,

Pandemi Mendorong Bisnis Semakin ke Arah Digital

Era digital membawa beragam transformasi dalam hidup, terutama dalam aspek ekonomi. Berbagai ranah dalam dunia ekonomi mulai disentuh oleh digitalisasi seperti pembayaran, penjualan, promosi, dan lain sebagainya. Merspon urgensi ini, Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Ekonomi (HMJIE) Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia (FBE UII) mengadakan Webinar “Menciptakan Bisnis Kreatif dan Inovatif Digital Bagi Mahasiswa” pada Sabtu pagi (12/03). Acara ini diikuti tidak hanya terbatas pada mahasiswa FBE UII, namun juga beberapa delegasi dari berbagai universitas. 

Narasumber pembuka, Bima Yudhistira, M.Sc., pebisnis muda yang juga menjabat sebagai Direktur Center of Economic and Law Studies menjelaskan bahwa perubahan dunia digital sekarang ini termasuk dalam accidental transformation atau perubahan yang terjadi karena sebuah hal yang tidak diduga-duga sebelumnya. Salah satu faktor penyebab lompatan teknologi tersebut adalah pandemi covid-19. 

Menurutnya, pandemi meningkatkan ketergantungan pada gawai sehingga banyak bermunculan inovasi pada bidang teknologi digital. “Jadi digital itu sebenarnya kalau gak ada pandemi, mungkin kita butuh waktu 5 tahun lagi untuk kondisi seperti sekarang,” tuturnya.

Tidak semua hal berubah ke arah digitalisasi, namun banyak aspek penting yang mengalami migrasi ke dunia digital. Seperti halnya pemesanan makanan yang meningkat menjadi 24% di saat pandemi. Keterbatasan akses ketika terpaksa isolasi mandiri (isoman) turut mempengaruhi peningkatannya. Selain itu, perubahan ke arah daring juga terjadi pada metode pembayaran, belanja kebutuhan sekunder, konsultasi ke dokter, bahkan kegiatan les belajar privat.

Bima berpesan pelaku bisnis digital seperti startup sangat penting membaca segmentasi pasar, karena banyak yang gagal hanya karena salah membaca daya beli konsumen. “Kegagalan yang paling parah adalah memahami segmen pasar,” pungkasnya. Saat ini jumlah startup di Indonesia menduduki peringkat tertinggi ke-5 di dunia. Namun hanya 1% dari jumlah startup tersebut yang bisa bertahan dan menguasai pasar digital. 

Merintis Bisnis Sejak Kuliah

Sementara itu, narasumber kedua, pengusaha dan juga alumni Program Studi Teknik Mesin UII, Untung Aprilianto Putro, S.T. menceritakan kisah inspiratifnya dalam merintis berbagai macam usaha. Pria kelahiran Klaten 1988 yang juga merupakan alumni Teknik Mesin UII ini sekarang memimpin sebuah holding company yang bergerak di bidang gawai, otomotif, fashion, dan service. Untung juga mengaku memiliki hobi yang cukup unik, yaitu bekerja keras.

Berangkat dari latar belakang keluarga yang sederhana, tidak pernah meredupkan semangatnya untuk menjadi seorang pebisnis. Ia mengaku bahwa sudah mulai berjualan sejak masih kecil, dari sana lah kemudian jiwa pengusaha dalam dirinya muncul. “Jadi kalau lagi musim layangan saya jual layangan, kelereng saya jualan kelereng, gambar, gitu lah,” ucapnya.

Di sela kesibukan kuliah, dia mulai berjualan gawai yang ia dapatkan dari toko elektronik di sekitar Jogja. Ketika lulus, ia bekerja di salah satu anak perusahaan Pertamina Persero yang bergerak di bidang service company Bernama Elnusa Tbk. Meski sudah terhitung mapan karena memiliki pekerjaan, Untung pada saat itu tetap terus berniat untuk mengembangkan usaha gawainya yang diberi nama Untung Store.

Dengan keyakinan yang begitu besar, Untung akhirnya memutuskan untuk bekerja setelah kurang lebih 1 tahun di Elnusa Tbk, untuk selanjutnya mengejar mimpinya menjadi seorang pengusaha. Salah satu hal yang terus dipercaya Untung adalah bahwa sebuah usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil. 

Salah satu lini usahanya turut terdampak pandemi covid-19. Usaha tersebut adalah Untung Batik yang bergerak dalam bidang fashion batik hingga harus menutup tokonya di Tanah Abang. Namun semua hal yang pernah dilaluinya hanya akan terus membuatnya semakin yakin bahwa usahanya akan menuai kesuksesan. “Kuncinya itu sebenarnya berani bermimpi dan punya positive mindset,” pesannya di akhir. (HM/ESP)