,

Tujuh Perguruan Tinggi Indonesia Ikuti Pelatihan Pengembangan Kepemimpinan di Spanyol

Universitas Islam Indonesia (UII) beserta enam perguruan tinggi (PT) dalam negeri yakni Universitas Brawijaya, Universitas Ahmad Dahlan, President University, Universitas  Negeri Semarang, Universitas Padjajaran, dan STIE Malangkucecwara terlibat dalam pelatihan pengembangan kepemimpinan bertajuk “Indonesian Partners Staff Training Workshop Phase 3”. Pelatihan yang diadakan di Granada, Spanyol pada 26-30 September 2022 ini merupakan bagian dari proyek Erasmus+ Indonesian Higher Education Leadership (Erasmus+ iHiLead). 

Proyek ini berfokus pada pengembangan kepemimpinan dan manajemen yang disesuaikan dengan kebutuhan khusus institusi pendidikan tinggi di Indonesia. Sebelumnya, ketujuh universitas telah membentuk konsorsium yang didukung oleh Kemendikbud Ristek. Kegiatan pelatihan di Granada juga mendapat dukungan tiga perguruan tinggi di Eropa mitra konsorsium, yaitu University of Gloucestershire, Inggris,  University of Granada, Spanyol, dan International School for Social and Business Studies, Slovenia.

Pelatihan dibuka oleh Representative of the Rector at University of Granada, Dr. Irene Pedreira Romero. Turut pula hadir perwakilan Kemendikbud Ristek, Tjitjik Srie Tjahjandarie. Ph.D. dan perwakilan perguruan tinggi konsorsium dari Indonesia dan perguruan tinggi dari Eropa. Pelatihan mengadopsi konsep seminar tentang best practice pada topik-topik yang berkaitan dengan kepemimpinan dari beberapa perguruan tinggi di Eropa. 

Sebagai tindak lanjut pasca pelatihan serta guna menjamin keberlangsungan program ke depan, maka konsorsium tujuh perguruan tinggi dalam Erasmus+ iHiLead juga membentuk asosiasi bernama Perkumpulan Pendidikan Kepemimpinan Perguruan Tinggi (PEMIMPIN). Koordinator Proyek Erasmus+ iHiLead UII, Dr.-Ing. Ir. Ilya Fadjar Maharika, MA., IAI. menjelaskan bahwa melalui asosiasi ini, konsorsium berkomitmen untuk menyelenggarakan pelatihan-pelatihan kepemimpinan yang didesain sesuai dengan kebutuhan peningkatan kapasitas kepemimpinan bagi perguruan tinggi di Indonesia. 

“Pada tahun 2023 nanti, proyek kolaboratif Erasmus+ iHiLead ini akan mengadakan 13 angkatan pelatihan kepemimpinan perguruan tinggi yang tersebar di tujuh perguruan tinggi anggota konsorsium. Melalui dukungan dari Kemendikbud Ristek, konsorsium berencana melibatkan lebih banyak peserta dari perguruan tinggi di luar anggota konsorsium”, tutur Ilya.

Sementara itu, Kepala Hubungan Internasional STIE Malangkucecwara, Ir. Dwi Nita Aryani, M.M., Ph.D. menjelaskan bahwa materi yang diperoleh dalam kegiatan tersebut fokus pada formulasi dan implementasi beragam program melalui proyek Erasmus+ iHiLead yang mampu memberikan dampak pada peningkatan kualitas kepemimpinan perguruan tinggi di Indonesia. 

“Melalui wawasan yang kami peroleh dari beberapa praktik kepemimpinan perguruan tinggi di Eropa ini, kami akan berupaya mendesain ragam program melalui proyek Erasmus+ iHiLead untuk perguruan tinggi-perguruan tinggi di Indonesia, sehingga harapannya mampu meningkatan kapasitas kepemimpinan di lingkungan perguruan tinggi secara nasional”, terang Nita. 

Selain itu, materi pelatihan juga berfokus pada prinsip-prinsip dalam menciptakan dampak perguruan tinggi bagi lingkungan yang mendorong pengembangan kebijakan dan program yang menekankan pada proses serta hasil yang berdampak positif pada tata kelola perguruan tinggi.

Menurut Nita, aktivitas peserta dalam fase ketiga ini adalah untuk mengembangkan project of change management sebagai lanjutan dari aktivitas di fase 1 dan 2 yang sebelumnya telah dilaksanakan di UII dan Universitas Padjajaran. “Adapun aktivitas pada fase sebelumnya menekankan pada pengayaan dan peningkatan kapasitas peserta dalam hal kepemimpinan, mengelola sumber daya, dan mengelola konflik”, jelas Nita.

Lebih lanjut, Nita menyampaikan bahwa proyek Erasmus+ iHiLead memiliki fungsi yang sangat strategis bagi perbaikan tata kelola perguruan tinggi yang diharapkan mampu memberi dampak signifikan pada peningkatan kualitas institusi perguruan tinggi di Indonesia, yang sejalan dalam mendukung pencapaian program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). “Oleh karena itu, keterlibatan perguruan tinggi mitra dari Eropa penting dimanfaatkan sebagai mitra perubahan dalam mengadvokasi pentingnya efektivitas kepemimpinan perguruan tinggi di Indonesia”, jelasnya.

Penyelenggaraan pelatihan sendiri dilandasi oleh berkembangnya era VUCA (akronim dari Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity) yang menghadirkan tantangan dinamis bagi banyak pihak. Di dunia industri, konsep VUCA telah banyak diadopsi guna menjadi panduan dan pertimbangan penting dalam konteks kepemimpinan dan perencanaan strategis. Nyatanya, dampak dari ketidakpastian yang muncul di era VUCA tidak hanya dirasakan oleh dunia bisnis, tetapi juga perguruan tinggi. 

Kemampuan perguruan tinggi dalam menjamin kualitas pendidikan, mengembangkan ilmu pengetahuan, dan berkontribusi di masyarakat, tidak terlepas dari gejolak, ketidakpastian, kompleksitas, dan ambiguitas. Dalam konteks ini, penting bagi para pemimpin perguruan tinggi di Indonesia untuk dapat mengambil keputusan secara cermat, karena keunggulan perguruan tinggi tentu tidak terlepas dari pengaruh kapasitas pimpinannya. Tak hanya itu, kondisi di era VUCA juga menuntut kecepatan, kelenturan, dan ketepatan pemimpin perguruan tinggi dalam mengambil keputusan.