,

Persiapan Pembelajaran Tatap Muka untuk Anak

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (UII) menyelenggarakan seminar mengangkat tema persiapan pembelajaran tatap muka untuk anak. Menilik surat edaran Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor: 421/08622 tentang Kebijakan uji percontohan pembelajaran tatap muka terbatas pada masa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 3 Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) di SMA, SMK, dan SLB di Daerah Istimewa Yogyakarta.

“Kami sudah menyebarkan surat edaran tersebut ke pemerintahan kabupaten dan kota, yang akan mereka teruskan kepada SD dan SMP,” tutur Suhirman, M.Pd., Wakil Kepala Dinas Dikpora Provinsi DIY.

Suhirman mengatakan tidak semua sekolah mampu melaksanakan kebijakan tersebut yang dimulai pada 20 September 2021. Salah satu alasannya adalah beberapa sekolah tengah melaksanakan penilaian tengah semester yang sudah dirancang untuk sistem daring.

“Saat ini sebanyak 195 SMA SMK (Negeri dan Swasta) dan 5 SLB (Sekolah Luar Biasa) yang mampu melaksanakan kegiatan PTM,” jelasnya.

Lebih lanjut Suhirman menjelaskan syarat diberlakukannya PTM, antara lain adalah sekolah yang ditunjuk minimal 80% warga sekolah sudah divaksin, sudah melaksanakan sosialisasi secara virtual, orang tua dapat memilih anaknya untuk PTM atau tidak, dan juga sekolah tetap memberikan layanan PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) daring bagi siswa yang tidak mengikuti PTM. Mata pelajaran yang dilakukan secara PTM adalah bidang-bidang yang berat dan diharuskan untuk tatap muka.

“Jika dalam uji coba PTM ditemukan kasus Covid-19, maka PTM wajib dihentikan sementara selama 3×24 jam untuk dilakukan 3T (Testing, Tracing, Treatment),” tutupnya.

Selanjutnya dr. Sumadiono, Sp.A. (K), Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Daerah Istimewa Yogyakarta menyampaikan aspek kesehatan pembelajaran tatap muka bagi anak. Melansir dari aturan WHO menurutnya ada beberapa syarat yang harus dipenuhi sebelum PTM, antara lain adalah saat angka penularan Covid-19 sudah terkendali, sistem kesehatan yang sudah memadai, dimana mampu mengidentifikasi sekaligus melacak dan mengkarantina. Angka kejadian penyakit harus ditekan utamanya di tempat dengan kerentanan tinggi seperti sekolah, dan menyiapkan langkah-langkah pencegahan di sekolah.

“Perkembangan kasus Covid-19 pada dua minggu terakhir ini menurun baik yang terkonfirmasi maupun meninggal, serta angka kesembuhan yang angkanya terus naik,” jelas dr. Sumadiono. Menurutnya hal tersebut merupakan kabar baik sehingga bisa mempercepat terlaksananya PTM.

Sementara dr. M. Bherbudi Wicaksono, Sp.A, Dokter Spesialis Anak menjelaskan mengenai persiapan pembelajaran tatap muka bagi orangtua siswa. Menurutnya orang tua harus mempertimbangkan usia anak minimal 12 tahun yang sudah mendapatkan vaksin serta tanpa ada penyakit komorbiditas, contohnya adalah obesitas.

“Anak dipastikan sudah memahami protokol kesehatan seperti memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan,” jelasnya.

dr. Bherbudi juga menyarankan sekolah untuk memperhatikan keadaan sirkulasi udara di kelas yang sebaiknya dibuka jendelanya atau jika menggunakan AC sebaiknya terdapat air purifier. Durasi belajar maksimal adalah lima jam. Siswa sebaiknya juga membawa masker cadangan, namun sekolah juga harus menyiapkannya. (UAH/RS)