Gen Z, Yuk Bersemangat Menjadi Subyek dan Obyek Dakwah

Dakwah tidak hanya identik dengan masjid dan mushola. Dengan bantuan teknologi, dakwah kini dapat menyentuh audiens yang lebih luas melalui media sosial, seperti YouTube, instagram, twitter, whatsapp, clubhouse, dan line. Hal ini justru tidak asing bagi generasi Z yang sejak lahir telah bersentuhan dengan teknologi. Oleh karena itu, mereka pun sangat cocok menjadi subyek maupun obyek dakwah.

Seperti tergambar dalam acara inspiring student talk yang diadakan oleh Direktorat Pembinaan Kemahasiswaan belum lama ini secara daring. Acara yang mengusung tema “Saatnya Generasi Z Berdakwah” ini menghadirkan Ahmad Musawwir, mahasiswa sekaligus Ketua Panitia Safir (Safari Iman Ramadan) UII 2021.

Menurutnya, dakwah adalah kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak, dan memanggil orang untuk beriman dan taat kepada Allah. “Saat berdakwah kita harus memperhatikan orang atau lingkungan yang dihadapi. Berdakwah di pesantren dengan desa tentunya berbeda. Namun, prinsipnya sama saja yaitu penyampaian Islam disampaikan dengan bersahabat”, ungkapnya.

“Hindari menghakimi saat kita berdakwah dengan kalimat “ini salah” “itu salah”. Sebaik-baiknya cara berdakwah adalah dengan memberi contoh langsung,” imbuhnya.

Sementara itu, banyak orang bertanya kapan waktu terbaik untuk berdakwah. Apakah menunggu saat sudah baik baru memiliki kewajiban serta hak untuk berdakwah?. “Sebetulnya kapan diri kita ini bisa disebut baik?”, tanya Ahmad Musawwir yang membuat para penonton live Instagram @kemahasiswaanuii tertampar. “Marilah menjadi baik, sembari mendakwahkan kebaikan,” tandas Ahmad Musawwir.

Ia menambahkan banyak tantangan ketika berdakwah, utamanya adalah rasa jenuh. Saat pertama kali bergelut dalam dunia dakwah, tentunya dalam sudut pandang duniawi itu bukanlah hal yang menyenangkan. Apalagi pandangan mengenai kenikmatan sebelumnya menurut kita adalah duniawi.

Tentangan lainnya adalah merasa kurang percaya diri saat bertemu dengan orang yang lebih baik agamanya. Hal itu muncul karena seringkali kita merasa sering berbuat dosa dan kesalahan. Sementara seorang sholih tersebut sudah berlari kencang dalam trek menuju ridho dan surga Allah SWT. Sedangkan kita tertatih terseok penuh kerikil kehampaan. “Bukan banyaknya ibadah, namun seberapa istiqomah kita. Seperti pepatah “Tak perlu terang, cukup ada, dan tak pernah padam”. Fastabiqul khoirot, berlomba-lombalah dalam kebaikan.” jelas Ahmad Musawwir.

Untuk itu ia berpendapat bahwa saat seseorang mengejar dunia sembari melakukan kebaikan itu lebih baik daripada mereka yang mengabaikan. Tanamkan bahwa kitalah yang butuh dakwah, bukan dakwah butuh kita. Mulailah dari hal kecil seperti berdoa setelah bangun tidur. 

Dalam rangka memeriahkan bulan Ramadhan, UII mengadakan Safari Iman Ramadhan (SAFIR) 2021. Kegiatan dakwah yang bisa diikuti oleh seluruh civitas UII, serta dilaksanakan menggunakan protokol kesehatan yang ketat. Kegiatannya meliputi kajian, bedah buku, tadarus, pelatihan media dakwah, dan pemeriksaan kesehatan. 

“Bagi teman-teman yang berdomisili di Jogja bisa datang ke Masjid Ulil Albab. Mari kita sama-sama memperbaiki diri dan berbagi ilmu. Hidupkan dakwah Islam dalam masyarakat,” pungkasnya. (UAH/ESP)