,

Waspadai Sindrom Metabolik, Obesitas Jadi Ancaman

Sindrom metabolik kini tengah menjadi masalah serius di masyarakat. Penyakit yang merupakan kumpulan gejala dari faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah ini dapat memberikan dampak serius bagi tubuh penderitanya. Penyebab paling umumnya akibat kenaikan kadar kolesterol dan tekanan darah di atas normal.

Seperti dipaparkan oleh dr. Julahir Hodmatua Siregar, M.Kes., M.Ked. (PD). Sp. PD pada acara Seminar Pengabdian Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (FK UII) berkolaborasi dengan Universitas Islam Sumatera Utara belum lama ini di UII.

Dia menyampaikan angka kejadian obesitas sentral juga menjadi faktor pencetus yang dominan. Obesitas sentral adalah suatu kelainan kelebihan berat badan yang terlokalisasi di bagian perut. Cara mengetahuinya adalah dengan mengukur lingkar perut menggunakan meteran baju. Hasil dikatakan tidak normal saat lingkar perut laki-laki melebihi 90 cm dan wanita 80 cm.

Lebih lanjut, dr. Julahir menjelaskan faktor keturunan turut menyumbang angka kejadian penyakit sindrom metabolik. Hal ini perlu diwaspadai bagi anak yang memiliki orang tua menderita penyakit tersebut karena akan meningkatkan risiko. 

Tak hanya itu, pada wanita khususnya yang pernah menderita diabetes saat kehamilannya akan meningkatkan risiko untuk terserang sindrom metabolik nantinya. Pada bayi yang lahir prematur dengan berat badan lahir rendah (BBLR) juga lebih berisiko. “Tantangan kita saat ini adalah sedentary lifestyle atau gaya hidup sedentari rendah,” jelasnya.

Julahir menyinggung dampak pandemi yang mengubah gaya hidup masyarakat. Sedentary lifestyle merupakan gaya hidup yang sedikit bergerak dan lebih banyak menghabiskan waktu dengan berdiam diri. Tentu hal tersebut berkembang seiring kemajuan teknologi. Kini, semua hal dapat diakses dengan hanya menggunakan gawai.

Mengenali Gejala Sindrom Metabolik

Gejala sindrom metabolik dapat dikenali melalui perubahan yang dialami oleh tubuh penderitanya. Menurut dr. Julahir penderita akan mudah merasakan lapar dan haus yang diikuti frekuensi buang air air kecil yang sering. Gejala lain yang biasanya membawa penderita menuju fasilitas kesehatan adalah timbulnya nyeri dada. 

Saat seorang pasien datang dengan keluhan tersebut seorang dokter harus menggali riwayat tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, dan kadar gula darah tinggi. “Pasien kerap datang dengan keluhan gangguan tidur,” tambahnya.

Senada dengan penjelasannya terkait sedentary lifestyle, dr. Rina Juwita, Sp.PD, Dosen FK UII menjelaskan kebiasaan baru yang perlu dilakukan oleh penderita sindrom metabolik. Langkah awal yang perlu diterapkan adalah dengan olahraga. Saat mendengar kata olahraga banyak orang yang terdengar ogah dan malas. 

Namun, bagi orang yang menderita obesitas sentral olahraga adalah hal yang wajib dilakukan. Bukan sembarang olahraga namun adalah kardiometabolik seperti jogging, renang, bersepeda, jalan cepat, dan senam. Tujuan dari olahraga tersebut adalah untuk menurunkan kadar lemak penderita. (UAH/ESP)