Universitas Islam Indonesia (UII) melalui Direktorat Sumber Daya Manusia/Sekolah Kepemimpinan (DSDM/SK) menggelar seminar kesehatan mental bertajuk “Kesejahteraan Mental untuk Kinerja Optimal” pada Rabu (12/11) di Auditorium Fakultas Hukum (FH) UII. Kegiatan ini menghadirkan Prof. Aulia Iskandarsyah, M.Psi, M.Sc., Ph.D seorang Psikolog Klinis dan Kesehatan dari Universitas Padjajaran dan dihadiri oleh dosen dan tenaga kependidikan di lingkungan UII.
Kegiatan seminar ini juga diselenggarakan bersamaan dengan Pembukaan Layanan Konseling Pegawai yang ditandai dengan pemasangan puzzle oleh perwakilan tenaga kependidikan UII Nisrina Kamilia Salsabila, S.Si., M.Si; Direktur DSDM/SK UII, Ike Agustina, S.Psi., M.Psi., Psikolog; Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Psikologi Program Profesi, Dr. Sus Budiharto, S.Psi., M.Si., Psi.; serta Rektor UII, Fathul Wahid.
Rektor UII, Fathul Wahid, dalam sambutannya menyampaikan bahwa layanan konseling pegawai ini merupakan konkritisasi dari gagasan lama yang sudah berjalan. Saat ini UII berupaya melembagakannya melalui mekanisme yang lebih sistematis yang akan dikawal oleh DSDM/SK, sementara sistemnya didukung oleh Badan Sistem Informasi (BSI) UII.
Lebih lanjut Fathul Wahid juga mengingat sebuah buku berjudul Mati Ketawa ala Rusia. Dari cerita-cerita di dalamnya, terdapat pelajaran penting tentang membangun pola pikir, memperluas perspektif, dan mengelola ekspektasi.
“Karena sering kali kita kena paparan yang menyebabkan kita gagal dalam mengelola ekspektasi—berharap luar biasa, tidak ukur badan, dan akhirnya yang terjadi itu dari satu baper ke baper yang lain,” ungkap Rektor UII ini.
Selain layanan konseling, UII juga memiliki acara rutin UII Sore Nyastra yang dapat menjadi sarana untuk mengurangi stres. Dosen maupun tenaga kependidikan yang sedang galau—baik terhadap diri sendiri, lingkungan, maupun negara—dapat menyalurkannya melalui puisi. Demikian pula Festival Seni Pertunjukan yang diadakan setiap Milad UII, dapat diintegrasikan sebagai bagian dari inisiatif untuk menjaga dan meningkatkan kesejahteraan mental.
Kesejahteraan Mental untuk Kinerja Optimal
Bekerja merupakan fitrah manusia yang membedakannya dari makhluk lain sebagai bentuk aktualisasi diri. Tetapi, seiring berjalannya waktu, manusia merasa tersiksa dengan pekerjaannya karena berbagai macam faktor khususnya di era ketidakpastian ini yang menyebabkan banyaknya tekanan sehingga diperlukan kekuatan psikologis dan kompetensi yang mumpuni. Berikut yang di sampaikan oleh Prof. Aulia Iskandarsyah seorang Psikolog Klinis dan kesehatan dari Universitas Padjajaran dalam pemaparan materi bertema “Kesehatah Mental untuk Kinerja Optimal”.
Ia menjelaskan bahwa kondisi kerja modern menuntut kemampuan adaptasi yang kuat. Mengutip WHO, Prof. Aulia menyebut kesehatan mental sebagai kemampuan mengatasi tekanan hidup dan bekerja dengan baik. Ia menambahkan, “Beban kerja berlebihan, jam kerja panjang, hingga bullying dapat menjadi risiko kesehatan mental pekerja,” ungkap Prof. Aulia.

Prof. Aulia juga memaparkan cara mengelola stres, termasuk mengenali gejalanya sejak awal. Ia mengatakan bahwa stres tidak selalu negatif, namun tetap perlu diatur. “Manajemen stres bertujuan menjaga agar fungsi kehidupan tidak terganggu,” jelasnya. Strategi yang dianjurkan antara lain mengubah persepsi terhadap stresor dan menerima dukungan sosial.
Selain itu, Ia memperkenalkan berbagai teknik pengelolaan emosi dan batasan diri yang dapat diterapkan sehari-hari. Beberapa di antaranya meliputi mindfulness, scaling untuk memantau intensitas emosi, serta latihan pernapasan sebagai cara menenangkan diri dalam situasi menekan. Teknik-teknik ini disebutnya penting untuk menjaga keseimbangan dalam menghadapi dinamika pekerjaan.
Pada sesi penutup, ia menjelaskan Psychological First Aid (PFA) yang dapat dilakukan oleh siapa saja. Adapun tiga langkah PFA meliputi Look, Listen, dan Link. “Kita cukup mengamati, mendengarkan tanpa menghakimi, dan menghubungkan pada bantuan yang tepat,” kata Prof. Aulia, menegaskan pentingnya dukungan awal bagi pegawai yang mengalami tekanan.
Dengan kegiatan ini, diharapkan kesejahteraan mental tenaga kependidikan UII dapat terus terjaga sehingga mampu memberikan kinerja optimal di setiap waktu. Upaya kolektif ini juga menjadi wujud komitmen UII dalam menciptakan lingkungan kerja yang sehat, suportif, dan kolaboratif. (AHR/RS)
UII Gelar Seminar Kesehatan Mental dan Resmikan Layanan Konseling Pegawai
Universitas Islam Indonesia (UII) melalui Direktorat Sumber Daya Manusia/Sekolah Kepemimpinan (DSDM/SK) menggelar seminar kesehatan mental bertajuk “Kesejahteraan Mental untuk Kinerja Optimal” pada Rabu (12/11) di Auditorium Fakultas Hukum (FH) UII. Kegiatan ini menghadirkan Prof. Aulia Iskandarsyah, M.Psi, M.Sc., Ph.D seorang Psikolog Klinis dan Kesehatan dari Universitas Padjajaran dan dihadiri oleh dosen dan tenaga kependidikan di lingkungan UII.
Kegiatan seminar ini juga diselenggarakan bersamaan dengan Pembukaan Layanan Konseling Pegawai yang ditandai dengan pemasangan puzzle oleh perwakilan tenaga kependidikan UII Nisrina Kamilia Salsabila, S.Si., M.Si; Direktur DSDM/SK UII, Ike Agustina, S.Psi., M.Psi., Psikolog; Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Psikologi Program Profesi, Dr. Sus Budiharto, S.Psi., M.Si., Psi.; serta Rektor UII, Fathul Wahid.
Rektor UII, Fathul Wahid, dalam sambutannya menyampaikan bahwa layanan konseling pegawai ini merupakan konkritisasi dari gagasan lama yang sudah berjalan. Saat ini UII berupaya melembagakannya melalui mekanisme yang lebih sistematis yang akan dikawal oleh DSDM/SK, sementara sistemnya didukung oleh Badan Sistem Informasi (BSI) UII.
Lebih lanjut Fathul Wahid juga mengingat sebuah buku berjudul Mati Ketawa ala Rusia. Dari cerita-cerita di dalamnya, terdapat pelajaran penting tentang membangun pola pikir, memperluas perspektif, dan mengelola ekspektasi.
“Karena sering kali kita kena paparan yang menyebabkan kita gagal dalam mengelola ekspektasi—berharap luar biasa, tidak ukur badan, dan akhirnya yang terjadi itu dari satu baper ke baper yang lain,” ungkap Rektor UII ini.
Selain layanan konseling, UII juga memiliki acara rutin UII Sore Nyastra yang dapat menjadi sarana untuk mengurangi stres. Dosen maupun tenaga kependidikan yang sedang galau—baik terhadap diri sendiri, lingkungan, maupun negara—dapat menyalurkannya melalui puisi. Demikian pula Festival Seni Pertunjukan yang diadakan setiap Milad UII, dapat diintegrasikan sebagai bagian dari inisiatif untuk menjaga dan meningkatkan kesejahteraan mental.
Kesejahteraan Mental untuk Kinerja Optimal
Bekerja merupakan fitrah manusia yang membedakannya dari makhluk lain sebagai bentuk aktualisasi diri. Tetapi, seiring berjalannya waktu, manusia merasa tersiksa dengan pekerjaannya karena berbagai macam faktor khususnya di era ketidakpastian ini yang menyebabkan banyaknya tekanan sehingga diperlukan kekuatan psikologis dan kompetensi yang mumpuni. Berikut yang di sampaikan oleh Prof. Aulia Iskandarsyah seorang Psikolog Klinis dan kesehatan dari Universitas Padjajaran dalam pemaparan materi bertema “Kesehatah Mental untuk Kinerja Optimal”.
Ia menjelaskan bahwa kondisi kerja modern menuntut kemampuan adaptasi yang kuat. Mengutip WHO, Prof. Aulia menyebut kesehatan mental sebagai kemampuan mengatasi tekanan hidup dan bekerja dengan baik. Ia menambahkan, “Beban kerja berlebihan, jam kerja panjang, hingga bullying dapat menjadi risiko kesehatan mental pekerja,” ungkap Prof. Aulia.
Prof. Aulia juga memaparkan cara mengelola stres, termasuk mengenali gejalanya sejak awal. Ia mengatakan bahwa stres tidak selalu negatif, namun tetap perlu diatur. “Manajemen stres bertujuan menjaga agar fungsi kehidupan tidak terganggu,” jelasnya. Strategi yang dianjurkan antara lain mengubah persepsi terhadap stresor dan menerima dukungan sosial.
Selain itu, Ia memperkenalkan berbagai teknik pengelolaan emosi dan batasan diri yang dapat diterapkan sehari-hari. Beberapa di antaranya meliputi mindfulness, scaling untuk memantau intensitas emosi, serta latihan pernapasan sebagai cara menenangkan diri dalam situasi menekan. Teknik-teknik ini disebutnya penting untuk menjaga keseimbangan dalam menghadapi dinamika pekerjaan.
Pada sesi penutup, ia menjelaskan Psychological First Aid (PFA) yang dapat dilakukan oleh siapa saja. Adapun tiga langkah PFA meliputi Look, Listen, dan Link. “Kita cukup mengamati, mendengarkan tanpa menghakimi, dan menghubungkan pada bantuan yang tepat,” kata Prof. Aulia, menegaskan pentingnya dukungan awal bagi pegawai yang mengalami tekanan.
Dengan kegiatan ini, diharapkan kesejahteraan mental tenaga kependidikan UII dapat terus terjaga sehingga mampu memberikan kinerja optimal di setiap waktu. Upaya kolektif ini juga menjadi wujud komitmen UII dalam menciptakan lingkungan kerja yang sehat, suportif, dan kolaboratif. (AHR/RS)
UII Sambut Peserta Inbound Sea-Teacher dan Lepas Mahasiswa Outbound ke Filipina
Universitas Islam Indonesia (UII) melalui Direktorat Kemitraan/Kantor Urusan Internasional menyelenggarakan kegiatan orientasi dan penyerahan mahasiswa inbound Program Sea-Teacher ke Afkaaruna School, Yogyakarta pada Senin (10/11) di Gedung Kuliah Umum Dr. Sardjito, Kampus Terpadu UII.
Program praktik mengajar ini akan berlangsung selama satu bulan, dimulai pada 10 November 2025, dengan rangkaian kegiatan mencakup UII Welcoming Program, observasi sekolah dan kelas, pelatihan rencana pembelajaran (lesson plan), praktik mengajar, hingga farewell program.
Pada kesempatan itu, Dian Sari Utami menyampaikan apresiasinya kepada para peserta yang telah memilih UII sebagai mitra pembelajaran.
“Kami menyambut hangat para mahasiswa inbound Sea-Teacher di UII. Semoga melalui program ini, para peserta tidak hanya memperoleh pengalaman mengajar di lingkungan yang baru, tetapi juga memahami nilai-nilai pendidikan dan budaya yang menjadi bagian penting dari pembelajaran lintas negara,” ujarnya.
Selain menyambut mahasiswa inbound, UII juga telah memberangkatkan dua mahasiswa Pendidikan Kimia ke Mariano Marcos State University, Filipina pada 5 November 2025, serta dua mahasiswa dari Pendidikan Bahasa Inggris dan Pendidikan Kimia ke De La Salle University, Filipina pada 9 November 2025.
Kerja sama ini merupakan bentuk resiprokalitas antara UII dan program Sea-Teacher yang bernaung di bawah SEAMEO (Southeast Asian Ministers of Education Organization), sebagai upaya memperkuat jejaring akademik dan meningkatkan kompetensi calon pendidik di kawasan Asia Tenggara. (DS/AHR/RS)
UII Sambut Temasek Polytechnic dalam Program P2A Global Sea 2025
Universitas Islam Indonesia (UII) melalui Direktorat Kemitraan/Kantor Urusan Internasional (DK/KUI) menjadi tuan rumah dalam Program Passage to ASEAN (P2A) Global Sea oleh Temasek Polytechnic Singapore. Pembukaan program ini dilaksanakan di Gedung Kuliah Umum Dr. Sardjito, Kampus Terpadu UII pada Senin (10/11). Kegiatan yang berlangsung tanggal 9-12 November 2025 ini diikuti oleh 25 peserta beserta 2 dosen pendamping. Para peserta juga didampingi oleh beberapa mahasiswa UII yang tergabung dalam Culture Learning Center (CLC) UII sebagai buddy atau pendamping kegiatan.
P2A merupakan kegiatan yang diikuti oleh berbagai kampus di ASEAN yang bertujuan untuk menyebarkan solidaritas dan pemahaman antar budaya guna mendukung visi dan misi ASEAN. Kegiatan yang diadakan antara lain kunjungan antar universitas, pertukaran pelajar, hingga pelatihan bagi mahasiswa dan dosen. UII sendiri telah beberapa kali menjadi tuan rumah P2A dari berbagai kampus.
Kepala Divisi Mobilitas Internasional, Direktorat Kemitraan/Kantor Urusan Internasional (DK/KUI) UII, Nihlah Ilhami, menyambut kedatangan mahasiswa dari Temasek Polytechnic di UII. “Merupakan suatu kehormatan untuk menjadi bagian dari program ini, kami berterima kasih atas kunjungan dan kesempatan berkolaborasi antara Temasek Polytechnic dan UII,” ucapnya.
Dalam kesempatan lain, Direktur Kemitraan/ Kantor Urusan Internasional, Dr.rer.nat. Dian Sari Utami, S.Psi., M.A. menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan agenda kolaboratif yang secara rutin dilaksanakan antara UII dan Temasek Polytechnic. Ia menegaskan bahwa program ini menjadi momentum penting dalam mempererat hubungan budaya antara Indonesia dan Singapura
“Program ini merupakan langkah nyata dalam memperkuat kolaborasi antarbudaya. Melalui kegiatan ini, mahasiswa dari kedua negara dapat berinteraksi secara hangat dan saling belajar, sekaligus mengenal nilai-nilai budaya Indonesia yang kaya dan beragam,” ujarnya.
Kegiatan ini mempunyai beberapa rangkaian rencana kolaboratif meliputi pembuatan minyak esensial, lilin aromaterapi, dan tur kampus terutama kunjungan ke Candi Kimpulan UII. Selain itu juga menyajikan berbagai kegiatan eksplorasi budaya, seperti kunjungan ke PT. Naturindo untuk praktik pembuatan jamu, aktivitas budaya di Desa Wisata Tembi, kunjungan ke perusahaan kulit PT. Adi Satria Abadi, serta wisata budaya ke Candi Borobudur. Seluruh rangkaian kegiatan ini bertujuan untuk menumbuhkan apresiasi budaya, mempererat kolaborasi dan menciptakan pengalaman yang berkesan.
Representatif dari Temasek Polytechnic, Alin Pao dalam sambutannya membagikan pengalamannya dalam menjelajah di Yogyakarta. Ia menantikan kegiatan kedepannya akan banyak menumbuhkan pengalaman kepada mahasiswa Temasek Polytechnic dalam mengeksplor kebudayaan di Indonesia.
Para peserta berkesempatan mempelajari Bahasa Indonesia melalui latihan percakapan dengan teman dan sejarah mengenai Kota Yogyakarta. Materi yang dibawakan oleh CLC berpusat pada pengenalan mengenai budaya tradisional di Yogyakarta, seperti makanan tradisional, praktik belajar bahasa Jawa dan proses pembuatan batik.
Seluruh rangkaian kegiatan berjalan lancar dan diwarnai suasana akrab antara peserta Temasek Polytechnic dan mahasiswa UII. Interaksi yang terjalin selama aktivitas memberi pengalaman baru bagi keduanya dalam memahami budaya dan kehidupan kampus di UII. (DS/NKA/AHR/RS)
DPP IKA UII Salurkan Beasiswa untuk Dukung Prestasi Siswa SMA UII
Sebagai bentuk komitmen dalam memajukan pendidikan Indonesia pada berbagai jenjang, Dewan Perwakilan Pusat Ikatan Keluarga Alumni Universitas Islam Indonesia (DPP IKA UII) menyalurkan beasiswa bagi siswa SMA UII. Penyerahan simbolis diberikan langsung oleh Ketua DPP IKA UII, Dr. Ari Yusuf Amir, S.H., M.H kepada Kepala SMA UII, Dr. Maman Surakhman, M.Pd.I pada Sabtu (08/11) di Auditorium Yayasan Badan Wakaf (YBW) UII, Yogyakarta dan disaksikan langsung oleh Ketua Umum Pengurus YBW UII, Dr. Suparman Marzuki, S.H., M.Si.
Program beasiswa ini pertama kali diberikan kepada 10 siswa SMA UII dari kelas X hingga XII, dengan total dana sebesar 300 juta. Sebelumnya, selama sepuluh tahun terakhir, DPP IKA UII telah menyalurkan beasiswa kepada mahasiswa pada jenjang sarjana, magister, hingga doktoral.
Saat sesi wawancara, Ari Yusuf Amir mengatakan program beasiswa ini masih berada pada tahap awal dan kedepannya akan terus berlanjut. Ia juga berharap para penerima beasiswa mampu membawa dan mewujudkan cita-cita luhur pendiri UII yang juga merupakan para pendiri bangsa Indonesia.
“Harapannya, mereka tidak hanya sekadar mendapatkan ilmu, tetapi bagaimana ilmu tersebut bisa bermanfaat bagi masyarakat, bagaimana ilmu itu berperan bagi masyarakat—bisa jadi fungsi sosial yang baik di masyarakat, itu harapan kita. Sehingga mereka punya sikap leadership dan sikap kritis agar ketika mereka jadi mahasiswa bisa lebih siap lagi,” harap Ketua DPP IKA UII ini.
Lebih lanjut, terkait kriteria penerima manfaat, Maman Surakhman menyatakan beasiswa diberikan kepada siswa yang memiliki prestasi baik akademik maupun non-akademik atau keagamaan dengan prioritas dari keluarga tidak mampu. “Penyaluran ada yang sebagian tahun ini, sebagian ada yang tahun depan tapi yang jelas sekolah akan menginventarisir anak-anak yang punya prestasi,” ungkap Maman.
Selain itu, SMA UII juga terus berkomitmen untuk mengoptimalkan potensi setiap siswa, tidak hanya memberdayakan sumber daya manusia (SDM) yang ada tetapi melibatkan para ahli profesional sehingga lulusan memiliki profil yang unggul dan berdaya saing.
Melalui program beasiswa yang diiringi dengan pembinaan berkelanjutan, SMA UII dapat melahirkan generasi penerus bangsa yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga mampu merawat nilai-nilai luhur pendiri bangsa serta bermanfaat bagi masyarakat luas. (AHR/RS)
Teknologi AI Tidak Menggantikan Profesi Guru
Yayasan Darussalam Selokerto (YDS) dan Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia (UII) mengadakan Workshop bertema “Menjadi Guru di Era Artificial Intellegence (AI) & Produksi Media Pembelajaran dan Promosi Sekolah Berbasis AI”.
Workshop dilaksanakan pada Sabtu (08/11) di Restoran The Harjo’s Pancasari Yogyakarta yang dihadiri oleh pembina, pengawas, pengurus YDS, guru, tenaga kependidikan RA dan SDIT Darussalam Selokerto, serta beberapa mahasiswi Program Studi Magister Ilmu Komunikasi UII. Kegiatan tersebut merupakan salah satu aktivitas dari rangkaian program pengabdian masyarakat Prodi Ilmu Komunikasi UII di RA dan SDIT Darussalam Selokerto.
Pemateri kegiatan ini adalah Prof. Dr Subhan Afifi, M.Si selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Komunikasi UII dan Budi Yuwono, S.Sos, M.Sn. selaku Dosen STSRD Visi Yogyakarta dan Praktisi Desain Komunikasi Visual.
AI Tidak Menggantikan Profesi Guru
Prof. Subhan Afifi menyampaikan dalam materinya, teknologi AI memberikan tantangan terhadap eksistensi profesi guru, dan juga profesi-profesi lainnya di masa depan. Prof. Subhan mengutip pernyataan Bill Gates yang memprediksi bahwa dalam 10 tahun mendatang, guru-guru akan tergantikan oleh AI. Bahkan saat ini sudah mulai muncul sekolah tanpa guru.
“Tentu agendanya adalah bagaimana para guru merespon tantangan ini,” ujar Prof. Subhan. “AI atau teknologi itu hanya tools saja. Kita meyakini bahwa guru tidak tergantikan oleh AI, tapi bagaimana para guru memanfaatkan AI untuk mendukung tugas mulianya. Tugas guru tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan, tetapi mendidik keyakinan, karakter dan akhlak mulia dengan sentuhan personal dan manusiawi. Kemampuan itu yang tidak dimiliki AI,” tambahnya.
Selain pemaparan dari Prof. Subhan, pemateri berikutnya, Budi Yuwono menambahkan, kepintaran sebenarnya dimiliki oleh manusia, bukan AI. “AI sebenarnya “bodoh”, karena AI hanya menerima data dan mengikuti instruksi atau prompt manusia untuk memproduksi sebuah karya, seperti video dan gambar,” jelas Budi Yuwono.
Budi Yuwono memberikan stategi produksi video pembelajaran dan promosi sekolah berbasis AI. Kuncinya adalah membuat prompt atau instruksi untuk produksi video dengan teknologi AI harus secara detail untuk mendapatkan hasil optimal yang diharapkan. “Prompt dituliskan dengan menyertakan jenis visual, subjek, detail subjek, background setting, mood atau suasana, bahkan hingga ke teknik kamera. Di sinilah letak kreativitas manusia dalam mengupayakan pekerjaan dengan menggunakan teknologi AI,” ujar Budi Yuwono.
Manfaat-Mudharat AI
Prof. Subhan menyampaikan bahwa para guru dan tenaga kependidikan bisa mengoptimalkan teknologi AI dengan berbagai manfaat dan kelebihannya untuk mendukung proses pembelajaran di sekolah. “Manfaatnya sangat banyak, misal membatu guru dalam hal efisiensi waktu, personalisasi pembelajaran, inovasi media dan metode, analisis data pembelajaran, pengembangan profesional hingga menjadi pendamping/asisten guru dalam mengembangkan kualitas pembelajaran,” tambahnya.
Meski demikian, selain memberikan manfaat, AI memiliki potensi dampak buruk (mudharat) yang harus diwaspadai, seperti plagiarisme, berkurangnya kreativitas dan kemandirian, hilangnya nilai-nilai kemanusiaan, terancamnya privasi dan keamanan, bahkan terganggunya kesehatan mental pengguna yang menggunakannya secara berlebihan dan tidak terkontrol.
“Untuk itu diperlukan peningkatan literasi digital di kalangan para guru untuk memanfaatkan AI dengan bijak dan menegakkan etika, sekaligus mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, agar terhindar dari dampak buruk AI” pungkas Prof Subhan. (EAR/AHR/RS)
Maqashid Syariah sebagai Jembatan antara Tradisi Klasik dan Modernitas
Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia menggelar seminar internasional bertajuk “Maqashid Shari’a: Bridging Turats And Comtemporary Issues”. Seminar yang dilaksanakan di Auditorium Gedung K.H.A Wahid Hasyim Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI), Kampus Terpadu UII pada Jumat (07/10) ini merupakan bentuk ikhtiar dan upaya ijtihad akademik dalam menjembatani tradisi Islam klasik (turats) dan modernitas yang didalamnya banyak isu kontemporer seperti gender, HAM, demokrasi, hingga pluralisme.
Seminar ini menghadirkan Prof. Jasser Auda, Presiden Maqasid Institute Global sebagai narasumber dan dimoderatori oleh Supriyanto Abdi, Ph.D selaku dosen Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) FIAI UII dan dihadiri oleh para dosen, mahasiswa baik jenjang sarjana, magister dan doktoral pada Progeam Studi Hukum Islam serta para akademisi lainnya yang menaruh perhatian terhadap isu hukum Islam dan kontemporer.
Dekan FIAI UII, Dr. Drs. Asmuni, M.A. saat diwawancarai menjelaskan mengenai seminar ini bahwa masalah yang berkaitan dengan nilai-nilai keagamaan menghadapi tantangan yang semakin kompleks. Maka dari itu, seminar ini diselenggarakan sebagai upaya untuk menjawab tantangan-tantangan yang hadir tersebut dimana harapannya semua bisa berjalan beriringan dan harmonis.
“Kalau kita menghubungkan antara turats dan masalah kekinian, pertanyaannya itu adalah jawabannya itu apa? Jawabannya adalah maqashid syariah atau tujuan syariah yang ruang lingkupnya secara klasik ialah perlindungan terhadap agama-agama, tapi jangan diartikan hanya agama Islam, tetapi melindungi semua agama. Melindungi jiwa tapi bukan hanya jiwa muslim, tapi semua jiwa umat manusia, melindungi harta, hingga melindungi keturunan,” ungkapnya.
Sejalan dengan hal ini, Prof. Jasser Auda hadir dalam seminar ini untuk menjawab kegelisahan akademik tersebut. Teori maqasid syariah yang dikembangkan oleh Prof. Jasser Auda diharapkan mampu menjadi jembatan untuk mengeksplorasi dan menemukan hukum yang sejalan dengan perkembangan zaman dengan tetap mempertahankan akar tradisional yang tertanam dalam semangat teks-teks wahyu.
Lebih lanjut, hubungan antara hukum Islam dan isu-isu kontemporer merupakan topik yang menarik—mengingat prinsip epistemologis hukum Islam adalah manusia menemukan hukum, bukan manusia membuat hukum karena wahyu menjadi sumber utama hukum Islam ditemukan. Meskipun demikian, teori maqashid syariah telah banyak dibahas oleh para ulama klasik, abad pertengahan, dan modern.
Teori maqasid syariah pada prinsipnya menitikberatkan pada lima kebutuhan dasar (dharuriyyah al-khamsah) yang disebut sebagai tujuan utama hukum Islam, yaitu menjaga agama (hifdz al-din), menjaga jiwa (hifdz al-nafs), menjaga akal (hifdz al-aql), menjaga keturunan (hifdz al-nasl), dan menjaga harta (hifdz al-mal). Kelima hal ini merupakan kebutuhan dasar yang jika tidak terpenuhi akan membahayakan kehidupan manusia.
Teori maqasid syariah yang dikembangkan oleh Prof. Jasser Auda mengusulkan enam fitur kunci untuk teori maqasid syariah modernnya meliputi sifat kognitif, keutuhan, keterbukaan, hierarki yang saling terkait, multidimensi, dan tujuan. Keenam fitur ini berkontribusi pada pemahaman maqasid yang lebih komprehensif dan sistematis. (MA/AHR/RS)
UII Jadi Tuan Rumah Campus League 2025 Regional Yogyakarta Cabang Futsal
Universitas Islam Indonesia (UII) dipercaya menjadi tuan rumah dalam ajang Campus League 2025 Regional Yogyakarta, yang pada edisi kali ini menghadirkan cabang olahraga futsal sebagai ajang utama kompetisi olahraga antar kampus yang bergengsi. Campus Leagues sendiri adalah sebuah organisasi independen yang fokus mengembangkan potensi mahasiswa melalui kecakapan dan kompetisi olahraga.
Kompetisi ini diselenggarakan di Gedung Olahraga (GOR) Ki Bagoes Hadikoesoemo, Kampus Terpadu UII selama tujuh hari mulai tanggal 6 hingga 12 November. Sebanyak 16 kontingen dari perguruan tinggi di wilayah Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dan Jawa Timur turut ambil bagian dalam ajang ini.
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Keagamaan, dan Alumni UII, Dr. Drs. Rohidin, S.H., M.Ag dalam sambutannya menyampaikan apresiasi kepada selutuh tim Campus League 2025 atas inisiatif luar biasa yang telah mereka hadirkan untuk dunia pendidikan tinggi Indonesia. Dr. Rohidin menuturkan Campus League bukanlah organisasi olahraga biasa, tetapi sebuah gerakan transformatif yang dapat membentuk generasi mahasiswa Indonesia yang unggul dan berkarakter.
“Dengan mengusung pendekatan holistik yang diterapkan melalui tiga pilar utama: Academics, Athleticism, dan Affinity. Ketiga pilar ini mencerminkan pemahaman yang mendalam bahwa pembentukan karakter mahasiswa yang tidak dapat dilakukan secara parsial, melainkan harus komprehensif dan seimbang,” ungkapnya.
Sejalan dengan hal tersebut, Dr. Rohidin mengungkapkan bahwa olahraga, khususnya futsal, bukan sekadar aktivitas fisik atau pertandingan memperebutkan piala. Ia adalah medium untuk menempa karakter, membangun budaya disiplin, sportivitas, serta kepercayaan diri. Nilai-nilai yang tumbuh dari lapangan olahraga pada dasarnya adalah nilai-nilai kehidupan itu sendiri.
“Di sinilah kita belajar tentang kerja sama, solidaritas, kemampuan mengambil keputusan cepat, tangguh menghadapi tekanan, dan siap menerima kemenangan maupun kekalahan dengan hati yang lapang,” terangnya.
Lebih lanjut, Audri Sianturi selaku Chief of Brand Communications Campus League mengucapkan terima kasih kepada UII atas partisipasi dan dukungan dalam penyelengaraan Campus League ini. Saat diwawancarai, Audri juga memberikan apresiasi kepada delegasi dari mahasiswa UII yang turut meramaikan kompetisi ini.
“Kedepan kami berharap kita punya visi misi yang sama selaras untuk menciptakan Indonesia yang digdaya dalam olahraga, tidak hanya dalam futsal tetapi olahraga lain juga,” harapnya.
Dengan adanya Campus League 2025 ini, diharapkan tercipta semangat baru bagi mahasiswa untuk terus berkembang, tidak hanya dalam bidang akademik tetapi juga dalam sportivitas dan kepemimpinan. Ajang ini menjadi bukti nyata kolaborasi antarperguruan tinggi dalam mencetak generasi muda yang unggul, berdaya saing, dan berkarakter.
Sebagai tuan rumah, UII berkomitmen untuk terus mendukung berbagai kegiatan positif yang dapat memperkuat ekosistem pembinaan mahasiswa, baik dalam bidang olahraga maupun pengembangan diri secara menyeluruh. (AHR/RS)
Kembangkan Wawasan Global, UII Gelar Info Session Beasiswa dan Hibah Penelitian di Eropa
Direktorat Kemitraan/Kantor Urusan Internasional (DK/KUI) Universitas Islam Indonesia (UII) menyelenggarakan kegiatan Info Session bertajuk “Kesempatan Studi dan Hibah Penelitian di Eropa”, pada Rabu (5/11). Kegiatan ini bertujuan memberikan informasi seluas-luasnya kepada sivitas akademika dan masyarakat umum mengenai peluang melanjutkan studi serta memperoleh pendanaan penelitian bergengsi di berbagai universitas di Eropa.
Kegiatan yang berlangsung di Gedung Kuliah Umum Dr. Sardjito, Kampus Terpadu UII ini dibuka secara resmi oleh Rektor UII, Fathul Wahid. Dalam sambutannya, Fathul menyampaikan bahwa kegiatan seperti ini merupakan langkah strategis dalam memperkuat internasionalisasi pendidikan tinggi Indonesia.
“Melalui forum ini, kita tidak hanya memperluas akses studi dan penelitian di Eropa, tetapi juga memperkuat jejaring global bagi individu maupun institusi. Inilah salah satu wujud nyata komitmen UII untuk terus membuka ruang kolaborasi internasional,” ujarnya.
Sesi pertama menghadirkan Tatas Brotosudarmo, Ph.D., perwakilan Euraxess Worldwide untuk ASEAN, yang memaparkan peluang pendanaan doktoral melalui program Marie Skłodowska-Curie Actions (MSCA). Dalam paparannya, Tatas menjelaskan secara detail mengenai skema pendanaan, kriteria pendaftaran, serta tips membangun jejaring penelitian internasional. Euraxess sendiri merupakan platform besar di Eropa yang berfungsi memperluas akses informasi pendanaan penelitian dan membuka koneksi antarpeneliti lintas negara.
Pada sesi kedua, kegiatan dilanjutkan dengan dua sesi paralel. Sesi pertama membahas pendanaan riset melalui program Horizon Europe, yang kembali disampaikan oleh Tatas Brotosudarmo, Ph.D. Sesi ini menarik perhatian banyak peneliti muda dari UII dan luar kampus karena menawarkan peluang hibah dengan nilai pendanaan yang signifikan dan kompetitif.
Sesi paralel kedua mengangkat tema peluang studi lanjut di Eropa, menghadirkan pembicara dari berbagai lembaga dan universitas, antara lain Romero Sinaga (Kepala Uni Italia untuk Indonesia), Piero Pillon (Divisi Kerja Sama Internasional, Sienna University, Italia), serta Diyan Yunanto Setyaji (Perwakilan alumni Erasmus Mundus untuk Yogyakarta). Para narasumber berbagi pengalaman serta panduan praktis dalam mengakses beasiswa S2 dan S3, termasuk Erasmus Mundus dan berbagai program di Italia.
Kegiatan ini berlangsung selama 2,5 jam dan diikuti dengan antusias oleh dosen, mahasiswa, dan peneliti baik dari UII maupun dari berbagai institusi lain di Yogyakarta seperti Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah V (LLDikti V), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas PGRI, Institut Teknologi Nasional Yogyakarta (ITNY), Akademi Perikanan Yogyakarta, Universitas Islam Mulia Yogyakarta, Universitas Janabadra, dan Amikom Yogyakarta. Di akhir acara, dilakukan penyerahan cinderamata oleh Rektor UII, Prof. Fathul Wahid, kepada para narasumber sebagai bentuk apresiasi atas kontribusinya dalam berbagi pengetahuan dan pengalaman internasional.
Melalui kegiatan ini, diharapkan semakin banyak akademisi Indonesia yang terdorong untuk mengejar studi lanjut dan berpartisipasi dalam riset internasional di Eropa, serta berkontribusi memperkuat reputasi akademik Indonesia di kancah global. (DS/AHR/RS)
UII Jadi Tuan Rumah Satria Data 2025, Ajang Bergengsi Kompetisi Data Nasional
Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menjadi tuan rumah kegiatan Statistika Ria dan Festival Sains Data (Satria Data) Tahun 2025 pada Selasa-Rabu (4-5/11) di Auditorium Prof. K.H. Abdul Kahar Mudzakkir, Kampus Terpadu UII. Satria Data merupakan sebuah ajang kompetisi prestisius nasional di bidang statistik dan sains data yang bertujuan menumbuhkan literasi data, kemampuan analitis, dan budaya riset di kalangan mahasiswa Indonesia.
Tahun ini, sebanyak 24 tim terbaik dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia berhasil lolos ke babak final setelah melewati proses seleksi ketat dari ratusan peserta pada tahap sebelumnya. Perguruan tinggi yang berpartisipasi dalam babak final tersebut antara lain Institut Pertanian Bogor (IPB), Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Universitas Airlangga (Unair), Universitas Diponegoro (Undip), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Hasanuddin, (Unhas) Universitas Islam Indonesia (UII), Universitas Sebelas Maret (UNS), dan Universitas Telkom.
Ke-24 tim tersebut terbagi dalam empat kategori kompetisi, yaitu National Statistics Competition (NSC), Statistics Essay Competition (SEC), Statistics Infographics Competition (SIC), dan Big Data Challenge (BDC), dengan masing-masing kategori diikuti oleh enam tim. Setiap kategori mendorong mahasiswa untuk menunjukkan kompetensi analisis data, kemampuan berpikir kritis, kreativitas penyajian, serta penerapan teknologi big data secara praktis.
Pembukaan Satria Data 2025 dihadiri langsung oleh Sukino, S.Pd., M.A.P. selaku Ketua Tim Kemahasiswaan Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia (Kemendiktisaintek RI). Ia menyampaikan rasa terimakasih kepada UII karena sudah bersedia kembali menjadi tuan rumah pada ajang Satria Data. Selain itu ia berharap ajang ini dapat memerluas jejaring peserta kompetisi.
Lebih lanjut, Rektor UII, Fathul Wahid menyampaikan bahwa penguasaan data kini menjadi keterampilan strategis yang sangat dibutuhkan di berbagai bidang. Namun, penguasaan teknis saja tidak cukup—etika dalam mengolah, menyebarkan, dan memanfaatkan data menjadi aspek utama yang harus dijunjung tinggi.
“Etika data mengajarkan keseimbangan antara transparansi dan perlindungan privasi, antara inovasi dan keamanan, antara kepentingan publik dan hak individu. Sebagai insan akademik yang profesional kita perlu mengembangkan bukan hanya literasi data, tapi juga kebijaksanaan digital. Kebiksanaan menggunakan data secara bertanggung jawab,” ungkapnya.
Menurut Ketua Pelaksana Satria Data 2025, Arif Fajar Wibisono, S.E., M.Sc., penyelenggaraan kegiatan ini merupakan bentuk kepercayaan nasional terhadap UII dalam mendukung pengembangan talenta muda di bidang statistika dan sains data.
“Satria Data bukan sekadar kompetisi, tetapi wadah pembelajaran dan kolaborasi. Melalui kegiatan ini, mahasiswa diharapkan dapat mengasah kemampuan analisis dan menumbuhkan semangat kontribusi nyata berbasis data,” ujar Arif.
Selain kompetisi, Satria Data 2025 juga dirangkaikan dengan Seminar Nasional bertema “Gen Z & Data Revolution: Dari Angka ke Aksi Nyata”. Seminar ini menghadirkan narasumber dari kalangan profesional, akademisi, dan praktisi data seperti Alva Erwin (General Manager Nash Ta Group) dan Timotius Devin dari PT Datasaur Software Indonesia (Datasaur AI). Keduanya membahas tentang peran generasi muda, khususnya Generasi Z, dalam memimpin transformasi digital dan membangun masa depan berbasis data. Para peserta terlihat aktif menyimak materi pengantar serta berdiskusi mengenai peran data dalam menyelesaikan persoalan nyata di masyarakat. Suasana bertambah meriah ketika penampilan Diva Aurelia sebagai guest star.
Dengan terselenggaranya Satria Data di UII, diharapkan lahir lebih banyak talenta muda yang mampu menghadapi tantangan besar di masa depan, termasuk kebutuhan akan ahli data dalam sektor pemerintahan, industri, maupun riset ilmiah. (ELKN/AHR/RS)
Antara Idealita dan Realita: Menakar Problem dan Tantangan Pondok Pesantren Masa Kini
Direktorat Pendidikan dan Pembinaan Agama Islam (DPPAI) Universitas Islam Indonesia (UII) menyelenggarakan Webinar Nasional bertema “Antara Idealita dan Realita: Menakar Problem dan Tantangan Pondok Pesantren Masa Kini”secara daring melalui kanal Zoom Meeting dan YouTube Live pada Selasa (04/11). Kegiatan yang diikuti lebih dari 700 peserta dari berbagai kalangan dari akademisi, pengasuh pesantren, aparatur Kementerian Agama, mahasiswa, dan pemerhati pendidikan Islam. Kegiatan ini menjadi forum reflektif untuk menelaah peran strategis pesantren di tengah arus modernisasi.
Tiga narasumber nasional hadir dalam webinar ini, yaitu Dr. H. Basnang Said, S.Ag., M.Ag. selaku Direktur Jenderal Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kementerian Agama RI, M. Husnaini, S.Pd.I., M.Pd.I., Ph.D. selaku Dosen Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) UII, dan Prof. Dr. Zuly Qodir, M.Ag. selaku Guru Besar Sosiologi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Dalam sambutannya, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Keagamaan, dan Alumni UII, Dr. Drs. Rohidin, SH., M.Ag., menegaskan bahwa pesantren memiliki misi luhur mencetak insan kamil yaitu manusia berilmu, berakhlak, dan bertanggung jawab sosial. Namun idealita ini kini menghadapi tiga tantangan besar: modernisasi dan digitalisasi, kemandirian ekonomi dan politik, serta ketahanan ideologis. “Pesantren harus menjadi penuntun moral politik, bukan pemain politik,” tegasnya.
Dr. Basnang Said menjelaskan bahwa UU No. 18 Tahun 2019 tentang Pesantren menegaskan pentingnya sistem penjaminan mutu pendidikan melalui dua lembaga antara lain Dewan Masyayikh di tingkat satuan pendidikan dan Majelis Masyayikh di tingkat nasional. Kedua lembaga ini memastikan mutu pendidikan pesantren berjalan sesuai standar nasional.
Beliau juga menegaskan tiga fungsi utama pesantren yaitu pendidikan dengan mencetak santri berilmu dan berakhlak. Kemudian, dakwah dengan menyebarkan Islam moderat (rahmatan lil ‘alamin). Pemberdayaan masyarakat yang mendorong kemandirian sosial dan ekonomi umat.
“Negara berkomitmen memperkuat eksistensi pesantren melalui regulasi seperti UU No. 18 Tahun 2019, Keppres No. 22 Tahun 2015 tentang Hari Santri, dan Perpres No. 82 Tahun 2021 tentang Pendanaan Pesantren,” ungkap Dr. Basnang.
Sementara itu, M. Husnaini menguraikan bahwa pesantren memiliki lima elemen utama yaitu kiai, santri, pondok, masjid, dan kitab kuning yang membentuk ekosistem pendidikan Islam khas Indonesia. Ia menambahkan bahwa fleksibilitas pesantren membuatnya selalu relevan di setiap zaman.
Prof. Zuly Qodir menyoroti pergeseran nilai antara pesantren klasik dan modern. Pesantren modern kini banyak mengadopsi model boarding school, sementara pesantren klasik masih mempertahankan sanad keilmuan, kesederhanaan, dan kemandirian. “Meski banyak yang telah beralih ke sistem yayasan, ruh spiritualitas dan keikhlasan tetap harus dijaga,” ujarnya.
Webinar ini menegaskan bahwa pesantren tetap menjadi benteng moral dan pusat ilmu keislaman yang adaptif terhadap perubahan zaman. DPPAI UII berharap kegiatan ini memperkuat sinergi antara pesantren, perguruan tinggi, dan pemerintah dalam mencetak generasi santri yang cerdas, berakhlak, dan berdaya saing global. (AK/AHR/RS)