Peran Apoteker dalam Menjaga Sensitivitas Etis

Mindset

Program Studi Apoteker Universitas Islam Indonesia (PSPA UII) menggelar Pelantikan dan Pengambilan Sumpah Apoteker Angkatan ke-36. Sebanyak 52 apoteker diambil sumpahnya pada Kamis (18/3). Acara dihelat secara daring melalui aplikasi Zoom dan luring di Auditorium Abdulkahar Muzakkir UII dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat. Sidang terbuka Sumpah Apoteker ini secara resmi dibuka oleh Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan (FMIPA UII), Prof. Riyanto, S.Pd., M.Si., Ph.D.

Dalam sambutannya, Rektor UII, Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D memberikan ucapan selamat kepada seluruh apoteker baru angkatan ke-36. “Selamat kepada seluruh apoteker muda yang hari ini disumpah, yang sudah menyelesaikan ujian kompetensi apoteker Indonesia (UKAI), dan alhamdulillah untuk angkatan 36 saat ini lulus 100 persen,” ucapnya. Prof. Fathul Wahid dalam kesempatan ini juga memberikan dua pesan penting kepada seluruh apoteker baru.

Pengembangan Obat Lokal
Fathul Wahid mengemukakan bahwa penggunaan bahan herbal untuk dijadikan obat-obatan bukanlah hal baru, dan pengobatan ini sudah lama digunakan. Pengobatan herbal memiliki potensi yang luar biasa dan saat ini perhatian peneliti kepada obat-obatan herbal juga meningkat dengan pesat. Peran apoteker baru untuk terus mengawal dalam pengembangan pengobatan herbal yang memanfaatkan sumberdaya lokal Indonesia dianggap penting, agar manfaatnya dapat digunakan masyarakat luas.

“Saudara, sebagai apoteker nantinya tidak hanya mengembangkan potensi diri tapi juga mengembangkan pengobatan herbal yang bisa bermanfaat bagi masyarakat. Ini juga harus menjadi perhatian, bagaimana sumberdaya lokal Indonesia bisa kita maksimalkan manfaatnya,” tutur Fathul Wahid.

Menjaga Sensitivitas Etis
Kewajiban seorang apoteker dalam melakukan praktik kefarmasian salah satunya yaitu menjaga sensitivitas etika agar tidak mengeksploitasi kesempatan. Hadirnya pandemi di Indonesia kerap memunculkan berbagai problematika etis yang bertujuan untuk mengeruk keuntungan besar. Akan tetapi, perilaku ini harus dihindari oleh apoteker muslim yang dididik dengan nilai-nilai Islam, semangat ulil albab, agar sensitivitas etis dalam dirinya tetap terjaga.

“Ada banyak aspek yang salah satunya adalah aspej etika, memang bisa mengeruk keuntungan yang luar biasa ketika pandemi ini melangkah tapi sebagai apoteker muslim yang dididik dengan nilai-nilai Islam, semangat ulil albab, sensitivitas etis nampaknya harus dijaga. Niat kita menolong, mendapatkan manfaat atau keuntungan itu harus wajar dan tidak boleh mengeksploitas kesehatan,” jelasnya.

Dalam rangkaian acara Pelantikan dan Pengambilan Sumpah ini, juga dilakukan penyerahan pin emas oleh Rektor UII kepada apoteker berprestasi terbaik angkatan ke-36, yakni apt., Zahrotun Nafiah, S.Farm. dengan perolehan IPK Kelulusan 3,97. Selain itu ia juga mendapatkan penghargaan CDC Award dari salah satu perusahaan farmasi nasioal PT. Catur Dakwah Crane Farmasi. Tturut hadir dalam acara pengurus Daerah Ikatan Apoteker Indonesia (PD IAI) Daerah Istimewa Yogyakarta Arifianti Piskana Susilowati, M.Clin.Pharm., Apt. dan Dinas Kesehatan DIY, Dra. Heni Aprica M.Kes., Apt. (AP/RS)