Merefleksikan Figur Intelektual Nabi Muhammad

Direktorat Pendidikan dan Pembinaan Agama Islam Universitas Islam Indonesia (DPPAI UII) menggelar kajian online dalam rangka Peringatan maulid Nabi Muhammad Saw, pada Minggu (1/11). Kajian dengan tema “Merefleksikan Figur Intelektual Nabi, Berkhidmat Tanpa Henti” ini menghadirkan pembicara Dewan Syuro Majelis Rasulullah, Habib Ir. Nabiel Al Musawa, M.Si. dan diikuti ratusan jamaah.

Direktur DPPAI UII, Dr. Aunur Rohim Faqih, S.H., M.Hum. dalam pengantarnya menyatakan pentingnya setiap orang meneladani Rasulullah Saw. Dulu semasa hidupnya, Rasulullah Saw memanfaatkan harta, tenaga, dan waktunya hanya untuk berdakwah dan hijrah meninggalkan kegelapan menuju hal yang terang benderang.

Ia berharap agar melalui kajian ini setiap orang dapat meninggalkan hal-hal buruk dalam hidupnya menuju hal baik sesuai dengan ajaran Rasulullah Saw. “Saya yakin apapun yang dilakukan dengan niat menjaga kebaikan maka Allah akan memuliakan kita ke husnul khasanah, menjadikan kita manusia terbaik di antara manusia lain. Kita sadar hidup di tengah-tengah manusia dan sadar harus menjadi baik sesuai teladannya (Rasulullah Saw),” tuturnya.

Habib Nabiel Al Musawa di awal ceramahnya menjelaskan kedudukan maulid Rasulullah Saw dalam Islam. Menurutnya maulid menjadi hari yang penting agar kaum muslim mengingat dan lebih mencintai Rasulullah Saw. Di hari kelahirannya ini, setiap umatnya dapat melakukan berbagai hal untuk mengingat dirinya, seperti berpuasa, bersholawat, berdoa, dan termasuk mengadakan kajian.

Hari kelahiran setiap nabi menjadi hari keberkahan, keselamatan, dan kesejahteraannya. Hal tersebut seperti firman Allah dalam QS. Maryam ayat 33 yang artinya, “Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali”.

Dari ayat tersebut, kata Habib Nabiel Al Musawa menjadi penting untuk umat muslim memperingati hari kelahiran Rasulullah Saw. Dalam hal ini peringatan maulid menjadi salah satu jenis ibadah ghairu mahdhah. Ia menyebut macam ibadah terbagi menjadi dua yakni ibadah Mahdhah dan Ghairu Mahdhah. Ibadah Mahdhah diartikan sebagai ibadah yang murni ibadah dimana salah satu cirinya adalah mengucapkan niat. Contohnya seperti salat dan berpuasa. Sedangkan ibadah ghairu mahdhah seperti kajian, makan, dan tidur.

“Untuk itu mari kita beribadah sesuai dengan aturan yang ada. Ber-Islam-lah kita dengan Islam ketengah-tengah, tidak ketimur-timuran dan kebarat-baratan. Maka jangan ekstrim, kalau ekstrim ada hal-hal baik yang hilang,” pesan Habib Nabiel Al Musawa.

Selanjutnya, Habib Nabiel Al Musawa menuturkan bahwa keimanan dengan mengikuti teladan-teladan Rasulullah Saw bukanlah ibadah yang main-main. Sebab ketika seseorang mengucapkan syahadat untuk masuk Islam, maka tidak sah jika hanya mengucapakan “Asyhadu an laa ilaaha illallaahu” tanpa mengucapakan “Wa asyhaduanna muhammadar rasuulullah”. Selain untuk mengingatkan umat muslim kepada Rasulullah Saw, maulid juga menjadikan diri lebih mendahulukan Rasulullah daripada dirinya sendiri.

“Tidak beriman kalian sampai cintanya kepada Rasulullah melebihi cintanya kalian kepada diri sendiri, orangtua, anak, bahkan kekasih. Ini yang perlu diperhatikan supaya kaum muslimin bisa menghargai Rasulullah,” tambahnya sambil menangis ketika mengucap nama Rasulullah.

Habib Nabiel Al Musawa menyebut bahwa Allah dan malaikat selalu bersholawat kepada Rasulullah Saw. Hal ini menunjukan begitu mulianya ia dihadapan Pencipta Langit dan Seisinya. Jika Maha Agung dan malaikatnya terus bersholawat kepada Rasulullah, maka sepantasnya sebagai manusia biasa juga terus bersholawat kepadanya.

Seperti dalam HR. Ahmad yang berbunyi, “Barangsiapa bersholawat kepadaku satu kali, niscaya Allah bersholawat kepadanya sepuluh sholawat dan menghapus darinya sepuluh dosa.” Habib Nabiel Al Musawa berharap agar setiap remaja atau anak muda bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa. “Kalian anak muda kalau taat maka kalian lebih dari orangtua. Janganlah jadi anak muda yang habis di jalan, nongkrong, nge-mall,” pesannya lagi.

Habib Nabiel Al Musawa mengingatkan kepada jamaah untuk terus meneladani Rasulullah Saw. Sebab menurutnya tidak ada manusia terbaik kecuali Rasulullah Saw yang memiliki kelebihan dalam semua sisi. Untuk itu sebaiknya setiap orang lebih mengidolakan Rasulullah daripada manusia lainnya. Sebagai contoh kelebihan yang dimiliki Rasulullah SAW adalah tidak pernah marah, selalu memaafkan semua kesalahan orang lain, mencintai umatnya melebihi cinta kepada diri dan keluarganya sendiri.

“Rasulullah pernah salat berkali-kali dari bada Isya sampai Subuh untuk umatnya. Ia terus berdoa untuk keselamatan umatnya sambil menangis tersedu-sedu,” ungkap Habib Nabiel Al Musawa sambil mengusap mata dan pipinya yang basah air mata. (SF/RS)