PKM UII Teliti Tingkat Ketahanan Hidup Balita Penderita Pneumonia

Kelangsungan hidup bangsa dan negara Indonesia bergantung pada kualitas anak-anak masa kini sebagai generasi pelanjut di masa yang akan datang. Namun, menurut Kementerian Kesehatan pada tahun 2012 hingga 2015 jumlah angka kematian akibat Pneumonia pada balita di Indonesia selalu meningkat. Pneumonia merupakan penyebab 15% kematian balita, yaitu diperkirakan sekitar 922.000 balita di tahun 2015. Pneumonia menyerang semua umur di semua wilayah, namun terbanyak terjadi di Negara berkembang.

Gejala penyakit pneumonia yaitu menggigil, demam, sakit kepala, batuk, mengeluarkan dahak, dan sesak napas. . Faktor-risiko ini seharusnya diperhatikan secara serius dan perlu intervensi segera agar penurunan insiden pneumonia berdampak signifikan pada penurunan angka kematian balita.

Berangkat dari permasalahan diatas, Tim PKM-UII yang terdiri dari lima mahasiswa program studi statistika melakukan penelitian terkait faktor apa saja yang berpengaruh signifikan terhadap ketahanan hidup balita penderita pneumonia. Adapun anggota tim tersebut diantaranya Ahmad Husain Abdullah, Rabiatul Adawiyah, Tri Atmaja Huda, Reny Roswita Nazar, dan Zulfa Aulia Khusna.

Penelitian ini menggunakan data rekam medis salah satu Rumah Sakit di D.I Yogyakarta. Deskripsi data yang didapat yakni sebanyak 180 data pasien kemudian di reduksi menjadi 60 pasien balita dengan 56 data pasien yang mengalami event (membaik) dan sisanya tersensor kanan.

Berdasarkan hasil penelitian hal-hal yang dapat dijadikan simpulan diantaranya : Jika distribusi data survival diketahui, maka perlu dilakukan uji perbandingan antara model paramerik dan regresi cox. Nilai yang mendapat acuan pengambilan model terbaik yaitu nilai likelihood ratio yang terkecil. Berdasarkan data, faktor-faktor intrinsik yang mempunyai pengeruh signifikan terhadap tingkat ketahanan balita pasien pneumonia hingga membaik yaitu jenis kelamin dan pengobatan. Adapun model terbaik yang didapatkan berasal dari model regresi weibull dengan nilai koefisien jenis kelamin sebesar 0,673 sedangkan jenis obat sebesar 0,992.

Jika dilakukan simulasi data terhadap pasien yang diberi treatment kelompok jenis obat  cefixime, cefotaxime, ampicillin, Nucef, dan Farbivent pada saat t=5 maka hasilnya adalah 0,539. Sedangkan pemberian obat jenis lainnya hasilnya 0.873. Sehingga didapati kesimpulan bahwa lama waktu sembuh pasien yang diberi jenis obat cefixime, cefotaxime, ampicillin, Nucef, dan Farbivent lebih cepat dibandingkan dengan obat jenis lainnya.

Tim menyadari bahwasannya penelitian ini masih kurang untuk dijadikan acuan kebijakan, maka dari itu rencana selanjutnya adalah memperbanyak jumlah sampel penelitian. Agar hasil keputusan yang didapatkan dapat dijadikan acuan yang valid guna penurunan insiden pneumonia berdampak signifikan pada penurunan angka kematian balita.

Save

Save