menjadi berubah dari langsung menjadi virtual,” tutur Dosen FTI UII, Ir. Agus Taufiq, M.Sc.

Pandemi nyatanya tidak hanya membawa dampak negatif saja, karena ternyata juga memberi dampak yang positif pada bumi juga manusia.

Agus Taufiq menyampaikan bahwa saat pandemi masyarakat tumbuh rasa peduli dan keinginan untuk saling membantu antar sesamanya.”Sekarang masyarakat memiliki pola hidup yang lebih sehat,” tandasnya.

5M yaitu memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan membatasi mobilitas saat ini seperti sudah melekat dalam kehidupan. Masyarakat tidak perlu disuruh namun sudah sadar untuk melakukannya. ”Fasilitas seperti tempat cuci tangan dan sabun kini ada hampir ada di semua tempat,” jelas Agus Taufiq.

Agus Taufiq menyinggung penggunaan masker yang diwajibkan digunakan untuk aktivitas baik di luar maupun dalam ruangan. Menurutnya penggunaan masker tidak boleh sembarangan karena bisa menyebabkan iritasi khususnya pada kulit wajah yang cenderung lebih sensitif dari pada area lain. Gejala yang timbul bisa berupa jerawat, gatal, dan ruam yang dinilai sangat mengganggu terutama dalam hal penampilan.

Agus Taufiq membagikan tips tentang memilih masker yang baik dan sehat. “Pilihlah bahan masker yang tidak menyebabkan iritasi seperti kapas dan katun. Sebelum dan sesudah masker mencuci wajah dengan mild cleanser. Mencuci masker teratur untuk masker kain dan gantilah masker tiap 4 jam sekali,” terangnya.

Terakhir Agus Taufiq berpesan, terutama untuk wanita agar tidak menggunakan make up berlebihan selama menggunakan masker karena dapat membuat kulit wajah tidak bisa bernafas dengan optimal yang pada akhirnya dapat menimbulkan berbagai masalah kulit seperti jerawat.

Penggunaan masker secara medis memiliki beberapa faktor penting untuk diperhatikan seperti teknik, ergonomis, dan ekonomis. Tentunya masker paling baik adalah yang dapat melindungi manusia dan alam serta terjangkau.

Dosen FTI UII Ahmad Satria Budiman, S.T., M.Sc, menjelaskan masker secara teknis harus dapat menahan virus dan bakteri serta tembus udara. Lalu dinilai dari segi ergonomis memiliki bahan yang ringan, nyaman dipakai, dan tidak menimbulkan reaksi alergi.

“Tak kalah penting adalah masker tersebut harus terjangkau oleh segala kalangan masyarakat, mudah diperoleh, dan ramah lingkungan,” jelasnya.

The United States Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mulai menganjurkan masyarakat untuk memakai masker dua rangkap sejak April 2021 bersamaan dengan hasil penelitian yang mereka lakukan. Penggunaan masker dua rangkap dinilai dapat meningkatkan daya filtrasi sampai dengan 90%.

“Panduan yang dianjurkan adalah lapisan dalam menggunakan masker medis dan lapisan luar menggunakan masker kain,” tutur Ahmad. Hal tersebut dikarenakan masker kain tidak mampu menyaring droplet berukuran kecil dan masker bedah cenderung turun efektivitasnya dengan munculnya varian baru. Harapannya dengan penggunaan rangkap, keduanya dapat saling melengkapi. (UAH/RS)