Bahana Syiar Ramadan Pondok Pesantren UII Resmi Dibuka

Pondok Pesantren Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar pembukaan Bahana Syiar Ramadan (Basyiro) pada selasa (12/3) sore, menjelang waktu berbuka. Kegiatan ini dihadiri Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Keagamaan, dan Alumni UII Dr. Drs. Rohidin, S.H., M.Ag. Ia mengaku cukup senang dengan keinginan kuat para santri dalam penyelenggaran Basyiro 2024 untuk menyambut bulan suci Ramadan.

Dalam ceramahnya, Dr. Rohidin mengutip hadits nabi Muhammad saw. yang berbunyi: “Qad jaa a Lakum syahrun mubarakun,” yang artinya elah datang kepada kalian bulan yang penuh dengan berkah. “Apa itu berkah? Berkah itu adalah kebaikan yang tidak pernah terputus, dan orang mendapatkan barokah itu hidupnya bahagia di level manapun, level manapun. Apakah dia miskin, kaya, punya jabatan rendah, punya jabatan tinggi,” tutur Dr. Rohidin mengawali ceramahnya.

“Sehingga di bulan ini (Ramadhan-red) pun keistimewaan itu luar biasa ya, sampai-sampai dikatakan tuftahu fihi abwabu jannah, bahwa pintu surga dibuka semua,” jelas Dr. Rohidin. Ia merepresentasikan dibukanya pintu surga dengan kemudahan umat musim untuk melakukan segala bentuk kebaikan yang ada di bulan Ramadan. “sehingga tidurnya orang puasa saja, itu ibadah, iya kan?,” tandasnya.

Dr. Rohidin berpesan agar waktu yang ada pada bulan ini dimanfaatkan untuk menuai keberkahan. Untuk menjaga keberkahan, hal utama yang perlu diperhatikan adalah niat. Beliau menjelaskan bagaimana kadar hukuman atas seseorang yang telah membunuh tentu berbeda tergantung dari niatnya, sengajakah atau tidak. Niat pada akhirnya adalah ruhul ibadah, inti dari ibadah itu sendiri.

Selanjutnya adalah niat yang sungguh-sungguh, yang akan mendorong pada sifat keihklasan. “Niat yang lurus itu konsekuensinya adalah ikhlas, keikhlasan itu akan membawa kebahagiaan, itu jaminannya. Keterpaksaan itu akan membawa kesengsaraan, itu sudah hukum alam,” tegas Dr. Rohidin.

Ibadah puasa akan menuntut seseorang untuk bertakwa yang tentu lebih berat cobaannya dibandingkan hanya dengan ketaatan untuk mendirikan shalat. “Kalau yang iqtisam itu, ya itu hanya tingkatnya taat saja, taat sama perintah untuk melaksanakan. Tapi yang ijtinab itu karena larangan, itu takwa, maka puasa itu takwa. Nah kalau anda lihat yang takwa itu lebih mulia, lebih hebat, lebih tinggi derajatnya. Kalau anda baca integritas, ya yang jangan-jangan-jangan, dilarang-dilarang-dilarang, itu lebih susah itu,” terang Dr. Rohidin.

Di akhir sesi pembukaan, Dr. Rohidin membuka secara resmi acara rutin tahunan Bahan Syiar Ramadhan Pondok Pesantren UII. Pembukaan berlangsung meriah ditandai pemukulan simbolis bass Rebana oleh Dr. Rohidin, Dr. Suyanto selaku Pimpinan Pondok Putra dan Ustaz Tajul Muluk selaku Pimpinan Pondok Putri. Basyiro diharapkan dapat memfasilitasi dan melatih minat santri baru dalam keorganisasian di dunia perkuliahan. (MNDH/RS)