Digitalisasi Konstruksi dan Penerapan BIM

Program Studi Teknik Sipil Lingkungan

Digitalisasi dalam bidang konstruksi boleh dikatakan cukup lambat dibanding bidang yang lainnya. kendati demikian, Boston Consulting, mengemukakan bahwa setidaknya ada 10 hal dalam bidang konstruksi yang akan berubah seiring dengan revolusi industri 4.0.

Sepuluh hal tersebut antara lain pre-fabrication dan modular construction, yaitu bangunan yang bagian-bagiannya telah dibuat di pabrik, sehingga mengurangi pekerjaan di lapangan. Selanjutnya advanced building materials, merupakan pengembangan bahan bangunan yang serba modern. Hal ini telah banyak berkembang di berbagai negara. Di China salah satunya, dengan pengembangan besi berbahan dasar plastik.

Berikutnya 3d printing dan additive manufacturing, adalah konstruksi objek tiga dimensi. Alat ini memungkinkan konstruksi bangunan tanpa melibatkan tenaga manusia. Selain itu juga autonomous construction, merupakan mesin konstruksi tanpa pengemudi, yang bekerja sesuai algoritma atau dengan kontrol seseorang. Augmented reality and virtualization, informasi digital dengan lingkungan pengguna secara realtime. Hampir sama dengan virtual reality, bedanya jika virtual reality menggunakan gambar buatan sementara augmented reality menggunakan bangunan yang ada di sekitar, kemudian menambahkan data-data pendukung di dalamnya.

Lebih lanjut yakni big data and predictive analytics atau prediksi untuk mengetahui pola konstruksi di masa akan datang dengan menggunakan big data, wireless monitoring and connected equipment merupakan alat yang memungkinkan untuk memonitor pekerjaan yang ada di lapangan, cloud and real time collaboration untuk saling terhubung antara yang satu dengan yang lain. Selanjutnya 3d scanning and photogrammetry, teknologi ini memudahkan para pekerja untuk melakukan survei lapangan dengan cepat, serta Building Information Modeling (BIM).

Building Information Modeling (BIM) merupakan salah satu teknologi dalam bidang AEC (Architecture, Engineering, Construction) yang digunakan untuk mensimulasikan serangkaian infromasi pembangunan dalam ranah 3 dimensi.

“Lemahnya koordinasi dalam proses konstruksi, masalah sampah material, tantangan komunikasi, serta sebagai jawaban atas penerapan teknologi dan digitalisasi merupakan alasan utama penerapan BIM dalam bangunan,” jelas Arif Rahman pada Webinar series 2 bertajuk “Digitalisasi Konstruksi, Implementasi, Permasalahan dan Tantangan” yang diselenggarakan oleh Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia (UII), pada Selasa (28/7).

“Secara sederhana BIM dapat dikatakan bahwa kita mengerjakan konstruksi digitalnya dulu sebelum mengerjakan konstruksi secara rillnya. Jadi sebelum pengerjaan di lapangan, kita buat dulu model digitalnya. Ini bukan hanya modelnya saja, tetapi metodologinya bagaimana, metode pengecoran dan lainnya,” ungkap Arif.

Sampah material menurut Arif merupakan salah satu masalah konstruksi yang paling sulit dikendalikan. Umumya ada delapan limbah material yang sering terjadi dalam konstruksi, yaitu defects yang disebabkan pengerjaan ulang atau informasi yang salah, overproduction yang disebabakan kelebihan bahan yang dibutuhkan, waiting aktivitas menghabiskan waktu karna menunggu langkah selanjutnya, non-utilized talent atau bakat yang tidak dimanfaatkan, pergerakan produk dan bahan yang tidak perlu, kelebihan produk dan bahan, gerakan orang-orang yang tidak perlu, serta pekerjaan yang lebih banyak dari yang dibutuhkan.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, menurut Arif diperlukan digitalisasi seperti penerapan BIM. Akan tetapi, mengutip Mckinsey Global institute industry digitalization index tahun 2015 menyebutkan bahwa bidang konstruksi berada di peringkat nomor dua paling bawah dalam hal penerapan teknologi digital. Salah satu penyebab utamanya adalah regulasi yang ketat. Akan tetapi, demi persaingan global teknologi harus tetap diterapkan.

“Jadi kalau kita ingin berkompetisi baik itu di levelnya nasional, apalagi global, digitalisasi itu harus kita terapkan, karena suka tidak suka, mau tidak mau itu pasti terjadi,” jelas Senior BIM Manager PT. PP Persero dalam paparan materi.

Sebagian besar negara telah menerapkan BIM di dalam konstruksi mereka, hanya saja penerapannya berbeda, ada yang hanya sebagai himbauan, ada yang mewajibkan untuk bangunan dengan kriteria tertentu, hingga ada negara yang memang benar-benar mengharuskan penggunaanya.

Di Indonesia, penerapan BIM diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia, Nomor 22/PRT/ M/2018 tentang Pembangunan Bangunan Gedung Negara dalam pasal 13. Dalam pasal tersebut, diterangkan bahwa penggunaan Building Information Modeling (BIM) wajib diterapkan pada bangunan gedung negara tidak sederhana dengan kriteria luas diatas 2000 m2 dan di atas dua lantai. Keluaran dan perancangan merupakan hasil desain mengguanakan BIM untuk (a) gambar arsitektur, (b) Gambar struktur, (c) gambar utilitas (mekanikal dan elektrikal), (D) gambar lansekap, (e) rincian volume pelaksanaan pekerjaan, (d) rencana anggaran biaya.

Sementara standar internasional penerapan BIM telah diatur dalam International Organization for Standarization, ISO 19650-1: 2018 bagian 1 yang memuat konsep dan prinsip serta ISO 19650-2: 2018 bagian 2 memuat fase pengiriman aset.

Banyak manfaat dari penerapan BIM pada konstruksi. Beberapa di antaranya sebagaimana disebutkan oleh UK Government, bahwa penerapan BIM dapat menghemat kebutuhan desain hingga 50%, mengurangi pekerjaan konstruksi sebesar 33% dan menghemat operasional sebesar 20%. “Esensi bekerja dengan BIM adalah kolaborasi untuk setiap stake holder dari konstruksi. BIM adalah membangun kosntruksi itu secara digital,” terang Arif.

Arif juga mengemukakan bahwa ada 10 manfaat penerapan BIM dalam kosntruksi, antara lain yaitu menciptakan kolaborasi dan komunikasi yang lebih baik, Stimulasi biaya berbasis model, visualisasi proyek prakonstruksi, peningkatan koordinasi dan pendeteksian bentrokan, mengurangi biaya dan mengurangi risiko, meningkatkan penjadwalan/pengurutan, peningkatan productivity dan prefabrikasi, situs konstruksi yang aman, membangun lebih baik, serta manajemen fasilitas yang lebih kuat dan serah terima bangunan.

Webinar yang diselenggarakan merupakan salah satu usaha dalam menambah pengetahuan dalam hal bangunan, terutama dalam mengurangi dampak bencana pada bangunan, yang merupakan salah satu keunggulan dari jurusan Teknik Sipil di UII.

“Jadi kita sudah lama menekuni kebencanaan yang merupakan salah satu cabang keunggulan dari kita (Teknik Sipil UII – read). Bagaimana bangunan yang kita buat, yang kita rencanakan itu semuanya aman, terhadap kemungkinan adanya bencana, sehingga resiko adanya kerusakan itu menjadi lebih kecil. Oleh karena itulah prodi kita selalu warnai dengan selalu menurunkan resiko bencana yang kami harapkan nanti bisa menjadi keunggulan dari Teknik Sipil UII,” Jelas Prof. Ir. Widodo, MSCE., Ph.D. selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil UII dalam sambutan. (D/RS)