SEOUL, KOREA SELATAN – Perguruan tinggi semakin dipandang sebagai aktor non-negara yang memiliki peran penting dalam memperkuat diplomasi publik. Peran ini mengemuka dalam pertemuan delegasi Universitas Islam Indonesia (UII) dengan Wakil Menteri Luar Negeri Republik Korea, Kim Jina, di Seoul, pada Senin (25/8).
Dalam doorstop usai pertemuan, Hangga Fathana, Sekretaris Eksekutif UII sekaligus dosen Program Studi Hubungan Internasional, menegaskan bahwa universitas tidak hanya berfungsi mencetak sarjana. “Universitas juga hadir sebagai bagian dari masyarakat sipil yang mendorong kemajuan peradaban melalui pendidikan, riset, dan pengabdian masyarakat. Peran ini sangat relevan dalam memperkuat diplomasi publik di era global,” ungkapnya.
Diplomasi Akademik sebagai Pilar Hubungan
Pertemuan dengan Kim Jina menyoroti bagaimana diplomasi akademik dapat menjadi pilar yang mendukung hubungan antarnegara. Menurut Hangga, universitas memiliki kapasitas untuk menjadi jembatan antarwarga negara melalui pertukaran mahasiswa, riset kolaboratif, dan inisiatif pengembangan komunitas.
“Diplomasi publik tidak hanya dilakukan oleh pemerintah. Universitas sebagai bagian dari masyarakat sipil bisa memberi kontribusi yang signifikan, memperluas jejaring antarwarga, dan menumbuhkan saling pengertian lintas bangsa,” tambahnya.
Mohamad Rezky Utama, dosen Hubungan Internasional UII yang turut dalam delegasi, menegaskan peran ini juga tercermin di kampus. “UII selama ini menjadi rumah bagi berbagai pojok diplomasi publik dari sejumlah negara, seperti Kafe Perancis dan Aussie Banget Corner. Kehadiran ruang-ruang ini menunjukkan bahwa universitas dapat berperan langsung dalam mempererat hubungan antarbangsa melalui jalur masyarakat sipil,” ujarnya.
Jalinan Kemitraan dengan Perguruan Tinggi Korea
Selain dengan Kementerian Luar Negeri, delegasi UII juga melakukan kunjungan ke sejumlah universitas mitra di Korea Selatan, pada 25-26 Agustus 2025.
Di Sungkonghoe University (SKHU), delegasi disambut oleh Lee Jong In, Vice President SKHU. SKHU telah menjalin kerja sama dengan UII lebih dari satu dekade, bahkan sempat membuka kampus satelit di lingkungan UII yang menjadi wadah bagi sejumlah kegiatan kolaborasi dengan Program Studi Hubungan Internasional.
Irawan Jati, Wakil Dekan Bidang Sumber Daya Fakultas Ilmu Sosial dan Budaya UII sekaligus dosen HI, menilai hubungan ini sangat berharga. “Relasi panjang dengan Sungkonghoe membuktikan bahwa kerja sama akademik lintas negara tidak hanya berhenti pada penandatanganan dokumen. Kerja sama ini telah berkembang menjadi pengalaman nyata, mulai dari kolaborasi riset hingga kegiatan akademik bersama,” ujarnya.
Pertemuan di SKHU juga turut melibatkan sejumlah profesor, antara lain Jae Har Yu dari Division of Global Studies dan Kyung Tae Park dari Department of Sociology.
Delegasi UII juga berkunjung ke Hanshin University, dalam pertemuan dengan Yi Ki-ho, profesor di Hanshin, yang membicarakan kemungkinan kerja sama di bidang penelitian dan pertukaran mahasiswa dengan fokus pada isu kemanusiaan dan keberlanjutan.
Selain itu, UII memperkuat jejaring dengan Korea University melalui pertemuan dengan Jae Hyeok Shin, Director of Korea University ASEAN Center (KUAC) sekaligus profesor di Department of Political Science & International Relations. Diskusi menekankan peluang riset bersama serta pengembangan program pertukaran mahasiswa.
Implementasi Kerja Sama Regional
Kunjungan ke Korea ini juga menjadi bagian dari implementasi kerja sama antara Program Studi Hubungan Internasional UII dengan Busan University of Foreign Studies (BUFS) dalam penyelenggaraan The 2025 International Conference on ASEAN Studies, di mana UII berperan sebagai co-host, pada 21-22 Agustus
Ketua Program Studi HI UII, Karina Utami Dewi, menegaskan bahwa keterlibatan ini penting untuk memperkuat posisi UII dalam jejaring akademik kawasan. “Keterlibatan UII sebagai co-host bersama BUFS menunjukkan kontribusi nyata universitas Indonesia dalam membangun wacana regional. Kehadiran dosen-dosen HI UII dalam forum ini membuktikan bahwa kolaborasi internasional tidak hanya simbolik, tetapi menghadirkan gagasan kritis yang relevan bagi pengembangan ilmu dan diplomasi publik,” paparnya.

UII dan BUFS berkolaborasi dalam The 2025 International Conference on ASEAN Studies.
Delegasi UII seluruhnya berasal dari Program Studi Hubungan Internasional: Hangga Fathana, Mohamad Rezky Utama, Irawan Jati, dan Karina Utami Dewi. Keempatnya mewakili universitas dalam agenda di Korea Selatan, dengan tujuan retensi jejaring internasional sekaligus menunjukkan kiprah akademisi HI UII di kancah global.
Melalui kunjungan ini, UII menegaskan komitmennya untuk memperkuat peran universitas sebagai agen diplomasi publik. Dengan menempatkan pendidikan, penelitian, pengabdian masyarakat, dan dakwah islamiah sebagai pilar utama, universitas hadir bukan hanya sebagai institusi akademik, tetapi juga sebagai aktor strategis yang mendorong terwujudnya hubungan antarbangsa yang lebih erat, inklusif, dan berkeadaban. (HF)
Tumbuhkan Kepemimpinan dengan Membangun Kepercayaan
“Apa yang membuat seseorang itu menjadi pemimpin? Seseorang disebut pemimpin adalah jika dan hanya jika diikuti secara sukarela, bila anda punya pengikut, maka anda disebut pemimpin. Bila tidak ada yang ikut, tidak bisa disebut pemimpin. Jadi yang menentukan pemimpin bukan kita, bukan saya, yang menentukan anda itu pemimpin adalah orang lain. Karena itu hormati pengikutmu, hormati orang yang dipimpin,” demikian disampaikan oleh Anies Baswedan dalam Pesona Ta’aruf UII 2025 yang digelar pada Rabu (03/09) bertempat di Lapangan Utara Gedung Olahraga (GOR) Ki Bagoes Hadikoesoemo, Kampus Terpadu UII.
Pada kesempatan itu, Anies Baswedan menjadi narasumber utama yang menyampaikan pesan tentang makna kepemimpinan kepada mahasiswa baru Universitas Islam Indonesia (UII). Anies menekankan bahwa kepemimpinan tidak lahir dari jabatan semata, tetapi muncul dari kepercayaan dan kerelaan orang lain untuk mengikuti. Pesona Ta’aruf UII ini menjadi agenda tahunan UII sebagai kegiatan penyambutan dan pengenalan kehidupan UII bagi mahasiswa baru.
Anies Baswedan di hadapan mahasiswa baru, memberikan rumus untuk mendapatkan kepercayaan yang ia terapkan dalam perjalanan karier politiknya yakni: K=K1+I+K2-KP. Rumus tersebut ia jabarkan sebagai formula yang menunjukkan bahwa K (kepercayaan) itu dibangun dengan K1 (kompeten) ditambah dengan I (integritas) yang tidak hanya dimaknai dengam kejujuran tetap juga berani untuk melakukan hal yang benar untuk kepentingan publik. Sementara itu, K2 direpresentasikan sebagai kedekatan yang menggambarkan kedekatan pemimpin dengan pengikutnya.
“Tapi ada yang membuat kepercayaan turun yaitu KP, kepentingan pribadi. Walaupun kompeten, integritas, dan dekat, tapi kepentingan pribadi yang menonjol pada akhirnya kepercayaan akan turun. Jadi kalo mau jadi pemimpin ingat-ingat 4 hal ini. Tingkatkan kompetensi, integritas, kedekatan dan kurangi kepentingan pribadi,” ungkap Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022 ini.
Lebih lanjut, Anies menyampaikan bahwa dengan berlatih untuk terus meningkatkan kompetensi baik dalam kelas maupun luar kelas. Integritas yang dimaknai dengan keberanian mengambil sikap yang benar untuk kepentingan banyak orang, dan membangun relasi dengan banyak teman dapat menjadi bekal mahasiswa baru dalam menapaki masa depan.
“Karena anda berada di era abad 21, kuasai teknologi digital, manfaatkan kemajuan teknologi untuk meningkatkan kompetensi. AI (artificial intelligence -red) dimanfaatkan jangan dijauhi. Tapi jangan gunakan AI untuk menggantikan anda dalam berpikir, jangan merendahkan diri anda kepada AI untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang jadi tugas kampus. Gunakan alat ini untuk menjadi asisten pribadi anda, asisten mencari data dan informasi. Kalau anda bisa memanfaatkan AI, maka anda bisa melakukan lompatan yang cepat sekali dalam penguasaan ilmu,” ungkap Anies.
Terakhir, Anies juga mendorong mahasiswa baru untuk menguasai bahasa internasional sebagai bahasa komunikasi antar negara. Menurutnya, kemampuan tersebut mampu membuka peluang generasi muda untuk menjadi pemimpin yang tdak hanya pada level nasional, tetapi juga level internasional.
Anies menekankan bahwa mahasiswa baru UII harus mampu berkiprah di gelanggang yang lebih besar sebagai warga dunia dengan aktivitas selama kuliah yang dapat menjadi bekal berharga untuk menapaki masa depan. (AHR/RS)
UII Sambut 5.188 Mahasiswa Baru Dalam Kuliah Perdana
Universitas Islam Indonesia (UII) resmi menyambut 5.188 mahasiswa baru tahun akademik 2025/2026 dalam Kuliah Perdana Tahun Akademik 2025/2026 yang digelar pada Selasa (2/9) di Lapangan Utara GOR Ki Bagoes Hadikoesoemo, Kampus Terpadu UII. Acara ini ditandai dengan penyerahan berita acara Kuliah Perdana oleh perwakilan wali mahasiswa kepada Rektor UII, Fathul Wahid, serta pelantikan mahasiswa baru sebagai simbol dimulainya perjalanan akademik mereka di UII.
Rektor UII dalam sambutannya mengucapkan selamat datang untuk mahasiswa baru di UII dan berpesan kepada mahasiswa untuk bersyukur karena bisa berkuliah yang notabene hanya sepertiga anak bangsa yang mampu mengenyam bangku kuliah. “Maka syukurilah dengan belajar dan keteguhan membangun diri,” pesan Fathul Wahid.
Di hadapan mahasiswa baru, Rektor UII menyampaikan bahwa UII bukan sekadar ruang untuk menimba ilmu akademik, tetapi sebagai taman luas dalam menyemai nilai agama, menumbuhkan kepedulian sosial, mengasah kepemimpinan, dan merayakan keragaman.
“Disini perbedaan bukan alasan untuk menjauh, melainkan undangan untuk saling mendekat. Itu bukan tembok pemisah melainkan jembatan penghubung. Di UII, keberagaman adalah anugerah yang dirayakan dengan ketulusan,” ungkap pakar bidang sistem dan teknologi informasi UII ini.
Sejalan dengan itu, Fathul Wahid juga menyampaikan bahwa hidup bukan sekadar dalam bayangan masa lalu. Memang, nilai luhur harus tetap dijaga, tetapi perlu penafsiran ulang dengan perkembangan zaman yang ada. Di era digital, ungkapnya, teknologi hadir dalam setiap aspek kehidupan dan karena itu harus dikuasai serta dimanfaatkan sebagai alat keilmuan dan pemuliaan akhlak.
“Saudara harus menyiapkan diri menjadi warga global. Ruang pengabdian Saudara bukan hanya lokal atau nasional tetapi juga dunia. Kuasai bahasa internasional, pahami keragaman budaya, dan asah kepekaan terhadap isu-isu besar, ketidakadilan sosial, krisis energi, perubahan iklim, masalah lingkungan, hingga konflik antar negara,” lanjut Fathul Wahid.
Di akhir sambutan, Fathul Wahid kembali berpesan agar mahasiswa baru tidak hanya fokus menuntaskan mata kuliah, tetapi juga membangun relasi dan persahabatan yang kelak dapat menjadi jaringan dalam peran masing-masing. Ia menekankan pentingnya menjaga persahabatan dengan kejujuran, kesetaraan, dan keadilan, serta menjadikan nilai-nilai UII yaitu Islami, Modial, Unggul, Intelektual, dan Indonesiawi (I’M UII) sebagai kompas moral dalam kehidupan.
Kegiatan Kuliah Perdana Mahasiswa Baru UII Tahun Akademik 2025/2026 ini menghadikan narasumber Adib Zaidani Abdurrohman diplomat senior yang saat ini menjabat sebagai Deputy Director for Financial Contribution and Membership in International Organization di Direktorat Jenderal Kerja Sama Multilateral Kementerian Luar Negeri RI dan Nayla Ilma Kauna sebagai Mahasiswa Berprestasi I UII tahun 2024 dari Program Studi Ekonomi Pembangunan Program Internasional Program Sarjana Angkatan 2022. (AHR/RS)
Pernyataan Sikap Universitas Islam Indonesia: Kita Semua adalah Affan Kurniawan
Envirofest 2025 Ajak Generasi Muda Lebih Paham Terkait Isu Keberlanjutan Lingkungan
Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menunjukkan komitmennya terhadap isu keberlanjutan dengan menggelar Envirofest 2025 bertema “Hentikan Polusi untuk Keberlanjutan Lingkungan” pada Sabtu (30/8) di Gedung Moh. Natsir Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) UII. Kegiatan ini dihadiri siswa kelas XII sekolah mitra, mahasiswa baru angkatan 2025, dosen, serta komunitas lingkungan yang ada di Yogyakarta. Dengan nuansa edukasi sekaligus penyambutan mahasiswa baru, acara ini bertujuan menanamkan kesadaran sejak dini akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan di tengah meningkatnya ancaman polusi.
Dalam sambutannya, Ketua Jurusan Teknik Lingkungan UII, Dr.Eng. Awaluddin Nurmiyanto, S.T., M.Eng., mengajak audiens untuk merenungkan hubungan erat antara budaya, alam, dan keberlanjutan. Ia mencontohkan olahraga tradisional pacu jalur yang saat ini sedang populer di Riau. Menurutnya, tradisi tersebut memang melestarikan budaya, tetapi juga memiliki konsekuensi ekologis. “Perahu yang digunakan atau yang biasa disebut jalur itu membutuhkan kayu sekitar 40 meter. Kalau hutan terus ditebangi untuk berbagai keperluan, termasuk ini, maka habislah hutan kita,” ujarnya dengan nada tegas. Pesan ini menekankan bahwa tanpa kesadaran dan pengelolaan yang bijak, kebudayaan bisa jadi ancaman bagi kelestarian lingkungan.
Sejalan dengan itu, Wakil Dekan Bidang Sumber Daya FTSP UII, Dr. Ir. Kasam, M.T., memberikan apresiasi atas keterlibatan berbagai pihak yang mendukung terselenggaranya kegiatan. Ia menekankan bahwa keberhasilan menjaga bumi tidak hanya menjadi tanggung jawab satu individu atau kelompok, melainkan tugas bersama yang harus dikerjakan secara kolaboratif. “Terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu menyelenggarakan agenda ini, para dosen, mahasiswa, dan para hadirin sekalian. Semoga acara ini menjadi salah satu cara meningkatkan kesadaran dan semangat menjaga lingkungan,” tuturnya. Pesan tersebut sekaligus menegaskan pentingnya sinergi antara akademisi, mahasiswa, dan komunitas masyarakat dalam upaya nyata menghentikan polusi.
Rangkaian Envirofest 2025 dikemas dengan penuh makna. Sejak pagi, para peserta disambut dengan registrasi dan penampilan vokal yang memeriahkan suasana. Acara pembukaan berlangsung khidmat dengan sajian tari tradisional, menyanyikan Lagu Indonesia Raya dan Hymne UII, doa, sambutan pimpinan jurusan dan fakultas, hingga pelepasan burung merpati sebagai simbol harapan kebebasan dari polusi.
Setelah itu, peserta mengikuti sesi kelas inspiratif yang dirancang untuk memberikan wawasan praktis terkait isu lingkungan sehari-hari. Beberapa topik yang diangkat antara lain tema Konservasi Air yang membahas pentingnya air tanah sebagai sumber kehidupan yang tak tergantikan. Sungai dan Polutan yang menguraikan perjalanan polutan dari sumber hingga mencapai laut. Tema Kelola Sampah yang menekankan bahwa pengelolaan sampah efektif dimulai dari sumbernya. Terakhir, tema Polusi Udara yang memberikan pemahaman menyeluruh mengenai ancaman polusi udara. Melalui kelas-kelas ini, siswa dan mahasiswa baru diajak menyadari bahwa isu polusi sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari dan membutuhkan solusi nyata sejak dari diri sendiri.
Tak hanya itu, sesi penampilan seni, talkshow, hingga festival lingkungan di hall dan area Gedung FTSP UII menambah semarak suasana. Melalui format interaktif, peserta diberi kesempatan untuk berdiskusi langsung dengan akademisi dan praktisi, sekaligus mengembangkan perspektif baru tentang strategi pengendalian polusi.
Envirofest 2025 bukan sekadar seremonial penyambutan mahasiswa baru, tetapi juga momentum reflektif. Harapan besar dititipkan agar generasi muda semakin sadar akan bahaya polusi dan bersemangat menjadi agen perubahan bagi lingkungan. Dengan sinergi akademisi, alumni, praktisi, dan komunitas, UII berharap kegiatan ini menjadi langkah kecil yang berkontribusi besar terhadap upaya global menghentikan polusi demi keberlanjutan bumi. (IMK/AHR/RS)
Kolaborasi Mahasiswa Lokal dan Internasional dalam Buddies Impact Lab
Universitas Islam Indonesia (UII) melalui Culture and Learning Center (CLC) menyelenggarakan Buddies Impact Lab pada 27–29 Agustus 2025. Kegiatan ini digelar sebagai bagian dari rangkaian program Buddy Program yang melibatkan mahasiswa lokal dan internasional yang tergabung dalam Buddy Program dari berbagai universitas mitra, yaitu Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Padjadjaran (Unpad), Unika Atma Jaya Jakarta, dan Universitas Bina Nusantara (Binus University).
Buddies Impact Lab ini merupakan lanjutan dari kegiatan benchmarking Buddy Program di BINUS University, yang kemudian dikembangkan menjadi ruang kolaborasi lintas kampus untuk menggabungkan semangat belajar, kepedulian sosial, serta penguatan kapasitas mahasiswa melalui keterlibatan untuk terlibat dalam proyek pengembangan masyarakat berbasis kolaborasi lintas budaya.
Acara dibuka secara resmi oleh Wakil Rektor Bidang Kemitraan dan Kewirausahaan UII, Ir. Wiryono Raharjo, M.Arch., Ph.D. Dalam sambutannya, ia menekankan pentingnya keterlibatan mahasiswa dalam kerja nyata bersama masyarakat.
Hari pertama diisi dengan berbagai sesi penguatan kapasitas berupa kuliah umum bertajuk “Project Management for Community Development” oleh Dwi Martutiningrum, S.E., M.Sc. sebelum bertolak ke desa mitra UII, Desa Girirejo, Ngablak, Magelang. Setibanya disana, mahasiswa tinggal bersama warga, mengikuti masak bersama, serta makan malam penyambutan yang mempererat hubungan dengan komunitas lokal dan bekerja sama, berbagi ide, dan merancang proyek nyata yang bermanfaat bagi masyarakat.
Hari kedua berfokus pada keterlibatan langsung dengan masyarakat. Peserta dibagi menjadi tiga kelompok untuk menjalankan program antara lain penguatan kapasitas organisasi pemuda, kelas bahasa dan pertukaran budaya di sekolah dasar, serta strategi promosi media sosial untuk desa.
Selain itu, mahasiswa juga berinteraksi langsung berdialog dengan masyarakat melalui kunjungan komunitas, dialog dengan petani hingga lokakarya tari tradisional setempat dan belajar tari tradisional dari seniman lokal. Pada malam harinya, peserta mempersiapkan mini proyek yang akan dipresentasikan keesokan hari.
Hari ketiga yang menjadi puncak kegiatan, mahasiswa mempresentasikan hasil mini proyek mereka di hadapan perwakilan desa dan fasilitator. Acara penutupan diisi refleksi dari mahasiswa maupun warga, penyerahan sertifikat, serta pertunjukan budaya. Setelah doa penutup dan makan siang bersama, peserta kembali ke kampus UII dengan membawa pengalaman lintas budaya dan pembelajaran sosial yang mendalam.
Tidak hanya berdampak positif bagi masyarakat, program ini juga menjadi wadah pembelajaran penting bagi mahasiswa. Mereka dilatih untuk mengasah kerja tim lintas budaya, kepemimpinan, serta keterampilan komunikasi, sekaligus memperkuat kepekaan sosial dan rasa tanggung jawab sebagai agen perubahan.
Tidak hanya berdampak positif bagi masyarakat, program ini juga menjadi wadah pembelajaran penting bagi mahasiswa. Mereka dilatih untuk mengasah kerja tim lintas budaya, kepemimpinan, serta keterampilan komunikasi, sekaligus memperkuat kepekaan sosial dan rasa tanggung jawab sebagai agen perubahan. Dengan mengusung tagline “Where Buddies Co-Create Change”, program ini diharapkan melahirkan inisiatif nyata yang bermanfaat bagi masyarakat serta mempererat jejaring antar universitas. (NIK/AHR/RS)
UII Jalin Kerja Sama dengan DSN-MUI Institute
Universitas Islam Indonesia (UII) terus berkomitmen untuk menjalin kemitraan dengan berbagai sektor khususnya bidang ekonomi dan keuangan syariah dengan menggandeng Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) Institute. Kesepakatan kerja sama dalam pengembangan pendidikan, pelatihan, dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia ini secara resmi ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman pada Kamis (28/08) di Gedung Kuliah Umum Prof. Dr. Sarjito, Kampus Terpadu UII oleh Rektor UII, Fathul Wahid dan Wakil Sekretaris BPH DSN-MUI Institute, Muhammad Bagus Teguh Prawira, M.A.
Dalam sambutannya, Rektor UII, Fathul Wahid mengucapkan terima kasih atas kepercayaannya menjadikan UII sebagai mitra kerja sama dalam menguatkan praktek ekonomi syariah di Indonesia sesuai degan norma yang disepakati bersama dan mengikuti standardisasi yang ada.
“Kami berharap UII bisa ikut mewarnai pendidikan nasional. Tentu saja, kerja sama seperti ini adalah ikhtiar dari itu. Bagaimana kita betul-betul meninggalkan dampak baik. Kami senang dengan kepercayaan dari DSN-MUI Institute untuk kerja sama ini karena bagi kami ini adalah wasilah untuk meningkatkan pemanfaatan kehadiran UII untuk bangsa dan kemanusiaan,” ungkap Fathul Wahid
Lebih lanjut, Wakil Sekretaris BPH DSN-MUI Institute, Muhammad Bagus Teguh Prawira, M.A. menyampaikan dalam sambutannya bahwa industri keuangan syariah sudah sedemikian besar walaupun market share masih dalam angka 7%. Bagus mengemukakan tantangan terbesar di industri ini adalah tentu sosialisasi dan literasi. Tapi di sisi lain, DSN-MUI dan UII harus memperkuat industri ini agar kepatuhan syariah tetap terus menjadi tonggak acuan dalam menjalankan praktek keuangan syariah.
“Kami dengan sangat bahagia bekerjasama dengan kampus-kampus, termasuk dengan UII ini karena kami tahu tidak dapat mengerjakannya sendirian. Mahasiswa harus kenal, dosen-dosen harus kenal terkait industri keuangan syariah agar kepatuhan syariah harus menjadi lokomotif di keuangan syariah jangan kemudian dikalahkan dengan kepentingan simplikasi transaksi yang sudah biasa sehingga harus membiasakan diri,” jelas Bagus Teguh.
Setelahnya, DSN-MUI Institute menyelenggarakan Pelatihan Dasar Muamalah Maliyah dan Fatwa (PDMMF) serta Pelatihan Dasar Pengawas Syariah (PDPS) sebagai langkah memperkuat kompetensi para peserta dalam bidang fiqh muamalah, fatwa DSN-MUI, pengawasan syariah, serta praktik-praktik operasional lembagakeuangan syariah. Pelatihan ini merupakan salah satu pintu awal bagi calon Dewan Pengawas Syariah (DPS) untuk melanjutkan proses sertifikasi resmi di Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) MUI.
Harapannya dengan adanya kerja sama dan pelatihan ini dapat melahirkan pengawas syariah yang kompeten, amanah, dan mampu menjawab tantangan perkembangan koperasi syariah dan lembaga keuangan syariah di Indonesia. Selain itu, kegiatan ini juga memperkuat jejaring akademisi, praktisi, dan regulator dalam mengawal keberlanjutan praktik ekonomi syariah yang berkeadilan. (MSH/AHR/RS)
Universitas Perkuat Diplomasi Publik melalui Kemitraan Global
Dalam doorstop usai pertemuan, Hangga Fathana, Sekretaris Eksekutif UII sekaligus dosen Program Studi Hubungan Internasional, menegaskan bahwa universitas tidak hanya berfungsi mencetak sarjana. “Universitas juga hadir sebagai bagian dari masyarakat sipil yang mendorong kemajuan peradaban melalui pendidikan, riset, dan pengabdian masyarakat. Peran ini sangat relevan dalam memperkuat diplomasi publik di era global,” ungkapnya.
Diplomasi Akademik sebagai Pilar Hubungan
Pertemuan dengan Kim Jina menyoroti bagaimana diplomasi akademik dapat menjadi pilar yang mendukung hubungan antarnegara. Menurut Hangga, universitas memiliki kapasitas untuk menjadi jembatan antarwarga negara melalui pertukaran mahasiswa, riset kolaboratif, dan inisiatif pengembangan komunitas.
“Diplomasi publik tidak hanya dilakukan oleh pemerintah. Universitas sebagai bagian dari masyarakat sipil bisa memberi kontribusi yang signifikan, memperluas jejaring antarwarga, dan menumbuhkan saling pengertian lintas bangsa,” tambahnya.
Mohamad Rezky Utama, dosen Hubungan Internasional UII yang turut dalam delegasi, menegaskan peran ini juga tercermin di kampus. “UII selama ini menjadi rumah bagi berbagai pojok diplomasi publik dari sejumlah negara, seperti Kafe Perancis dan Aussie Banget Corner. Kehadiran ruang-ruang ini menunjukkan bahwa universitas dapat berperan langsung dalam mempererat hubungan antarbangsa melalui jalur masyarakat sipil,” ujarnya.
Jalinan Kemitraan dengan Perguruan Tinggi Korea
Selain dengan Kementerian Luar Negeri, delegasi UII juga melakukan kunjungan ke sejumlah universitas mitra di Korea Selatan, pada 25-26 Agustus 2025.
Di Sungkonghoe University (SKHU), delegasi disambut oleh Lee Jong In, Vice President SKHU. SKHU telah menjalin kerja sama dengan UII lebih dari satu dekade, bahkan sempat membuka kampus satelit di lingkungan UII yang menjadi wadah bagi sejumlah kegiatan kolaborasi dengan Program Studi Hubungan Internasional.
Irawan Jati, Wakil Dekan Bidang Sumber Daya Fakultas Ilmu Sosial dan Budaya UII sekaligus dosen HI, menilai hubungan ini sangat berharga. “Relasi panjang dengan Sungkonghoe membuktikan bahwa kerja sama akademik lintas negara tidak hanya berhenti pada penandatanganan dokumen. Kerja sama ini telah berkembang menjadi pengalaman nyata, mulai dari kolaborasi riset hingga kegiatan akademik bersama,” ujarnya.
Pertemuan di SKHU juga turut melibatkan sejumlah profesor, antara lain Jae Har Yu dari Division of Global Studies dan Kyung Tae Park dari Department of Sociology.
Delegasi UII juga berkunjung ke Hanshin University, dalam pertemuan dengan Yi Ki-ho, profesor di Hanshin, yang membicarakan kemungkinan kerja sama di bidang penelitian dan pertukaran mahasiswa dengan fokus pada isu kemanusiaan dan keberlanjutan.
Selain itu, UII memperkuat jejaring dengan Korea University melalui pertemuan dengan Jae Hyeok Shin, Director of Korea University ASEAN Center (KUAC) sekaligus profesor di Department of Political Science & International Relations. Diskusi menekankan peluang riset bersama serta pengembangan program pertukaran mahasiswa.
Implementasi Kerja Sama Regional
Kunjungan ke Korea ini juga menjadi bagian dari implementasi kerja sama antara Program Studi Hubungan Internasional UII dengan Busan University of Foreign Studies (BUFS) dalam penyelenggaraan The 2025 International Conference on ASEAN Studies, di mana UII berperan sebagai co-host, pada 21-22 Agustus
Ketua Program Studi HI UII, Karina Utami Dewi, menegaskan bahwa keterlibatan ini penting untuk memperkuat posisi UII dalam jejaring akademik kawasan. “Keterlibatan UII sebagai co-host bersama BUFS menunjukkan kontribusi nyata universitas Indonesia dalam membangun wacana regional. Kehadiran dosen-dosen HI UII dalam forum ini membuktikan bahwa kolaborasi internasional tidak hanya simbolik, tetapi menghadirkan gagasan kritis yang relevan bagi pengembangan ilmu dan diplomasi publik,” paparnya.
UII dan BUFS berkolaborasi dalam The 2025 International Conference on ASEAN Studies.
Delegasi UII seluruhnya berasal dari Program Studi Hubungan Internasional: Hangga Fathana, Mohamad Rezky Utama, Irawan Jati, dan Karina Utami Dewi. Keempatnya mewakili universitas dalam agenda di Korea Selatan, dengan tujuan retensi jejaring internasional sekaligus menunjukkan kiprah akademisi HI UII di kancah global.
Melalui kunjungan ini, UII menegaskan komitmennya untuk memperkuat peran universitas sebagai agen diplomasi publik. Dengan menempatkan pendidikan, penelitian, pengabdian masyarakat, dan dakwah islamiah sebagai pilar utama, universitas hadir bukan hanya sebagai institusi akademik, tetapi juga sebagai aktor strategis yang mendorong terwujudnya hubungan antarbangsa yang lebih erat, inklusif, dan berkeadaban. (HF)
UII Sambut Mahasiswa Mancanegara dalam International Students Welcome Days 2025
Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menyambut 32 mahasiswa internasional dalam acara “International Students Welcome Days 2025” yang digelar pada Senin-Selasa (25-26/08) di Gedung Kuliah Umum, Prof. Dr. Sardjito, Kampus Terpadu UII. Acara yang turut dihadiri oleh jajaran pimpinan universitas dan fakultas mengusung tema Yogyakarta sebagai Kota Pelajar sebagai bentuk pengenalan kepada mahasiswa internasional akan budaya dan kehidupan sosial di Yogyakarta.
Dalam sambutannya, Rektor UII, Fathul Wahid menyambut hangat mahasiswa internasional yang sekarang sudah menjadi bagian dari keluarga besar UII. Fathul berharap dengan hadirnya mahasiswa internasional mampu menjadikan UII sebagai tempat bersemainya beragam kebudayaan baik dari Indonesia dan mancanegara.
“Bagi saya ini krusial karena di masa depan ketika batas-batas di antara negara hilang, pemahaman lintas budaya menjadi sangat penting. Saya berharap kita punya kesempatan di UII untuk membuka diri dalam menerima dan memperluas wawasan, sehingga bisa lebih siap untuk menjadi warga global,” harap Fathul Wahid.
Lebih lanjut, di hadapan mahasiswa internasional, Rektor UII Fathul Wahid menjelaskan fungsi utama pendidikan sebagai upaya memberikan pemahaman yang akan mendukung proses pembelajaran mereka di UII. Fathul menekankan fungsi pertama pendidikan adalah kualifikasi yang membekali mahasiswa dengan kecakapan dan kompetensi yang diperlukan agar bisa berkontribusi nyata di tengah masyarakat.
“Fungsi kedua adalah sosialisasi. Pendidikan harus memberikan kita kesempatan untuk bersosialisasi, mengetahui lebih baik tentang norma, nilai, tradisi, konteks sosial dan politik yang berlaku. Dengan memahami konteks ini, kita dapat memperkuat empati, memperbaiki kemampuan komunikasi,dan lain sebagainya,” ungkap Rektor UII ini.
Kemudian, diteruskan lagi oleh Fathul Wahid, fungsi ketiga pendidikan sebagai bentuk subjektifikasi dengan menjadikan manusia sebagai aktor otonom yang mampu mengambil keputusan dengan semua pilihan yang sudah dipilih.
“Dengan semua kompetensi yang kita butuhkan, pendidikan akan membuka pintu untuk sosialisasi, untuk mengetahui lebih baik terkait konteks kehidupan, dan akhirnya pendidikan akan membuat kita sebagai aktor yang independen,” tegas Fathul Wahid
Kegiatan hari pertama Welcome Days 2025 ini dilanjutkan dengan info session sebagai penunjang mahasiswa internasional dalam proses pembelajaran untuk empat tahun ke depan. Sesi pertama diisi dengan materi sistem informasi dan akun surat elektronik mahasiswa yang disampaikan oleh staff IT Support Badan Sistem Informasi (UII), Reyhandri Muhammad Naufal, S.Kom. Sesi kedua terkait layanan akademik oleh Direktur Layanan Akademik (DLA) UII, Hudori, S.T., M.T., Ph.D.
Sesi selanjutnya disampaikan oleh Latifatul Laili, S.Psi., M.Psi., Psi terkait layanan pengembangan diri dan aktivitas mahasiswa. Kemudian, sesi informasi program mentoring dan aktivitas pengembangan agama Islam oleh Ust. Ahmad Sadzali, Lc., M.H. dan sesi terakhir disampaikan oleh Dr.rer.nat Dian Sari Utami, S.Psi., M.A sebagai Direktur Kemitraan/Kantor Urusan Internasional (DK/KUI) terkait kurikulum mahasiswa internasional dan aktivitas DK/KUI.
Tak kalah menarik, rangkaian Welcome Days 2025 pada hari kedua mahasiswa internasional mengikuti workshop terkait kebudayaan Indonesia khususnya Yogyakarta dan dilatih untuk melakukan percakapan sehari-hari dengan bahasa Indonesia oleh mentor dari Centre Learning Culture (CLC) UII.
Setelahnya, mereka diajak untuk berkeliling kampus UII dan menjelajahi kota Yogyakarta. Jelajah kota kali ini mereka berkeliling Malioboro, Benteng Vredeburg, Alun-alun Utara, dan Kraton Yogyakarta. Untuk menjadikannya lebih seru, mereka harus memecahkan beberapa teka-teki dan permainan tradisional yang mengasah ketangkasan dan konsentrasi.
Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan mahasiswa internasional bisa beradaptasi dengan baik sehingga mereka dapat menempuh pendidikan secara maksimal sekaligus menjalani kehidupan sosial dengan lancar. (AHR/RS)
FK UII Gelar Pemeriksaan NAPZA Gratis untuk Pengurus Panti Asuhan Muhammadiyah-Aisyiyah se-DIY
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (FK UII) melalui Departemen Ilmu Kesehatan Jiwa dan Magister Kesehatan Masyarakat, bekerja sama dengan Forum Silaturahmi Panti Asuhan Muhammadiyah Aisyiyah (FORPAMA) DIY, RS Mitra Paramedika, Badan Narkotika Nasional (BNN) DIY, dan Yayasan Badan Wakaf Universitas Islam Indonesia, menyelenggarakan kegiatan pengabdian masyarakat berupa Pemeriksaan NAPZA secara gratis bagi pengurus Panti Asuhan Muhammadiyah se-Daerah Istimewa Yogyakarta. Kegiatan ini merupakan implementasi dari Catur Dharma Perguruan Tinggi sekaligus upaya mendukung Peraturan Menteri Sosial No. 5 Tahun 2024 tentang Standar Pengasuhan di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak.
Acara yang digelar pada Minggu (24/08) di Gedung Dr. Soekiman Wirjosandjojo Fakultas Kedokteran, Kampus Terpadu UII bertujuan untuk memastikan bahwa pengurus panti asuhan berada dalam kondisi bebas dari penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA). Pengurus panti asuhan diharapkan juga memiliki pengetahuan tentang NAPZA dan mampu mengenali gejala, tanda, dan dampak negatif penyalahgunaan NAPZA. Hal ini penting mengingat peran strategis mereka dalam mendidik dan mengasuh anak-anak yang rentan terpengaruh lingkungan tidak sehat.
Dr. dr. Titik Kuntari., MPH dari tim pelaksana kegiatan menjelaskan bahwa selain pemeriksaan urin, juga akan dilakukan penyuluhan dan konseling mengenai bahaya NAPZA serta pentingnya menciptakan lingkungan pengasuhan yang aman dan sehat.
“Kami ingin membantu memastikan bahwa pengurus panti asuhan dapat menjadi teladan dan pelindung yang baik bagi anak-anak asuh mereka. Ini juga bentuk komitmen kami dalam mendukung kebijakan pemerintah dan melaksanakan catur dharma perguruan tinggi,” ujar dr. Titik.
Sasaran kegiatan adalah sekitar 100 pengurus panti asuhan yang tergabung dalam Forum Silaturahmi Panti Asuhan Muhammadiyah Aisyiyah (FORPAMA) DIY yang juga menjalankan tes pemeriksaan urin, pengisian kuesioner DASS-42 dan ASSIST.
Dukungan penuh juga diberikan oleh berbagai departemen di FK UII, termasuk Departemen Ilmu Kesehatan Jiwa, Ilmu Kesehatan Masyarakat, dan Patologi Klinik, yang terlibat dalam pelaksanaan teknis dan edukasi. Kegiatan juga melibatkan mahasiswa, pegawai, dan juga alumni.
Diharapkan dengan kegiatan ini, sinergi antara dunia akademik dengan lembaga sosial keagamaan semakin kuat, serta dapat berkontribusi nyata dalam pencegahan penyalahgunaan NAPZA di kalangan pengasuh dan anak asuh. (TK/AHR/RS)
Khasiat Minyak Atsiri dari Rempah Dapur
Ikatan Keluarga Ibu-Ibu Universitas Islam Indonesia (IKI UII) kembali menggelar pertemuan rutin yang kali ini diselenggarakan oleh Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UII di Gedung Kuliah Umum (GKU) Dr. Sardjito, Kampus Terpadu UII, pada Jumat (22/8). Pertemuan kali ini berlangsung meriah dengan menghadirkan bazar, pemeriksaan kesehatan gratis, talkshow, hingga workshop pembuatan minyak atsiri dari rempah dapur.
Acara ini dibuka dengan penampilan hadroh tim UII. Kemudian, Dekan FMIPA UII dalam sambutan singkatnya mengapresiasi panitia dan mengajak peserta memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada. “Ada pemeriksaan kesehatan, kalau ibu-ibu mau periksa dipersilakan. Kuotanya 100 saja ya,” ujarnya.
Sesi utama menghadirkan Dr. Noor Fitri, S.Si., M.Si., dosen Program Studi Kimia UII, yang memaparkan khasiat minyak atsiri untuk kesehatan dan kecantikan. Menurutnya, minyak atsiri tidak hanya berfungsi sebagai pewangi, tetapi juga memberi efek psikologis dan medis. “Mengapa Rasulullah menyarankan kita memakai wewangian? Karena ada pengaruh pada emosi dan memori, memberi perasaan rileks dan tenang. Secara kimia, minyak atsiri dapat berinteraksi dengan neurotransmitter otak, merangsang serotonin dan endorfin yang berfungsi sebagai hormon bahagia dan penenang,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa minyak atsiri juga bermanfaat sebagai antioksidan, antibakteri, antidepresan, hingga membantu tidur lebih nyenyak. Beberapa rempah dapur seperti pala, jahe, dan kapulaga dapat diolah melalui teknik destilasi sederhana sehingga menghasilkan minyak murni alami. Minyak pala, misalnya, diyakini mampu meredakan nyeri sendi. Dalam sesi tanya jawab, salah satu peserta menanyakan apakah minyak atsiri aman bagi penderita asma. Menanggapi hal tersebut, Noor Fitri menyarankan agar memilih aroma yang soft. “Kalau punya asma, mungkin sebaiknya pilih wangi yang soft seperti mawar atau melati, jangan yang terlalu strong,” jelasnya.
Peserta kemudian mengikuti workshop pembuatan minyak aromaterapi dalam kelompok kecil. Mereka mencoba varian bahan yang telah disediakan, seperti kapulaga, cengkeh, dan kayu manis, sekaligus meraciknya menjadi produk sederhana. Kegiatan ini sekaligus menumbuhkan semangat kompetisi karena setiap kelompok diberi kesempatan mempresentasikan hasil kreasinya.
Tidak hanya talkshow dan workshop, peserta juga dapat mengunjungi berbagai stand yang tersedia, mulai dari stand makanan, busana, kesehatan, kecantikan, hingga photobooth. Antusiasme terlihat saat peserta berbondong-bondong mencoba layanan pemeriksaan kesehatan gratis dan berburu produk di bazar yang tersedia.