,

Mobilitas Virtual ASEAN di Tengah Pandemi

Pandemi Covid-19 tidak menjadi penghalang bagi Universitas Islam Indonesia (UII) untuk terlibat dalam program mobilitas Internasional khususnya di kawasan Asia Tenggara. Hal ini ditunjukkan lewat partisipasi UII pada program Passage To ASEAN (P2A) Virtual Cultural Exchange 2021 yang diikuti oleh mahasiswa dari Thailand dan Indonesia. Program ini diselenggarakan oleh Rangsit University, Thailand bekerja sama dengan beberapa universitas di Indonesia seperti Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta dan Universitas Muria Kudus.

Program ini mengusung 3 topik berbeda yakni Tales From The Local Virtual storytelling Local Myth Place of Worship and Superstitions yang fokus pada isu kekayaan budaya, kepercayaan dan norma yang dimiliki masyarakat Asia Tenggara. Topik kedua yaitu Take Only Photographs Leave Only Footprints (Promote Tourism Virtual Field Trip) yang mengajak seluruh peserta untuk mempromosikan pariwisata melalui field trip virtual.

Topik terakhir yakni Listen to The Earth fokus membahas tentang kelestarian lingkungan, seperti isu pemanasan global dan bagaimana masyarakat ASEAN bisa berkolaborasi untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Chairman P2A, Dr. Arthit Ourairat, dalam sambutannya mengatakan bahwa mobilitas virtual adalah program berkelanjutan yang melibatkan berbagai pihak dalam komunitas ASEAN. Hal ini dilatarbelakangi oleh Pandemi Covid-19 yang menyebabkan terbatasnya mobilitas secara fisik di antara negara ASEAN.

“Dalam mobilitas virtual, kami membawa kalian dalam perjalanan yang sama dan berhubungan dengan teman-teman kalian di kawasan (Asia Tenggara)”, ujarnya. Ia juga menekankan bahwa program ini memiliki tujuan utama untuk membangun kesepahaman dan harmoni yang lebih baik antar pemuda lintas negara ASEAN.

Sementara itu, mobilitas virtual juga ditekankan oleh Wakil Rektor UII Bidang Networking dan Kewirausahaan, Ir. Wiryono Raharjo, M.Arch., Ph.D. Menurutnya, selama Pandemi Covid-19 P2A tetap berkomitmen untuk menjalankan programnya walaupun secara daring. Ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang berlangsung secara luring.

Program ini dilaksanakan dalam jangka waktu empat minggu sejak awal Februari hingga awal Maret 2021. Dalam pelaksanaanya, terdapat tiga tolak ukur keberhasilan yakni pengetahuan, pengalaman dan kesepahaman antar peserta. Untuk menjamin tercapainya tiga tujuan tersebut, pihak penyelenggara telah menyiapkan strategi khusus.

Di antaranya dengan mendesain program yang memiliki jadwal pembelajaran mulai dari orientasi dan pemutaran video sebelum kegiatan dimulai. Peserta juga diperkenalkan dengan topik yang hendak dibahas, diskusi grup yang dipandu oleh mentor perwakilan dari masing-masing universitas hingga pemberian tugas akhir untuk melihat progress yang telah dicapai masing-masing peserta. (AP/ESP)