,

Milad ke-78, UII Terus Berandil Memajukan Indonesia

Genap menapaki usia ke 78 tahun, Universitas Islam Indonesia (UII) terus berkembang, berkhidmat dalam meningkatkan pendidikan anak bangsa, serta memberikan pemikiran dan karyanya untuk terus berandil dalam memajukan Indonesia. Menilik sedikit ke belakang, pandemi Covid-19 menjadi tantangan yang mengubah banyak hal dalam waktu yang singkat. UII meresponsnya dengan beragam inisiatif yang dibingkai kepercayaan bahwa selain musibah harus dimitigasi, pandemi juga membawa berkah tersamar yang bisa dipanen sebagai pijakan lentingan ke depan.

Hal ini disampaikan Rektor UII Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D dalam Sidang Terbuka Senat Milad UII ke-78 di Auditorium Prof. K.H. Abdulkahar Mudzakkir Kampus Terpadu UII yang digelar secara terbatas dan disiarkan langsung melalui kanal YouTube UII pada Jum’at (12/3). Fathul menuturkan tema “Resiliensi di Tengah Turbulensi” pada Milad UII kali ini seakan menjadi pembungkus tema program kerja tahun 2021 yaitu Cermat Bertahan, Sehat Berbenah, dan Pesat Bertumbuh.

“Tema ini diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran kolektif sivitas bahwa saat ini perubahan pola pikir dan tindakan bersama. Pola pikir normal seringkali tidak gayut karena kenyataan tidak sesuai dengan asumsi,” tutur Fathul Wahid.

Fathul Wahid menjelaskan, pandemi yang tak kunjung usai, situasi sulit dan perubahan mendadak, merupakan contoh turbulensi. Resiliensi diartikan sebagai kemampuan untuk beradaptasi dan tetap teguh dalam situasi sulit yaitu turbulensi. Turbulensi yang diakibatkan apabila elemen-elemen dalam sebuah sistem bergerak tidak dalam kecepatan yang sama.

“Ketika turbulensi terjadi, seperti kapal di tengah badai, beragam strategi perlu diambil dan dieksekusi dalam waktu yang singkat. Waktu menjadi barang mewah. Pola pikir normal nampaknya tidak bisa menyelesaikan ketika kenyataan berbeda dengan asumsi. Perlu ada ruang toleransi yang dibuat. Manajemen ekspektasi pun perlu dijadikan upaya kolektif,” jelasnya.

Fathul Wahid menyebutkan berbagai upaya kolektif dilakukan berupa adaptasi menggunakan pembelajaran daring penuh dengan kebijakan kerja dari rumah (KdR) bagi sivitas. Tak hanya itu serangkaian pelatihan pembelajaran daring, pelengkapan ekosistem pembelajaran daring seperti berlangganan Zoom dan Pantopo.

Pemberian bantuan kuota internet kepada 7.247 mahasiswa juga dilakukan, dimana saat itu bantuan dari negara masih belum ada. UII juga memberikan potongan biaya kuliah dalam bentuk pemotongan Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) berdasarkan tingkat keterdampakan bagi mahasiswa yang disetujui mendapat potongan karena terdampak berat dan sedang.

Fathul Wahid menyampaikan, kerja kolektif yang dijalankan oleh sivitas UII telah mengundang beberapa apresiasi. UII kembali dinobatkan menjadi perguruan tinggi swasta paling lestari di Indonesia dalam UI GreenMetric World University Rangkings 2020. UII masuk ke dalam klaster II, pada klasterisasi yang dikeluarkan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan pada Agustur 2020. Apresiasi lainnya, UII kembali masuk ke dalam pemeringkatan QS Asia University Ranking 2021 bersama 29 perguruan tinggi lainnya di Indonesia.

Selain itu, disampaikan Fathul Wahid UII menempati peringkat pertama perguruan tinggi swasta atau peringkat 10 nasional dari cacah proposal program kreativitas mahasiswa (PKM) 5 bidang yang didanai pada 2020. Sebanyak 5 program studi di UII mendapatkan akreditasi unggul dari BAN PT melalui jalur konversi akreditas internasional. “Prof. Is Fatimah menjadi satu dari enam orang Indonesia yang berhasil masuk dalam Top 2% World Ranking Scientist yang pemeringkatannya didasarkan pada publikasi bereputasi dari Stanford University,” sebutnya.

Sementara Ketua Pengurus Yayasan Badan Wakaf UII, Drs. Suwarsono Muhammad, M.A. mengucapkan terimakasih kepada pimpinan universitas, segenap sivitas dan masyarakat yang secara penuh telah memberikan kepercayaan kepada UII. Menurutnya, 78 tahun bukanlah waktu yang singkat untuk terus maju memberikan tahapan detail dalam meraih pencapaian. Suwarsono berpesan untuk menggeser posisi universitas menjadi produsen dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

“Ada satu catatan penting yang ingin saya sampaikan pada milad kali ini, sehebat apapun kita selama 78 tahun ini, ternyata sebagai universitas kita masih berdiri sebagai konsumen ilmu pengetahuan. Saya ingin mengajak kita dengan tekad baru untuk bergerak menjadi produsen ilmu pengetahuan,” pesannya.

Suwarsono memaparkan, maksud dari produsen ilmu pengetahuan yaitu menjadikan konsep keadilan yang ditanamkan dalam pengembangan ilmu pengetahuan untuk dijadikan pegangan dengan meraih keadilan melalui cara-cara damai, melalui kebijakan yang bisa di desain bersama. Mengokohkan prinsip Islam rahmatan lil ‘alamin dalam bentuk yang lebih konkret yaitu dengan menjaga kerusakan alam.

Kemudian, menjadikan perilaku baik berupa ethic anti korupsi sebagai salah satu pijakan UII membangun madzhab ilmu pengetahuan kedepan. “Dengan begitu maka madzhab ilmu pengetahuan kita makin terlihat, makin kental, makin signifikan bisa terlihat bahwa inilah khas Universitas Islam Indonesia,”ujar Suwarsono.

Jalannya Sidang Terbuka Senat Milad UII ke-78 dilanjutkan dengan penyampaian pidato ilmiah oleh Guru Besar Bidang Farmasetika UII Prof. Dr. apt. Yandi Syukri, S.Si., M.Si. dengan judul “Pengobatan Islam dan Peran Nanomedicine dalam Pengembangan Tanaman Obat yang Disebutkan dalam Al Quran dan Hadist untuk Memerangi Covid-19”. Rangkaian acara diakhiri dengan penyampaian penghargaan UII kepada para dosen, tenaga kependidikan serta unit atas dedikasi dan capaian prestasinya yang dibacakan oleh Kepala Bidang Etika dan Hukum, Syarif Nur Hidayat S.H., M.H. (HA/RS)