,

Transformasi Besar untuk Bertahan dari Disrupsi

Meniti karir di era 4.0 ternyata sarat dengan tantangan baru. Salah satunya yakni tenaga manusia perlahan tergantikan oleh komputer dan drone yang terdigitalisasi. Para lulusan pencari kerja diharuskan memiliki seperangkat keterampilan dan pola pikir baru agar bisa bertahan. Inilah yang menjadi topik utama dalam “Webinar Karir: Peluang dan Tantangan Karir di Era Industri 4.0” yang diadakan oleh Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) UII pada Ahad (16/08) secara daring. Acara ini dalam rangka memperingati ulang tahun ke-25 FPSB UII.

“Ada tiga ciri yang menandakan era 4.0 yakni digitalisasi, otomatisasi, dan kecerdasan buatan,” ungkap Adhi Hutama Habibi, S.Psi. mengawali sesi. Tidak sedikit industri yang telah terdisrupsi, contohnya media cetak atau transportasi.

Banyak yang kini mulai beralih menghadirkan layanan daring. Menurutnya, tidak ada industri yang imun dari disrupsi. Oleh karenanya, memiliki mindset dan menguasai skill yang tepat sangatlah penting untuk bertahan.

Ia berpendapat dengan adanya robot, digitalisasi, dan otomatisasi, berdampak pada bergesernya keterampilan yang diperlukan. “Bukan lagi petani yang akan menyiram atau menghitung jumlah tanaman, tetapi drone yang akan melakukannya,” ungkap Adhi. Ia mengutip laporan World Economic Forum 2018, bahwa 60% pekerjaan akan tergantikan oleh otomatisasi.

Lebih lanjut, Senior Manajer Pengembangan Organisasi dan Sumber Daya Manusia di Great Giant Foods itu mengaku bahwa pandemik merupakan agent of change yang cukup masif dalam perubahan dunia kerja. Pasalnya, yang terjadi tidak sembarangan, kini, pegawai kantor tidak harus datang ke kantor untuk bekerja. Mereka diabsen melalui sistem.

Menghadapi perubahan ekstrim di tempat kerja, Adhi menekankan penerapan ide transformasi besar. “Great people, great process, dan great space,” tuturnya. Pada dasarnya Great Transformation merupakan pola atau langkah adaptif yang dilakukan dalam merespon disrupsi. Great people ialah proses melengkapi pekerja dengan keterampilan yang relevan dan tidak termakan oleh perkembangan teknologi. Di sisi lain, great process merupakan eliminasi langkah atau proses yang tidak perlu. Sedangkan great space adalah fleksibilitas di mana semua orang bisa bekerja di mana pun.

Sementara itu, pembicara Endah Sri Elyawati, S.Pd., juga sepakat bahwa dunia pendidikan pun kini beralih dari kelas konvensional menjadi kelas daring. “Kini kita belajar melalui google classroom, Edmodo, atau Zoom,” ungkap Endah. Inilah yang mendorong guru tidak hanya perlu melek teknologi, tapi juga kreatif membuat kegiatan daring.

“Mereka (siswa) senang bermain dengan gawainya. Ini melahirkan ide untuk kegaiatan belajar-mengajar seperti membuat poster yang diunggah ke Instagram. Tidak sedikit juga anak-anak yang gemar berbelanja daring, lalu saya meminta mereka membuat dan menjual produk yang mereka suka dan diunggah ke YouTube,” tutur guru Sekolah Islam Nabilah itu. (IG/ESP)