Program Studi Ilmu Agama Islam Program Magister (PSIAIPM) Universitas Islam Indonesia (UII) menyelenggarakan Student Symposium on Islamic Education dengan mengangkat tema “Transformasi Pendidikan Islam di Era Digital: Membangun Karakter, Spiritualitas, dan Keberlanjutan Global” pada Sabtu (29/11) di Auditorium Gedung K.H.A Wahid Hasyim Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI), Kampus Terpadu UII. Dihadiri oleh ratusan peserta dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia, kegiatan ini menghadirkan Dhomas Hatta Fudholi, S.T., M.Eng., Ph.D selaku Dosen Jurusan Informatika UII dan Gus Romzi Ahmad selaku CEO Pesantren Development sebagai narasumber.
Wakil Rektor Bidang Pengembangan Akademik dan Riset UII, Prof. Dr. Jaka Nugraha, S.Si., M.Si, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas antusiasme tinggi peserta yang mencapai lebih dari 180 pemakalah. Ia menegaskan pentingnya kegiatan ilmiah seperti ini untuk memperkuat budaya akademik di kampus. “Kegiatan seperti ini merupakan bagian dari upaya menumbuhkan ekosistem akademik yang sehat, sekaligus mendukung percepatan kelulusan mahasiswa magister melalui kewajiban publikasi,” ujarnya.
Prof. Jaka juga menekankan urgensi transformasi pendidikan Islam di era digital. Ia mengingatkan bahwa perjalanan peradaban manusia adalah proses panjang yang ditopang oleh kemampuan melestarikan pengetahuan dan terus berinovasi. Dalam konteks perkembangan teknologi, ia menegaskan pentingnya pemanfaatan artificial intelligence (AI) secara bijak. “AI itu ibarat alat—jika digunakan oleh orang yang amanah, ia akan membawa kebermanfaatan. Karena itu di UII kami menetapkan etika pemanfaatan AI agar kemajuan teknologi menjadi keberkahan, bukan sebaliknya,” jelasnya. Ia berharap simposium ini membawa inspirasi dan mendorong lahirnya kontribusi ilmiah yang bermanfaat bagi pengembangan pendidikan Islam.
Kurikulum DAAI (Digital, Akhlak, dan Artificial Intelligence)
Memasuki sesi pemaparan materi, Dhomas menjelaskan perbedaan antara discriminative model dan generative model dalam penggunaan alat kecerdasan buatan (AI). Menurutnya, discriminative model bertujuan untuk mengklasifikan sesuatu sedangkan generative model digunakan untuk mengenali pola dan menghasilkan data baru berdasarkan pola tersebut.
Dhomas juga menyampaikan tiga hal yang membawa AI mampu mengubah proses belajar manusia. Pertama, increasing reach through AI yaitu kemampuan AI membuat materi yang sulit menjadi lebih mudah dipahami sehingga memperluas jangkauan pemahaman.
“Kedua, powering personal and interactive learning, cara belajar orang berbeda-beda. Dengan AI, akselerasi pembelajaran dapat dilakukan dengan menyesuaikan materi sesuai kebutuhan masing-masing. Ketiga, extending educators and assistance to everyone, ketika ada materi yang kurang jelas kita bisa meminta AI menjelaskan ulang. Belajar sekarang tidak lagi terbatas oleh tempat, waktu, atau bahasa, karena semuanya dimudahkan oleh berbagai macam media,” jelasnya.
Selanjutnya, Dhomas menunjukkan bagaimana AI dapat diterapkan dalam pendidikan Agama Islam. Ia menampilkan contoh platform AI yang memungkinkan pengguna memberikan prompt terkait tata cara berwudhu, kemudian AI tersebut menjelaskan langkah-langkahnya secara rinci sehingga memudahkan pengguna memahami praktik ibadah tersebut. Tak lupa, ia juga memaparkan pedoman etika pemanfaatan GenAI, termasuk penggunaan yang diperbolehkan seperti “membantu pemahaman materi, perbaikan bahasa, serta visualisasi ilmiah,” serta larangan seperti “copy-paste mentah” tanpa proses verifikasi. Dhomas menegaskan bahwa penggunaan AI harus dilakukan secara bertanggung jawab agar tidak menghilangkan proses berpikir kritis dalam pembelajaran.
Meninjau Ulang Pendidikan Agama Islam
Jika Dhomas Hatta membahas pemanfaatan AI dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan Agama Islam, maka pada sesi kedua Gus Romzi melengkapinya dengan menyoroti kembali fondasi utama pendidikan Islam. Ia menegaskan bahwa otoritas keagamaan bertumpu pada sejumlah unsur penting, seperti teks suci, tradisi keagamaan, aturan moral, dan peran ulama. Pemahaman terhadap komponen-komponen ini, menurutnya, menjadi landasan untuk melihat bagaimana pendidikan Islam berkembang dari masa ke masa.
Gus Romzi juga menguraikan keragaman model pendidikan Islam yang kini berjalan berdampingan—mulai dari madrasah, pesantren, hingga sekolah umum dan sekolah berkurikulum internasional. Menurutnya, perkembangan ini menunjukkan perlunya desain pendidikan yang lebih adaptif. Mengutip Ibn Khaldun, Ia mengatakan bahwa pengetahuan harus releban dengan kebutuhan sosial dan perkembangan ilmu merupakan fenomena sosial. Gus Romzi menekankan bahwa pendidikan Islam harus mampu menjaga keseimbangan antara warisan tradisi dan kebutuhan inovasi.
Dalam paparannya, Romzi turut menyoroti tantangan besar yang dihadapi pendidikan Islam ketika berhadapan dengan realitas global yang terus berubah. Ia menegaskan bahwa lembaga pendidikan tidak hanya dituntut mempertahankan nilai-nilai spiritual, tetapi juga harus membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir kritis, literasi digital, serta kepekaan sosial. “Pendidikan Islam harus melahirkan generasi yang mampu memberi kontribusi nyata, bukan sekadar mengulang apa yang sudah ada,” ujarnya. Menutup presentasi, Ia mengutip Tariq Ramadan yang menyerukan agar umat Islam berpindah dari sekadar mengonsumsi pengetahuan menuju memproduksi solusi etis dan intelektual.
Dengan terselenggaranya Student Symposium ini, diharapkan para mahasiswa, khususnya yang bergelut di bidang Pendidikan Agama Islam, mampu menyeimbangkan ilmu-ilmu keislaman dengan tren masa kini, terutama dalam era digital dan pemanfaatan AI. Dengan demikian, mereka dapat menjadi insan yang tidak hanya mampu menjaga tradisi keagamaan Islam, tetapi juga terus adaptif dan responsif terhadap perkembangan zaman. (AHR/RS)
UII Gelar Networking Lunch bersama Perwakilan Kedutaan Mitra dan Lembaga Internasional
Universitas Islam Indonesia (UII) menyelenggarakan kegiatan Networking Lunch bersama perwakilan kedutaan mitra, lembaga penyedia beasiswa internasional, dan institusi pendidikan global pada Kamis (04/12) di Gedung Kuliah Umum, Prof. Dr. Sardjito, Kampus Terpadu UII. Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian International Day 2025 dan bertujuan memperkuat jejaring kerja sama internasional UII baik di bidang akademik, penelitian, maupun pengembangan mobilitas mahasiswa.
Acara tersebut dihadiri oleh Rektor UII, Fathul Wahid; Wakil Rektor Bidang Kemitraan dan Kewirausahaan, Wiryono Raharjo, Direktur Kemitraan/Kantor Kantor Urusan Internasional, Dian Sari Utami; Kepala Divisi Kemitraan Luar Negeri, Joni Aldila Fajri; dan Kepala Divisi Mobilitas Internasional, Nihlah Ilhami. Turut hadir dari pihak mitra internasional Mr. Stephen Lorete, Deputy Head of Mission Kedutaan Besar Kenya di Jakarta; Mr. Théophile Rurangwa, First Counsellor Kedutaan Besar Rwanda di Jakarta; Olivia Jeane Sopacua, Program Officer for Marketing DAAD Indonesia; serta Agung Riantiarno, Koordinator Campus France Indonesia di Yogyakarta.
Dalam sesi diskusi tersebut, UII dan perwakilan Kedutaan Rwanda dan Kenya menyepakati rencana kolaborasi strategis di bidang pendidikan, khususnya dalam hal penerimaan mahasiswa internasional dan pengembangan jejaring kerja sama antar institusi di kedua negara. Kolaborasi ini diharapkan membuka lebih banyak jalur mobilitas akademik dan peluang beasiswa bagi masyarakat Rwanda dan Kenya yang berminat melanjutkan pendidikan tinggi di Indonesia melalui UII. Selain itu, UII juga menjajaki kolaborasi lanjutan dengan DAAD Indonesia dan Campus France Indonesia terkait informasi beasiswa dan penyelenggaraan kegiatan bersama di masa mendatang.
UII menyampaikan apresiasi atas kontribusi seluruh pihak dalam membangun kerja sama yang lebih kuat demi peningkatan kualitas internasionalisasi di lingkungan UII. Kegiatan ini diharapkan menjadi tonggak penting dalam menghadirkan lebih banyak peluang global bagi mahasiswa UII dan memperluas dampak pendidikan tinggi lintas negara. (NI/DS/AHR/RS)
UII Selenggarakan Info Session Studi di Jerman dan Peluang Beasiswa bersama DAAD Indonesia
Universitas Islam Indonesia (UII) melalui Direktorat Kemitraan/Kantor Urusan Internasional (DK/KUI) menyelenggarakan kegiatan Info Session Study in Germany & Scholarship Opportunities pada Kamis (04/12) yang menghadirkan narasumber dari DAAD (Deutscher Akademischer Austauschdienst / German Academic Exchange Service). Sesi ini disampaikan oleh Ibu Olivia Jeane Sopacua, Program Officer for Marketing – DAAD Indonesia, yang memaparkan berbagai informasi terkait peluang studi dan beasiswa untuk mahasiswa Indonesia yang ingin melanjutkan pendidikan di Jerman.
Kegiatan dibuka dengan sambutan dari Dr.rer.nat. Dian Sari Utami, Direktur Kemitraan / Kepala Kantor Urusan Internasional UII, yang menyambut baik terselenggaranya sesi sosialisasi ini. Beliau menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bagian penting dari komitmen UII dalam memperluas wawasan internasional mahasiswa dan dosen serta menyediakan akses informasi langsung mengenai peluang studi dan pendanaan pendidikan di luar negeri. Ia berharap semakin banyak mahasiswa dan dosen UII yang dapat memanfaatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan di Jerman melalui skema beasiswa DAAD.
Dalam pemaparannya, Olivia menjelaskan secara komprehensif mengenai berbagai keuntungan studi di Jerman, mulai dari kualitas pendidikan yang tinggi, keberagaman program internasional dalam Bahasa Inggris, biaya kuliah yang terjangkau, hingga peluang kerja setelah lulus. Selain itu, peserta mendapatkan informasi mengenai proses pendaftaran, persyaratan akademik dan bahasa, mekanisme visa, skema pendanaan studi, serta berbagai opsi beasiswa seperti EPOS, Helmut Schmidt Programme, Postgraduate Scholarships, Summer Courses, serta beasiswa penelitian untuk mahasiswa Master, PhD, maupun Postdoctoral. Dari kegiatan ini diharapkan semakin banyak mahasiswa dan dosen yang mendapatkan informasi terkait potensi dan kesempatan studi lanjut di Jerman. (NI/DS/AHR/RS)
International Day 2025 Tegaskan Komitmen sebagai Kampus Global dan Inklusif
Universitas Islam Indonesia (UII) menyelenggarakan International Day 2025 di Auditorium Prof. K.H. Abdul Kahar Mudzakkir pada Kamis (04/12) sebagai ajang perjumpaan budaya global yang mempertemukan mahasiswa dari berbagai negara. Acara tahunan yang diinisiasi oleh Culture and Learning Center (CLC) ini berlangsung selama satu hari penuh dan menghadirkan beragam pertunjukan budaya, bazar internasional, serta aktivitas interaktif yang bertujuan memperkuat pemahaman lintas budaya di kalangan mahasiswa UII.
Rektor UII, Fathul Wahid, dalam sambutannya menegaskan bahwa International Day menjadi pengingat penting bahwa internasionalisasi bukan hanya agenda akademik, tetapi proses memperkuat cara pandang yang terbuka dan kolaboratif di lingkungan kampus. Ia menekankan bahwa keberagaman yang hadir pada hari itu mencerminkan wajah UII sebagai komunitas global yang terus tumbuh.
“Hari ini kampus kita kembali menjadi ruang perjumpaan budaya yang memperkaya cara kita memahami dunia,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa UII berkomitmen membangun ekosistem yang inklusif dan siap berkontribusi di tingkat global.
“Internasionalisasi tidak hanya bicara tentang prestasi akademik, tetapi juga tentang keberanian membuka diri dan berkembang bersama komunitas global,” tegasnya.
Rektor menutup sambutannya dengan penegasan bahwa kehadiran para tamu lintas negara memperkuat langkah UII menjadi universitas yang ramah dan aktif dalam jejaring dunia. “
Inisiatif seperti ini mempertegas posisi UII sebagai institusi yang terbuka dan siap memperluas kontribusi di ranah global,” tuturnya.
Acara tahun ini turut dihadiri tamu undangan internasional, antara lain Mr. Stephen Lorete (Deputy Head of Mission, Kedutaan Besar Kenya), Mr. Theophile Rurangwa (First Counsellor, Kedutaan Besar Rwanda), Olivia Jeane Sopacua dari DAAD, serta Danang Aditya Nizar dari Raoul Wallenberg Institute, yang semakin memperkaya atmosfer global perhelatan.
Sepanjang kegiatan, peserta menikmati Opening Parade yang menghadirkan UII Marching Band dan mahasiswa internasional dalam busana tradisional, International Fashion Show, pertunjukan angklung, tembang Jawa, CLC Buddies Dance, Xaviera Dance, serta penampilan budaya dari berbagai negara yang dipresentasikan oleh mahasiswa. Cultural Bazaar menyajikan kerajinan, produk tradisional, dan makanan khas dari berbagai negara dan daerah, sementara Games Booth menyediakan aktivitas interaktif untuk memperkuat keterlibatan peserta dalam pembelajaran budaya.
Melalui International Day 2025, UII berharap tumbuhnya rasa hormat dan apresiasi terhadap keberagaman di lingkungan kampus, meningkatnya komunikasi lintas budaya antara mahasiswa lokal dan internasional, serta bertambahnya kesadaran mahasiswa terhadap peluang pembelajaran global. Kegiatan ini juga menghasilkan dokumentasi foto dan video, umpan balik peserta, serta penguatan kolaborasi antara komunitas mahasiswa dan jaringan internasional sebagai wujud komitmen UII terhadap lingkungan kampus yang inklusif dan berwawasan global.
Semarak Milad Ke-24 FK UII Melalui Donor Darah Peduli Sesama
Dalam rangka memperingati Milad ke-24 Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Islam Indonesia (UII) menyelenggarakan kegiatan donor darah bekerjasama dengan PMI Kabupaten Sleman. Acara ini dilaksanakan pada Selasa (2/12) bertempat di Auditorium Lantai 1 FK UII. Jumlah pendonor berjumlah 100 orang yang dibuka untuk seluruh sivitas akademika di UII.
Kepala PMI Kabupaten Sleman, dr. Mafilindati Nuraini, M.Kes dalam sambutannya mengucapkan banyak terimakasih atas partisipasi dan kerjasama dari FK UII yang menurutnya sangat bermanfaat bagi masyarakat sekitar khususnya bagi pasien yang membutuhkan.
“Jadi darah adalah golongan obat yang tidak bisa digantikan dengan kapsul, metode infus. Ini harus tetap darah. Sehingga inilah yang mendorong kami untuk selalu melakukan pendekatan ke sasaran-sasaran yang sehat seperti halnya di kampus,” tutur dr. Mafilindati.
Wakil Dekan Bidang Sumber Daya FK UII, dr. Erlina Marfianti, M.Sc., Sp.PD. melanjutkan bahwa kebutuhan darah saat ini semakin meningkat sehingga harapannya dari kegiatan ini akan memenuhi target 100 hingga 110 kantong darah yang terkumpul. “Semoga aksi ini nantinya dapat membantu sesama setidaknya ini target kami 100 ya 110 gitu untuk menambah kantong darah yang nanti dibutuhkan,” ucap dr. Erlina.
Pelaksanaan donor darah dalam rangka Milad ke-24 FK UII ini tidak hanya menjadi bentuk syukur dan perayaan, tetapi juga wujud nyata kepedulian sivitas akademika terhadap kebutuhan kesehatan masyarakat. Melalui kegiatan seperti ini, FK UII berharap dapat terus berkontribusi pada upaya kemanusiaan dan mendorong lebih banyak pihak untuk ikut serta dalam aksi donor darah di kesempatan berikutnya. (NKA/AHR/RS)
UII dan Woosong University Bahas Potensi Kolaborasi IDegree COIL Program
Universitas Islam Indonesia (UII) melalui Direktorat Kemitraan/Kantor Urusan Internasional (DK/KUI) menyelenggarakan pertemuan dengan perwakilan Woosong University, Korea Selatan, di Ruang Rapat Abu Dhabi DK/KUI pada Selasa (02/12) untuk membahas peluang kolaborasi dan implementasi program IDegree COIL (Collaborative Online International Learning). Pertemuan berlangsung pada hari ini dan dihadiri oleh Ony Avrianto Jamhari, selaku Country Director, Office of International Affairs, Woosong University, dan N. Serlin Muliawati selaku Global Partner Development IDegree by Woosong University.
Dari pihak UII, hadir Dr. Wiryono Raharjo, Wakil Rektor Bidang Kemitraan dan Kewirausahaan UII, Dr. Joni Aldila Fajri, Kepala Divisi Kemitraan Luar Negeri; serta Nihlah Ilhami, Kepala Divisi Mobilitas Internasional. Pertemuan ini menjadi wadah diskusi mengenai potensi pengembangan kerja sama akademik berbasis pembelajaran kolaboratif lintas negara melalui integrasi model pembelajaran daring dan hybrid.
Program IDegree COIL menawarkan pengalaman pembelajaran global yang fleksibel dan inklusif, dengan menggabungkan perkuliahan daring oleh profesor internasional melalui platform Learning Management System (LMS) Woosong University dan pembelajaran berbasis proyek yang dibimbing oleh dosen di universitas mitra. Kolaborasi ini membuka peluang untuk pengakuan kredit akademik, pengembangan kurikulum bersama, serta eksplorasi kerja sama jangka panjang dalam bidang internasionalisasi pendidikan.
UII menyambut positif inisiatif kerja sama ini sebagai langkah strategis dalam memperluas akses global untuk mahasiswa dan dosen, memperkuat kompetensi internasional, serta meningkatkan kualitas kolaborasi akademik lintas kampus. Diskusi lanjutan akan dilakukan untuk merumuskan skema implementasi yang paling sesuai dan manfaat yang dapat diperoleh kedua institusi. (DS/NI/AHR/RS)
UII Terima Kunjungan Perwakilan Kumamoto University: Promosi Kesempatan Studi dan Beasiswa ke Jepang
Universitas Islam Indonesia (UII) menerima kunjungan perwakilan dari Kumamoto University, Jepang, yaitu Mia Hernawati, pada kegiatan information session yang dilaksanakan di ruang kelas Sayap Barat Lantai 3 Gedung Kuliah Prof. Sardjito pada Selasa (02/12). Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman langsung mengenai peluang studi di Kumamoto University untuk semua jenjang pendidikan, mulai dari sarjana, magister, hingga doktoral.
Acara dibuka dengan sambutan dari Kepala Divisi Kemitraan Luar Negeri, Dr. Joni Aldila Fajri, yang menyampaikan bahwa kerja sama akademik dan mobilitas internasional merupakan bagian penting dalam upaya UII memperluas jejaring global dan meningkatkan kompetensi mahasiswa maupun tenaga pengajar. Beliau berharap kegiatan ini menjadi awal dari kolaborasi yang lebih erat antara UII dan Kumamoto University di masa mendatang.
Dalam sesi pemaparan, Mia Hernawati menyampaikan informasi lengkap mengenai proses pendaftaran, kehidupan akademik dan budaya di Jepang, serta berbagai peluang beasiswa yang dapat diakses oleh mahasiswa internasional. Peserta juga mendapat tips dan panduan praktis terkait persiapan dokumen dan strategi penerimaan. Selain itu, peserta berkesempatan berdiskusi secara langsung dengan perwakilan Kumamoto University yang bertugas di kantor Surabaya, sehingga dapat memperoleh penjelasan detail dan personal.
Kegiatan ini diharapkan membuka lebih banyak kesempatan bagi mahasiswa dan sivitas akademika UII untuk melanjutkan studi di Jepang serta memperkuat kerja sama internasional antara kedua institusi. (NI/DS/AHR/RS)
MUNAS I LAM DEPILAR: Tegaskan Arah Baru Akreditasi Bidang Desain, Arsitektur, dan Perencanaan Lingkungan
Lembaga Akreditasi Mandiri Desain Perencanaan Lingkungan Arsitektur (LAM DEPILAR) melaksanakan Workshop Persiapan dan Musyawarah Nasional (MUNAS) I sebagai langkah penting untuk mewujudkan visinya menjadi penyelenggara penjaminan mutu dan akselerator kemajuan pendidikan tinggi di Indonesia. LAM DEPILAR menegaskan komitmennya dalam mengembangkan ilmu dan karya di bidang desain, perencanaan, lingkungan, dan arsitektur untuk membangun peradaban berdasarkan ideologi Pancasila dan UUD 1945, berlandaskan prinsip kemandirian, keterbukaan, berkeadilan, kelestarian, dan keberlanjutan.
Acara yang berlangsung di Ruang Sidang Senat Universitas Udayana, Kampus Sudirman, Denpasar pada Senin-Selasa (3-4/11) ini menjadi momentum strategis dalam memperkuat kelembagaan serta merumuskan arah baru akreditasi bagi bidang desain, arsitektur, dan perencanaan lingkungan di Indonesia.
Kegiatan dibuka oleh Ketua Tim Pelaksana Pendirian LAM DEPILAR, Dr. Ar. Yulianto Purwono Prihatmaji, IPM., IAI, yang juga sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Arsitek UII yang bekerja bersama tim sejak deklarasi 20 Mei 2024 di Jakarta. Munas juga dihadiri ketua MA BAN PT, Prof. Dr. rer. nat. Imam Buchori, S.T., yang memberikan selamat, apresiasi, arahan dan harapan agar LAMDEPILAR bisa turut serta menjamin dan menjaga kualitas pendidikan pada keempat rumpun bidang keilmuan.
Hal ini menegaskan bahwa pendirian lembaga ini merupakan amanat nasional untuk menghadirkan sistem akreditasi yang lebih adaptif, fokus, dan relevan. Penguatan tersebut ditegaskan melalui berbagai legalitas pendirian yang diterbitkan pada 2025.
Landasan hukum pendirian LAMDEPILAR diperkuat melalui:
Rangkaian Kegiatan Munas I
Hari pertama berfokus pada penyempurnaan instrumen akreditasi, penguatan sistem informasi akreditasi, mekanisme penjaminan mutu, serta penyusunan AD/ART dan struktur kelembagaan. Diskusi lintas asosiasi profesi dan forum program studi juga dilakukan untuk memastikan harmonisasi standar akreditasi di seluruh bidang keilmuan terkait.
Hari kedua diisi dengan sidang pleno yang berlangsung dinamis dan partisipatif, mencakup pembahasan tata tertib musyawarah, pemilihan pimpinan sidang, pemaparan laporan tim pendirian, hingga pengesahan dokumen kelembagaan dan finalisasi instrumen akreditasi. MUNAS ditutup dengan pelantikan pengurus baru serta penandatanganan dokumen resmi lembaga.
Acara dihadiri oleh perwakilan asosiasi program studi seperti Perkumpulan Prodi Deskomvis, ASPI, ASARKI, PEPSILI, APTARI, dan FPALI, serta asosiasi profesi seperti HDII, PDKVI, ADPII, IAP, IARKI, IALHI, IAI, dan IALI. Selain itu hadir pula perwakilan perguruan tinggi nasional, termasuk ITB, UII, UNDIP, IPB, UGM, UNJ, ITENAS, Universitas Petra, dan Universitas Multimedia Nusantara.
Dalam kepengurusan LAM DEPILAR ini Dosen Jurusan Arsitektur UII yaitu Prof. Dr.-Ing. Ilya Fadjar Maharika terpilih sebagai Sekretaris Majelis Akreditasi (MA) dan Dr. Ar. Yulianto Purwono Prihatmaji, IPM., IAI terpilih sebagai Ketua Dewan Eksekutif (DE) untuk masa bakti 2025-2030.
Dengan visi yang kuat, dukungan multidisiplin, dan struktur organisasi yang lengkap, MUNAS I LAM DEPILAR menandai fase baru pembentukan lembaga akreditasi mandiri yang kredibel, independen, dan siap mendorong kualitas pendidikan tinggi di Indonesia, khususnya pada bidang desain, perencanaan, lingkungan, dan arsitektur. Dengan beroperasinya LAMDEPILAR saat ini secara bertahap, LAMDEPILAR bergabung dengan 10 LAM-LAM yang lain yang sudah berjalan.(YPP/AHR/RS)
FBE UII Berbagi dengan Hati
Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia (FBE UII) melaksanakan program pengabdian masyarakat dan dakwah bertajuk “FBE UII Berbagi dengan Hati” pada Jumat–Sabtu (28-29/11) di Desa Sidoharjo, Kapanewon Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kegiatan ini melibatkan seluruh tenaga kependidikan (Tendik) FBE UII, lembaga-lembaga kemahasiswaan, serta bekerja sama dan bersinergi dengan Lazis Unisia UII sebagai mitra.
Kegiatan dimulai pada Jumat malam dengan pengajian akbar bersama Lurah Sidoharjo, Evi Nurcahyani, S.IP. dan warga Desa Sidoharjo yang dibuka dengan muqodaman Juz 30 Al-Qur’an. Selanjutnya dilanjutkan sambutan oleh Drs. Achmad Tohirin, M.A., Ph.D. selaku Wakil Dekan Kemahasiswaan, Keagamaan dan Alumni (KKA) FBE UII dan sambutan Panewu Anom (Sekcam) Pakanewon Tepus, Suhadi, S.IP., M.AP. Pengajian inti disampaikan oleh Mohammad Bekti Hendrie Anto, S.E., M.Sc. Suasana acara kian semarak dengan penampilan hadroh dari warga Sidoharjo yang berkolaborasi bersama tim hadrah FBE UII yang tampil di awal dan akhir rangkaian.
Dalam sambutannya, Wakil Dekan KKA FBE UII menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan wujud nyata komitmen institusi dalam menjalankan tanggung jawab sosial dan keagamaan. “Kehadiran kami di Desa Sidoharjo bukan sekadar kegiatan rutin, melainkan bentuk dedikasi FBE UII untuk berbagi pengetahuan, nilai-nilai spiritual, dan kepedulian sosial. Semoga kegiatan ini membawa keberkahan dan kebermanfaatan bagi kita semua,” tutur Achmad Tohirin.
Lebih lanjut, Sekretaris Camat Tepus, Suhadi, S.IP., M.AP., juga menyampaikan apresiasi atas kontribusi FBE UII.“Kami sangat berterima kasih kepada FBE UII yang telah memilih Desa Sidoharjo sebagai lokasi pengabdian. Kerja sama ini tidak hanya memberikan manfaat ekonomi melalui bantuan sembako dan pakaian, tetapi juga memperkuat nilai spiritual dan semangat gotong royong di tengah masyarakat,” ujarnya.
Kegiatan dilanjutkan pada Sabtu pagi dengan senam bersama warga di Taman Bibora, diikuti dengan seremoni peresmian bakti sosial. Hadir dalam kesempatan tersebut Wakil Dekan Sumber Daya FBE UII, Abdul Moin, M.BA., M.Res., Ph.D., dan Wakil Dekan KKA FBE UII, Achmad Tohirin, Kepala Lazis Unisia Agus Budi Hariyadi, S.S. , Lurah Sidoharjo Evi Nurcahyani, S.IP., Panewu Anom Suhadi, S.IP., M.AP., serta Kapolsek Tepus AKP Suryanto, S.Pd.. Pada kesempatan tersebut dilakukan penyerahan simbolis paket sembako kepada masyarakat kurang mampu.
Dalam sambutannya, Kepala Lazis Unisia Agus Budi Hariyadi, S.S., menyampaikan bahwa bantuan yang diberikan merupakan wujud nyata kepedulian Lazis Unisia kepada masyarakat. Selain untuk warga Sidoharjo, Lazis Unisia juga menyalurkan bantuan ke sejumlah lokasi lain di wilayah Gunung Kidul. Beliau berharap bantuan ini dapat menjadi stimulan bagi warga Sidoharjo untuk menuju kehidupan yang lebih baik. Tak lupa, beliau memohon doa agar Lazis Unisia beserta para donatur senantiasa diberikan keselamatan, kesehatan dan keberkahan.
Sementara itu dalam sambutan Lurah Sidoharjo, Evi Nurcahyani, S.IP., menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada FBE UII selaku penyelenggara, serta kepada seluruh warga yang hadir dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan ini. Bakti sosial tersebut dinilai sebagai wujud nyata kepedulian terhadap sesama sekaligus sarana untuk memperkuat rasa persaudaraan dan kebersamaan di tengah masyarakat.
Program bakti sosial ini meliputi pembagian 623 paket sembako dengan total senilai Rp62.300.000,-, hibah dua unit komputer untuk Kalurahan Sidoharjo, bantuan uang tunai Rp4.200.000,- kepada 42 kartu keluarga (KK), serta penyerahan hasil penjualan pakaian pantas pakai sebesar Rp2.146.000,- kepada Pemerintah Kalurahan Sidoharjo untuk dimanfaatkan bagi kepentingan warga. Seluruh bentuk donasi ini terselenggara atas dukungan dan kontribusi civitas akademika FBE UII dan Lazis Unisia.
Selain itu, kegiatan ini juga menghadirkan penjualan pakaian pantas pakai donasi dari Tendik dan Dosen FBE UII, dijual dengan harga sangat terjangkau hanya Rp2.000,- per potong – sebagai salah satu bentuk upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat.
“Kegiatan ini mencerminkan komitmen FBE UII dalam mengintegrasikan nilai-nilai Islami, keilmuan, dan kepedulian sosial. Kami berharap program ini memperkuat ukhuwah, menumbuhkan semangat berbagi di kalangan sivitas akademika, serta memberikan manfaat nyata bagi masyarakat Desa Sidoharjo,” ujar Abdul Moin.
UII Dorong Integrasi Pendidikan Islam dan Teknologi pada Student Symposium 2025
Program Studi Ilmu Agama Islam Program Magister (PSIAIPM) Universitas Islam Indonesia (UII) menyelenggarakan Student Symposium on Islamic Education dengan mengangkat tema “Transformasi Pendidikan Islam di Era Digital: Membangun Karakter, Spiritualitas, dan Keberlanjutan Global” pada Sabtu (29/11) di Auditorium Gedung K.H.A Wahid Hasyim Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI), Kampus Terpadu UII. Dihadiri oleh ratusan peserta dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia, kegiatan ini menghadirkan Dhomas Hatta Fudholi, S.T., M.Eng., Ph.D selaku Dosen Jurusan Informatika UII dan Gus Romzi Ahmad selaku CEO Pesantren Development sebagai narasumber.
Wakil Rektor Bidang Pengembangan Akademik dan Riset UII, Prof. Dr. Jaka Nugraha, S.Si., M.Si, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas antusiasme tinggi peserta yang mencapai lebih dari 180 pemakalah. Ia menegaskan pentingnya kegiatan ilmiah seperti ini untuk memperkuat budaya akademik di kampus. “Kegiatan seperti ini merupakan bagian dari upaya menumbuhkan ekosistem akademik yang sehat, sekaligus mendukung percepatan kelulusan mahasiswa magister melalui kewajiban publikasi,” ujarnya.
Prof. Jaka juga menekankan urgensi transformasi pendidikan Islam di era digital. Ia mengingatkan bahwa perjalanan peradaban manusia adalah proses panjang yang ditopang oleh kemampuan melestarikan pengetahuan dan terus berinovasi. Dalam konteks perkembangan teknologi, ia menegaskan pentingnya pemanfaatan artificial intelligence (AI) secara bijak. “AI itu ibarat alat—jika digunakan oleh orang yang amanah, ia akan membawa kebermanfaatan. Karena itu di UII kami menetapkan etika pemanfaatan AI agar kemajuan teknologi menjadi keberkahan, bukan sebaliknya,” jelasnya. Ia berharap simposium ini membawa inspirasi dan mendorong lahirnya kontribusi ilmiah yang bermanfaat bagi pengembangan pendidikan Islam.
Kurikulum DAAI (Digital, Akhlak, dan Artificial Intelligence)
Memasuki sesi pemaparan materi, Dhomas menjelaskan perbedaan antara discriminative model dan generative model dalam penggunaan alat kecerdasan buatan (AI). Menurutnya, discriminative model bertujuan untuk mengklasifikan sesuatu sedangkan generative model digunakan untuk mengenali pola dan menghasilkan data baru berdasarkan pola tersebut.
Dhomas juga menyampaikan tiga hal yang membawa AI mampu mengubah proses belajar manusia. Pertama, increasing reach through AI yaitu kemampuan AI membuat materi yang sulit menjadi lebih mudah dipahami sehingga memperluas jangkauan pemahaman.
“Kedua, powering personal and interactive learning, cara belajar orang berbeda-beda. Dengan AI, akselerasi pembelajaran dapat dilakukan dengan menyesuaikan materi sesuai kebutuhan masing-masing. Ketiga, extending educators and assistance to everyone, ketika ada materi yang kurang jelas kita bisa meminta AI menjelaskan ulang. Belajar sekarang tidak lagi terbatas oleh tempat, waktu, atau bahasa, karena semuanya dimudahkan oleh berbagai macam media,” jelasnya.
Selanjutnya, Dhomas menunjukkan bagaimana AI dapat diterapkan dalam pendidikan Agama Islam. Ia menampilkan contoh platform AI yang memungkinkan pengguna memberikan prompt terkait tata cara berwudhu, kemudian AI tersebut menjelaskan langkah-langkahnya secara rinci sehingga memudahkan pengguna memahami praktik ibadah tersebut. Tak lupa, ia juga memaparkan pedoman etika pemanfaatan GenAI, termasuk penggunaan yang diperbolehkan seperti “membantu pemahaman materi, perbaikan bahasa, serta visualisasi ilmiah,” serta larangan seperti “copy-paste mentah” tanpa proses verifikasi. Dhomas menegaskan bahwa penggunaan AI harus dilakukan secara bertanggung jawab agar tidak menghilangkan proses berpikir kritis dalam pembelajaran.
Meninjau Ulang Pendidikan Agama Islam
Jika Dhomas Hatta membahas pemanfaatan AI dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan Agama Islam, maka pada sesi kedua Gus Romzi melengkapinya dengan menyoroti kembali fondasi utama pendidikan Islam. Ia menegaskan bahwa otoritas keagamaan bertumpu pada sejumlah unsur penting, seperti teks suci, tradisi keagamaan, aturan moral, dan peran ulama. Pemahaman terhadap komponen-komponen ini, menurutnya, menjadi landasan untuk melihat bagaimana pendidikan Islam berkembang dari masa ke masa.
Gus Romzi juga menguraikan keragaman model pendidikan Islam yang kini berjalan berdampingan—mulai dari madrasah, pesantren, hingga sekolah umum dan sekolah berkurikulum internasional. Menurutnya, perkembangan ini menunjukkan perlunya desain pendidikan yang lebih adaptif. Mengutip Ibn Khaldun, Ia mengatakan bahwa pengetahuan harus releban dengan kebutuhan sosial dan perkembangan ilmu merupakan fenomena sosial. Gus Romzi menekankan bahwa pendidikan Islam harus mampu menjaga keseimbangan antara warisan tradisi dan kebutuhan inovasi.
Dalam paparannya, Romzi turut menyoroti tantangan besar yang dihadapi pendidikan Islam ketika berhadapan dengan realitas global yang terus berubah. Ia menegaskan bahwa lembaga pendidikan tidak hanya dituntut mempertahankan nilai-nilai spiritual, tetapi juga harus membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir kritis, literasi digital, serta kepekaan sosial. “Pendidikan Islam harus melahirkan generasi yang mampu memberi kontribusi nyata, bukan sekadar mengulang apa yang sudah ada,” ujarnya. Menutup presentasi, Ia mengutip Tariq Ramadan yang menyerukan agar umat Islam berpindah dari sekadar mengonsumsi pengetahuan menuju memproduksi solusi etis dan intelektual.
Dengan terselenggaranya Student Symposium ini, diharapkan para mahasiswa, khususnya yang bergelut di bidang Pendidikan Agama Islam, mampu menyeimbangkan ilmu-ilmu keislaman dengan tren masa kini, terutama dalam era digital dan pemanfaatan AI. Dengan demikian, mereka dapat menjadi insan yang tidak hanya mampu menjaga tradisi keagamaan Islam, tetapi juga terus adaptif dan responsif terhadap perkembangan zaman. (AHR/RS)
Merancang Rumah yang Mampu Bertahan di Tengah Perubahan Iklim
Setiap orang berhak tinggal di rumah yang aman, sehat, dan mampu melindungi keluarga dari kondisi lingkungan yang terus berubah. Berangkat dari keyakinan tersebut, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) menyelenggarakan Coffee Morning Lecture (CML) ke-9 dengan tema “Kajian Rumah Adaptif Iklim” Kegiatan ini dilaksanakan pada Jumat (28/11) di Selasar Gedung Moh. Natsir FTSP UII menghadirkan para akademisi, praktisi perumahan, pemangku kepentingan sektor konstruksi, mitra pembangunan, serta masyarakat penerima manfaat dari Desa Wunung, Gunungkidul.
Kegiatan ini berkolaborasi dengan Yayasan Habitat Kemanusiaan Indonesia (Habitat for Humanity Indonesia) untuk merancang Rumah Habitat Adaptif Iklim di Desa Wunung, Gunungkidul. Perancangan tersebut mengintegrasikan riset ilmiah, konteks ekologis kawasan karst, serta kebutuhan nyata masyarakat, dengan dukungan PT Prudential Life Assurance Indonesia sebagai mitra strategis.
Kegiatan dibuka dengan sambutan salah satu perwakilan pimpinan PT Prudential Life Assurance Indonesia yang menyatakan komitmennya dalam menjaga ketahanan masyarakat. “Kami percaya bahwa investasi terbaik adalah memastikan setiap keluarga tinggal di rumah yang mampu melindungi mereka dari risiko iklim. Kolaborasi bersama FTSP UII dan Habitat for Humanity Indonesia adalah bentuk nyata kontribusi Prudential untuk ketahanan keluarga Indonesia,” ujar Pimpinan PT Prudential Life Assurance Indonesia dalam sambutannya.
Lebih dari itu, Senior Manager of Field Operations Habitat for Humanity Indonesia menyatakan Yayasan Habitat berperan penting dalam implementasi di lapangan, mulai dari asesmen kebutuhan hingga konstruksi rumah adaptif. “Rumah bukan hanya bangunan; ia adalah ruang aman bagi keluarga. Di Wunung, kami belajar bahwa solusi teknis harus berjalan bersama budaya lokal dan partisipasi masyarakat. Itulah kekuatan rumah adaptif iklim,” ungkapnya.
Selanjutnya, Prof. Ilya Fadjar Maharika, M.A., IAI dalam sambutannya mengeaskan posisi UII sebagai kampus yang menghadirkan solusi nyata bagi masyarakat. “Ini bukan sekadar program akademik. Ini adalah wujud keberpihakan UII terhadap ketangguhan masyarakat. Rumah adaptif iklim menunjukkan bahwa ilmu arsitektur, teknik sipil, dan teknik lingkungan dapat menyatu menjadi solusi yang membumi dan visioner,” tutur Prof. Ilya Fadjar Maharika.
Memasuki sesi inti, Karnen Dasen menguraikan perjalanan program tantangan lapangan, dan proses pendampingan penerima manfaat di Desa Wunung. Karnen menyatakan kunci keberhasilan program adalah kepemilikan bersama. Warga tidak hanya menerima rumah tetapi ikut berkontribusi dalam pembangunan dan perawatan rumah. “Kolaborasi dengan FTSP UII memperkaya desain dan memastikan rumah yang dibangun benar-benar responsif terhadap iklim dan konteks lokal,” ungkapnya.
Sebagai peneliti utama, Prof. Suparwoko memaparkan hasil kajian arsitektur adaptif iklim yang dikembangkan berdasarkan kondisi karst Gunungkidul, pola hidup warga, dan teknologi konstruksi yang terjangkau. “Rumah adaptif iklim bukan sekadar penyesuaian kecil pada desain. Ia merupakan pendekatan holistik yang menimbang orientasi matahari, ventilasi alami, konservasi air, material lokal, hingga kapasitas ekonomi warga,” tegasnya.
Diskusi semakin hidup dengan adanya dua panelis ahli yang memberikan pandangannya terkait rumah adaptif iklim, seperti Ar. Erlangga Winoto, IAI, AA. selaku Ikatan Arsitek Indonesia DIY yang menyatakan bahwa rumah adatif iklim di Wunung merupakan contoh nyata praktik arsitektur kontekstual yang jarang ditemukan. “Desain adaptif iklim bukan tren sesaat, tetapi kebutuhan masa depan Indonesia,” ungkap Ar. Erlangga.
Lebih lanjut, Direktur Green Building Council Indonesia (GBCI), Ar. Daud Tjondro Rahardja, MBA., IAI., GP. menyoroti pentingnya standar bangunan hijau dalam konteks rumah rakyat. “Rumah adaptif iklim adalah fondasi menuju bangunan hijau yang terjangkau. Kita harus memastikan prinsip keberlanjutan tidak hanya untuk gedung besar, tetapi juga untuk rumah sederhana yang dibutuhkan masyarakat,” tegasnya.
Melalui kegiatan ini, FTSP UII menegaskan peran strategisnya sebagai institusi yang mendorong perubahan nyata. Rumah adaptif iklim dari Wunung membuktikan bahwa rumah yang baik bukan hanya bangunan yang berdiri, tetapi ruang yang menjaga kehidupan di tengah ketidakpastian iklim. (AHR/RS)