,

Rakorja UII Angkat Tema Harmoni Kolegial, Transformasi Digital, dan Progres Mondial

Menemukan makna baru merupakan tantangan dan tuntutan bagi setiap universitas. Baik di setiap kegiatan rutin harian, mingguan, bulanan, bahkan tahunan. Acara rutin tahunan seperti halnya Rapat Koordinasi Kerja (Rakorja) kerap kali dinilai sebagai kegiatan formalitas, namun hal ini bukan alasan untuk kehilangan makna dari acara tersebut. Hal ini dikemukakan Rektor Universitas Islam Indonesia (UII), Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D. dalam pelaksanaan Rakorja UII Tahun 2023, di Yogyakarta Marriott Hotel, 19-20 September 2023.

Rakorja UII tahun 2023 mengangkat tema Harmoni Kolegial, Transformasi Digital, dan Progres Mondial”. Dihadiri pimpinan UII di tingkat universitas, fakultas, dan program studi, agenda ini diharapkan dapat menghasilkan ruang diskusi yang sehat dan bermakna untuk perkembangan UII ke depan. Selain itu juga dapat memunculkan isu- isu dan hal-hal strategis yang akan menjadi basis universitas untuk bergerak di waktu mendatang. Pelaksanaan Rakorja UII kali ini juga mengundang Prof. Jatna Supriatna, Ph.D., yang merupakan dosen dan peneliti di Universitas Indonesia sebagai pemateri di salah satu sesi.

Prof. Fathul Wahid mengemukakan tema Rakorja UII kali ini merupakan penemuan makna baru dari tema Rakorja pada tahun 2019. “Tema yang kita ambil dalam Rakorja ini kalau Ibu Bapak masih ingat empat tahun yang lalu ada tiga kata yang muncul di depan, ini kita pakai ‘Kolegial, Digital, Mondial’. Hari ini kita tambah predikat di depan harmoni kolegial, itu tidak berarti menghilangkan batas hak dan kewajiban, wewenang dan tanggung jawab, hubungan relasi tanggung jawab,” tuturnya.

“Dan ini yang dinamakan harmoni, contohnya menjamin iklim yang demokratis di kantor itu juga bagian dari harmoni. Kalau sampai ada orang yang takut menyampaikan kebenaran di UII, ini berarti demokrasi sudah mati di rumahnya sendiri. Harmoni tidak terbentuk,” tandas Prof. Fathul Wahid.

Lebih lanjut Prof. Fathul Wahid menerangkan tentang transformasi digital dan progres mondial. “Yang kedua Ibu Bapak, transformasi digital, digitalisasi itu alat bukan tujuan untuk apa, untuk mentransformasikan organisasi kita, mentransformasikan proses bisnis, mentransformasikan bagaimana ide gagasan itu bisa muncul,” terangnya.

“Progres Mondial, UII sejak lahir itu sudah dicanangkan sebagai lembaga yang mondial oleh para pembesut pendiri. Ikrar mahasiswa pun yang pertama sudah ada nuansa semangat mondialitas di sana, dan ini menjadi pesan penting dari para pendiri dan kita. Insyaallah ibu bapak akan menjaga, merawat semangat ini menjadikan UII ini Mondial. Dan di sini ada progres, kita sudah lama melakukan ini, dan sudah mendokumentasikan banyak kemajuan, tetapi masih banyak pekerjaansehingga hari ini semangat mondialitas kita bisa temukan di forum diskusi kali ini,” tambah Prof. Fathul Wahid.

Sementara Ketua Umum Pengurus Yayasan Badan Wakaf (YBW) UII, Dr. Suparman Marzuki, S.H., M.Si. dalam arahannya menegaskan tentang fokus dari Pengurus Badan Wakaf periode 2023-2028. “Pengurus akan fokus pada konsensus utama Yayasan yaitu pendidikan dan pengembangan masa depan,” jelasnya.

Suparman Marzuki mengajak para peserta Rakorja untuk bekerja sama pada bagian yang bisa dikerjakan bersama. “Mari kita bikin platform bersama untuk membuat bidang pengembangan masyarakat yayasan bisa lebih maju lagi, dan bisa lebih tandas lagi mengeratkan fungsinya. Karna kalau dicari program visi dan misi yayasan itu, sederhananya pendidikan itu dilakukan mampu melahirkan calon-calon pemimpin bangsa, tetapi pengembangan masyarakat melahirkan pengemban misi Rahmatan Lil- alamin,” tuturnya.

Selain itu, Ketua Komisi Yudisial periode 2013-2015 ini juga berpesan untuk tetap bersyukur dan mendukung kegiatan YBW “Unit-unit bisnis kita yang berkembang makin maju, makin bagus harus kita syukuri. Akan menjadi supporting bagi kegiatan core bisnis kita yaitu pendidikan dan pengembangan masyarakat. Jadi kita tidak berbisnis untuk bisnis, lama-lama UII jadi perusahaan, ndak boleh begitu. Karena nawaitu nya bisnis itu dibangun untuk mendorong pendidikan agar pada waktunya nanti hasil bisnis ini menjadi pembiayaan bagi seluruh aktivitas pendidikan kita.” terangnya.