Perkembangan Terbaru Kasus Covid-19 di Indonesia

Continuing Medical Education Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (CME FK UII) mengadakan webinar CORONA 3.0 dengan mengangkat tema “Clinical Update and New Phenomenon of Covid-19”. Webinar ini dilatarbelakangi perkembangan kasus Covid-19 di Indonesia yang dalam satu tahun terakhir telah memakan korban 45.334 ribu jiwa per 30 April 2021. Salah satu upaya pencegahan adalah dengan vaksinasi. Selain menciptakan kekebalan kelompok (herd immunity), vaksinasi juga diharapkan dapat menjaga produktivitas dan meminimalisasi dampak sosial dan ekonomi. Namun, saat ini masyarakat Indonesia masih sedikit yang tervaksin, sehingga masih jauh dari herd immunity.

“Dari 200 vaksin yang diteliti, sebanyak 7 sudah disetujui. Di Indonesia baru ada dua yang diedarkan yaitu, sinovac dan astra zeneca,” papar Dr. dr. Erlina Burhan, M.Sc, Sp.P (K) pada sesi pertama mengenai “Covid-19 Nowadays”.

Varian baru virus covid-19 yang ditemukan di Indonesia pada Maret 2021 adalah VOC B.1.1.7. Varian baru ini diindikasikan dapat meningkatkan transmisi dan dapat mengurangi efektivitas vaksin. Sebelumnya pada November 2020 ditemukan varian baru juga di Indonesia yaitu N439K yang diindikasikan dapat mengurangi keberhasilan vaksin.

“Seiring berjalannya waktu, mutasi pada virus adalah kejadian normal. Ketika variasi yang terbentuk meningkatkan risiko terhadap manusia, baik melalui transmisi, virulensi, dan efektivitas tatalaksana vaksin,” jelasnya.

Semua vaksin memiliki kemampuan dalam mencegah penularan dan manifestasi Covid-19. Semakin banyak yang tervaksin, akan semakin menekan penularan. Sehingga tidak perlu pilih-pilih vaksin.

“Vaksin bukanlah benteng tunggal kita dalam berperang melawan virus covid-19. Protokol 5M, 3T, dan menjaga imunitas tubuh harus selalu kita terapkan dalam kehidupan new normal ini,” tutupnya.

Angka kematian akibat Covid-19 diketahui berkaitan dengan kerusakan pada organ paru-paru. Namun, berbagai penelitian menunjukkan adanya kerusakan pada sistem jantung dan pembuluh, berupa koagulopati pada pasien Covid-19. Koagulopati adalah gangguan pembekuan darah yang mengakibatkan perdarahan yang berlebihan.

“Pada pasien Covid-19 ditemukan tanda koagulopati seperti peningkatan D-dimer, trombositopenia ringan, dan pemanjangan prothrombin time,” papar Prof. Dr. dr. Budi Yuli Setianto, SpPD-KKV, Sp.JP (K) pada sesi dua mengenai “New Phenomenon of Covid-19: Management of Multisystem Inflammatory Syndrome of Coagulopathy.”

Selanjutnya pada sesi terakhir disampaikan langsung oleh dr. Andi Sulistyo Nugroho, Sp.KFR mengenai “Rehabilitasi Medik Pasca Covid-19.” Rehabilitasi tersebut bertujuan untuk memelihara fungsi dan mencegah disabilitas serta meningkatkan kualitas hidup. “Target dari rehabilitasi salah satunya adalah meredakan kecemasan,” jelasnya.

Rehabilitasi medik pasca Covid-19 dibagi menjadi fase akut, subakut, dan jangka panjang. Klinis yang harus diperhatikan adalah status dari virus itu sendiri pada pasien. (UAH/ESP)