,

Peringati Hari Pahlawan, Pimpinan UII Ikuti Upacara dan Ziarah ke Makam Pendiri

Sejumlah tokoh dan pimpinan UII menghadiri upacara peringatan hari pahlawan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada Minggu (10/11), di Stadion Mandala Krida, Gondokusuman, Yogyakarta. Di antara yang hadir yakni Rektor UII Fathul Wahid., Ph.D., Wakil Rektor Bidang Pengembangan Akademik dan Riset Dr. Imam Djati Widodo., M.Eng.Sc., Wakil Rektor Bidang Networking dan Kewirausahaan, Ir. Wiryono Raharjo., M.Arch., Ph.D., serta Sekretaris Eksekutif Pimpinan Universitas Dr. Raden Bagus Fajriyah Hakim., M.Si. Upacara hari pahlawan kali ini mengangkat tema “Aku Pahlawan Masa Kini”.

Di samping itu, hadir pula beberapa tokoh militer seperti Danlanal Yogyakarta Kolonel Marinir Bambang Adriantoro, jajaran TNI, POLRI, para pejabat Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompimda), tamu undangan dari unsur pemerintah, veteran pejuang kemerdekaan, mahasiswa, serta pelajar.

Sebagai Inspektur Upacara (Irup) adalah Gubernur Akademi Angkatan Udara (AAU) Marsekal Madya TNI Nanang Santoso, serta bertindak selaku komandan upacara (Danup) Mayor Lek. M. Roziq.

Julian P. Batubara dalam amanat Menteri Sosial RI yang disampaikan oleh Irup menyampaikan bahwa hari pahlawan mengingatkan pada peristiwa besar di Surabaya sekaligus mengingatkan bahwa kemerdekaan saat ini merupakan buah dari perjuangan keras para pahlawan yang telah gugur.

“Peristiwa ini mengingatkan kita bahwa kemerdekaan yang kita rasakan tidaklah datang begitu saja, namun memerlukan perjuangan dan pengorbanan yang luar biasa dari para pendahulu neger.” Ujar Julian melalui amanat yang disampaikan Irup.

Julian juga mengingatkan agar keutuhan NKRI yang telah dibangun melalui tetesan darah para pahlawan tidak sia-sia, serta tidak menjadikan hari pahlawan hanya sebatas seremonial, tetapi berisi kegiatan yang bermanfaat. “Saudara sebangsa dan setanah air, hari pahlawan kiranya bukan hanya bersifat seremonial semata, tetapi dapat diisi dengan berbagai aktivitas yang dapat menyuburkan rasa nasionalisme dan meningkatkan rasa kepedulian untuk menolong sesama yang membutuhkan.” Seru Julian.

Pada saat upacara, dibacakan pula pesan-pesan perjuangan atau kata-kata mutiara dari para pahlawan nasional diantaranya:

Pesan Pahlawan Nasional Nyi Ageng Serang

“Untuk keamanan dan kesentausaan jiwa, kita harus mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, orang yang mendekatkan diri kepada Tuhan tidak akan terperosok hidupnya, dan tidak akan takut menghadapi cobaan hidup, karena Tuhan akan selalu menuntun dan melimpahkan anugerah yang tidak ternilai harganya“

(Disampaikan pada saat Nyi Ageng Serang mendengarkan keluhan keprihatinan para pengikut/rakyat, akibat perlakukan kaum penjajah).

Pesan Pahlawan Nasional Jenderal Sudirman

“Tempat saya yang terbaik adalah di tengah-tengah anak buah. Saya akan meneruskan perjuangan. Met of zonder Pemerintah TNI akan berjuang terus”

(Disampaikan pada jam-jam terakhir sebelum jatuhnya Yogyakarta dan Jenderal Sudirman dalam keadaan sakit, ketika menjawab pernyataan Presiden yang menasehatinya supaya tetap tinggal di kota untuk dirawat sakitnya).

Pesan Pahlawan Nasional Prof. DR. R. Soeharso

“Right or Wrong my country, lebih-lebih kalau kita tahu, negara kita dalam keadaan bobrok, maka justru saat itu pula kita wajib memperbaikinya “

(Pernyataan sebagai seorang nasionalis dan patriot).

Pesan Pahlawan Nasional Prof. Moh. Yamin, SH.

“Cita-cita persatuan Indonesia itu bukan omong kosong, tetapi benar-benar didukung oleh kekuatan-kekuatan yang timbul pada akar sejarah bangsa kita sendiri “

(Disampaikan pada kongres II di Jakarta tanggal 27-28 Oktober 1928 yang dihadiri oleh berbagai perkumpulan pemuda dan pelajar, di mana ia menjabat sebagai sekretaris).

Pesan Pahlawan Nasional Supriyadi

“Kita yang berjuang jangan sekali-kali mengharapkan pangkat, kedudukan ataupun gaji yang tinggi“

(Disampaikan pada saat Supriyadi memimpin pertemuan rahasia yang dihadiri beberapa anggota peta untuk melakukan pemberontakan melawan pemerintah Jepang).

Pesan Pahlawan Nasional Teuku Nyak Arif

“Indonesia merdeka harus menjadi tujuan hidup kita bersama“

(Disampaikan pada pidato bulan Maret 1945, dimana Teuku Nyak Arif menjadi wakil ketua DPR seluruh Sumatera).

Pesan Pahlawan Nasional Abdul Muis

“Jika orang lain bisa, saya juga bisa, mengapa pemuda-pemuda kita tidak bisa, jika memang mau berjuang“

(Menceritakan pengalamannya di luar negeri kepada para pemuda di Sulawesi, ketika Abdul Muis melakukan kunjungan ke Sulawesi sebagai anggota Volksraad dan sebagai wakil SI).

Pesan Pahlawan Nasional Pangeran Sambernyowo / KGPAA Mankunegoro I

  • Rumongso melu handarbeni ( merasa ikut memiliki )
  • Wajib melu hangrungkebi ( wajib ikut mempertahankan )
  • Mulat sario hangroso wani ( mawas diri dan berani bertanggung jawab )
  • (Merupakan prinsip Tri Dharma yang dikembangkan oleh Mangkunegoro I).

Pesan Pahlawan Nasional Pattimura

“Pattimura-pattimura tua boleh dihancurkan, tetapi kelak pattimura-pattimura muda akan bangkit”

(Disampaikan pada saat akan digantung di kota Ambon tanggal 16 Desember 1817).

Pesan Pahlawan Nasional Silas Papare

“Jangan sanjung aku, tetapi teruskanlah perjuanganku”

(Disampaikan pada saat memperjuangkan Irian Barat/Papua agar terlepas dari belenggu kolonialisme Belanda dan kembali bergabung dengan NKRI).

Usai upacara, kegiatan dilanjutkan dengan pemberian penghargaan kepada pemenang olimpiade pahlawan kegiatan kepahlawanan, keperintisan, kesetiakawanan, dan restorasi sosial, tahun 2019.

Upacara kembali dihelat di Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara, dilanjutkan dengan penaburan bunga pada beberapa pusara pahlawan seperti pusara Jenderal Sudirman beserta keluarga, termasuk salah satu pahlawan sekaligus Rektor ketiga UII yang baru saja dianugerahi pahlawan nasional yakni Prof. Dr. M. Sardjito. (DD/ESP)