Alumni Informatika Bahas Manfaat TIK

Teknologi tidak hadir dalam ruang hampa, karena teknologi adalah artefak sosial. Kemunculan teknologi beserta pemanfaatan dan dampaknya tak terlepas dari kehidupan sosial. Demikian disampaikan Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D. di hari kedua rangkaian webinar ‘Bersama Alumni Berbagi Inspirasi’ Magister Informatika Universitas Islam Indonesia (UII) pada Sabtu (5/9).

Dengan topik Sistem Informasi Enterprise, Fathul Wahid menjadi pembicara kunci dengan tema bahasan Memanen Manfaat Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Pembangunan. Rektor UII ini berbagi ilmu dan inspirasi ke ratusan pasang mata peserta webinar.

Berlangsung dua jam lebih, webinar tidak hanya menghadirkan seorang pembicara. Alumnus Program Sarjana dan Magister Informatika UII, Alfandya, S.Kom., M.Kom., mengangkat tesisnya berjudul Implementasi Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Pembangunan (Studi Kasus: Kampung Cyber Yogyakarta) untuk dibahas. Acara dimoderatori oleh Qammaddin, S.Kom., M.Kom., alumnus Magister Informatika UII yang kini jadi dosen Universitas Sembilanbelas November Kolaka, Sulawesi Tenggara.

Saat pemaparan, Fathul Wahid menyebut dunia yang lebih baik sebagai tujuan etis dari penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Kemudian ia membahas perspektif memandang teknologi.

“Bebas nilai berarti terlepas dari konteks sosial. Jadi kita memandang ponsel, laptop, atau internet itu ya sebagai teknologi, itu saja. Kita lupa memasukkan perepektif atau variabel sosial dimana teknologi itu berada. Hal yang seperti itu (variabel sosial) disebut dengan perspektif sosio-material. Kita memandang teknologi, termasuk teknologi informasi dalam bungkus konteks sosial,” sebutnya.

Perspektif sosio-material memposisikan TIK tidak bebas nilai, tapi justru penuh nilai. Menurutnya, Setiap teknologi selalu hadir dengan nilai yang disuntikkan ke dalamnya. Ia memberi gambaran eratnya teknologi dengan nilai atau aspek sosial di lingkup kampus.

“Kalau Ibu Bapak pernah terlibat dalam implementasi sistem, dan ternyata tidak selalu berhasil dengan mudah, dengan mulus seperti yang didesain di awal, itu karena ada faktor sosial yang kadang luput dari perhatian. Katakanlah kampus memberikan layanan internet yang cepat, tujuannya apa sebetulnya? Untuk belajar kan. Apakah Ibu Bapak yakin hanya digunakan untuk belajar? Bukan digunakan untuk yang antibelajar misalnya. Nah, ini fakta sosial.

Fathul Wahid lebih lanjut membahas pemanfaatan TIK untuk Pembangunan, atau yang secara global dikenal dengan isilah ICT4D (Information and Communication Technology for Development). Ia turut menjelaskan beberapa contoh penerapan yang telah ada.
Berbeda dengan Fathul Wahid, pembicara kedua Alfandya memberi penjelasan yang lebih khusus, yakni studi kasus pada tesisnya. Uniknya, ternyata Fathul Wahid lah dosen pembimbingnya kala itu.

“Kalau sebelumnya Prof. Fathul sudah menjelaskan bagaimana penerapan TIK untuk pembangunan dan berbagai perspektifnya, di sini saya mengambil salah satu kasus, yaitu dengan desa internet,” ucap Alfandya yang baru saja diwisuda tahun ini.

Sekadar informasi, rangkaian webinar Magister Informatika UII kali ini bukanlah yang perdana, karena sebelumnya telah ada di bulan Juli lalu. Berlangsung empat kali di tiap pekan, semua bahasan yang diangkat berkaitan dengan empat konsentrasi di program studi tersebut, termasuk topik kedua ini Sistem Informasi Enterprise. (HR/RS)