Kuasai Bahasa Inggris untuk Menangkan Persaingan Global

Kompetensi Bahasa Inggris jika ingin tetap kompetitif dan kolaboratif di dunia kerja. Dalam konteks akademik pun, lulusan perguruan tinggi (PT) dituntut untuk mahir berbahasa Inggris, di samping bahasa lainnya. Sebab saat ini peluang bagi mahasiswa untuk mengikuti mobilitas internasional antarnegara semakin terbuka lebar. Kesempatan itu tentunya hanya berlaku bagi mahasiswa yang bagus kemampuan bahasa Inggrisnya. Ini yang dikaji secara mendalam di Lt. 2 Ruang Audio Visual Perpustakaan Pusat Universitas Islam Indonesia (UII) pada Kamis, (28/11) dalam acara Stadium General yang diadakan oleh Prodi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) UII dengan tajuk “Building English Language Competence: An Open Door to The World”.

Mengawali sesi dengan permainan yang membuat audiens menggunakan Bahasa Inggris, Dr. Silvester Goridus Sukur, M.Pd. menekankan bahwa pengetahuan Bahasa Inggris saja tidak cukup, mahasiswa juga perlu menggunakan Bahasa Inggris secara berkala sehingga terasah.

“Setidaknya ada tujuh kompetensi yang bisa dipelajari yakni kompetensi 1) linguistik –kemampuan untuk mengidentifikasi fitur yang terdapat dalam bahasa, seperti fitur leksikal atau morfologi, 2) sociolinguistic –kemampuan dalam menggunakan atau menyesuaikan pemakaian bahasa dalam konteks tertentu, 3) strategik –kemampuan untuk berkomunikasi dalam kondisi yang tidak familiar, 4) intercultural –kemampuan untuk memahami budaya lain dan menempatkannya dalam satu tatanan yang sejajar tanpa etnosentrisitas, 5) diskursus –kemampuan untuk menuturkan pesan atau tulisan dalam rangkaian atau konteks yang bermakna, 6) formulaik –kemampuan untuk mendeteksi atau menggunakan pemilihan bahasa yang sering digunakan sehari-hari, dan interaksional –kemampuan untuk membangun komunikasi menuju satu pemahaman tertentu,” tutur Silvester.

Pembahasan dilanjutkan dengan sesi sharing session, kepulangan para penerima penghargaan Program Pengalaman Lapangan (PPL) ASEAN dan PPL Australia disambut hangat. Vika Annisa Gusnadila, salah satu penerima penghargaan PPL ASEAN mengaku bahwa ini merupakan pengalaman yang menakjubkan.

Di sana, ia tidak hanya menjumpai isu kultur yang sepenuhnya berbeda dari Indonesia seperti kesetaraan gender namun juga keadaan sosial dan pendidikan tertentu akibat dari peraturan negara.

Berbeda dari Vika, Miftah Haniful Ammar, salah satu penerima penghargaan PPL Australia mengaku bahwa banyak hal yang dapat dipelajari melalui program mobilitas seperti ini. “Berbeda dengan kita (Indonesia), orang-orang (Australia) berjalan sangat cepat,” ujar Hanif. Dalam mengajar Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) di Australia, siswa di sana dinilai lebih cepat memahami fitur bahasa secara langsung disebabkan karena kompetensi guru, media, dan fasilitas yang disediakan sekolah.

Juga hadir di tengah-tengah mahasiswa PBI 2019, Sekretaris Jurusan/Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris– Program Sarjana, Rizki Farani, S.Pd., M.Pd., dan Wakil Dekan Bidang Keagamaan, Kemahasiswaan, dan Alumni, Dr.Phil. Dra. Emi Zulaifah, M.Sc.

“Selain bertujuan untuk memberikan eksposur kepada mahasiswa, stadium general ini juga dimaksudkan untuk menyambut kedatangan penerima penghargaan PPL ASEAN dan PPL Australia 2019,” tutur Rizki. Sedangkan Emi menekankan pentingnya dasar berbahasa Inggris sehingga lulusan PBI UII dapat menawarkan nilai dunia pada masyarakat melalui Bahasa Inggris. (IG/ESP)