Merencanakan Karier Sedari Masa Kuliah

Mahasiswa FIAI Sabet Juara 1 Artikel Ilmiah Nasional

Ketika ingin meniti karier dan menjalani dunia perkuliahan, ada baiknya untuk merenungi kehidupan masing-masing. “Merenungi kehidupan itu penting, sebab sebagian besar kehidupan manusia itu dihabiskan untuk bekerja,” Ujar Ike Agustina, S.Psi., M.Psi. dalam Pembukaan Pelatihan Karir pada Sabtu (6/3) yang dilaksanakan secara daring oleh Program Diploma III Akuntansi Fakultas Bisnis dan Ekonomika (FBE) Universitas Islam Indonesia (UII). Kegiatan ini diselenggarakan sebagai pembekalan untuk para mahasiswa baru dalam mengarungi dunia perkuliahan nantinya. Pembekalan ini mengambil tajuk “Mengasah Diri dan Merencanakan Karir di Masa Depan”.

Dalam penjelasannya, Ike menuturkan bahwa meniti karir itu adalah sebuah siklus panjang dalam perjalanan kehidupan manusia. Beliau menggambarkan, ketika memasuki usia 25 tahun itu merupakan fase baru menjadi manusia. Orang-orang seringkali bekerja kurang lebih sampai rentang usia 60 tahun, “ada rentang waktu 30 tahun, maka sebetulnya di waktu itulah kita akan merancang kehidupan yang akan kita jalani,” tuturnya. Melalui siklus panjang itulah, Ike sangat memberi perhatian penuh.

Tentu ketika mengarungi rentang waktu tersebut dibutuhkan pemetaan yang matang. Pasalnya, kegagalan dalam memetakan menurutnya akan sangat riskan. “Kalau kita salah memetakan, dapat dibayangkan kita menjalani karir nantinya tidak bahagia,” paparnya. Dari pengamatannya, banyak orang yang ketika menjalani kuliah belum mempersiapkan hal yang dibutuhkan untuk masa depan. Di situasi seperti inilah (baca: awal perkuliahan) yang harus dipertimbangkan untuk masa depan. Menurut kacamata Ike, beberapa orang yang salah dengan karirnya cenderung salah dalam memilih jalan hidup. Berangkat dari hal itulah, pembekalan kegiatan ini diawali dengan ajakan merenungi kehidupan terlebih dahulu

Pada sesi selanjutnya, peserta pembekalan daring diberikan beberapa ilustrasi kehidupan dari berbagai latar belakang pekerjaan. Pemberian ilustrasi tersebut mengajak para peserta untuk menggali value dan orientasi dari masing-masing pekerjaan. Ike memaparkan, dalam mencapai karir yang ideal itu harus memandang dua sisi kesuksesan: Inner Perspective dan Outer Perspective. Dijelaskan, Inner Perspective merupakan pandangan personal dari seseorang terhadap kesuksesannya. Pandangan itu dapat berupa perasaan bahagia, puas ketika melakukan kerjaan, dan merasakan kepuasan batin tersendiri. Dari perspektif kesuksesan inilah terkadang dapat menciptakan konflik internal antara anak dan kedua orang tua. Sementara itu, Outer Perspective adalah lebih menonjolkan prestasi bukan dari kepuasan batin pekerjanya. “Makanya, banyak orang yang berlomba untuk membuat status sosialnya lebih baik,” jelas Ike.

Variabel lain yang turut mempengaruhi kesuksesan dalam meniti karir ialah suara hati. Mengikuti suara hati sendiri menjadi begitu penting dalam mengambil keputusan. “Dengarkan suara hati yang berbicara kepada Anda saat Anda menilai setiap kehidupan” ungkapnya. Lebih jauh diungkapkan, jika salah satu dari kehidupan ini berbicara jauh lebih jelas kepada Anda, itu mungkin memberi tahu mengenai arah yang sebenarnya bagi Anda. Ketika seseorang dihadapkan dengan pertanyaan “ingin jadi apa Anda di masa depan?” Beliau mengungkapkan, banyak yang belum bisa menjawab, ada yang sudah menjawab akan tetapi belum memiliki langkah yang pasti. “Itu mengerikan, minimal kita punya peta ke sana,” tandasnya.

Selanjutnya, menurut Ike, yang juga merupakan Direktur Sumber Daya Manusia UII, ada beberapa orientasi pekerjaan dalam hidup ini. Di antaranya: Job Orientation, Career Orientation, dan Calling Orientation. Dalam membangun karir menurutnya kita harus sejahtera, bahagia lahir bathin, serta mulia. Kecenderungan manusia ingin menjadi kaya, dinilai karena kebanyakan dari kita terpapar akan fenomena pengukuran kesuksesan dengan material. Ike sendiri lebih condong untuk memberikan perhatian khusus ke Calling Orientation. Hal tersebut dipandang memiliki value tersendiri untuk jiwanya tersendiri. “Bagaimana kita dapat bekerja mulia dan bermanfaat.” ujarnya. Terakhir, dititipkan pesan bahwa momen para peserta kuliah itu harus dioptimalkan agar dapat mencapai karir yang diinginkan. “Cita-cita itu perlu struggle, karena karir itu dapat dimulai dari dunia perkuliahan,” tutupnya. (KR/RS)