Mahasiswa FK UII Raih Juara pada Kompetisi Esai Nasional

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (FK UII) menorehkan prestasi tingkat nasional yakni juara 2 pada Kompetisi Esai Nasional The 8th Scientific Project and Olympiad of Sriwijaya Year of 2022 yang diselenggarakan Universitas Sriwijaya di Kota Palembang pada Sabtu (5/11). Mereka terdiri dari mahasiswa angkatan 2019, Fathiyatul Mudzkiroh dan Anindya Amanda Damayanti. Kompetisi itu mengusung tema “Upgrading Knowledge and Resources on Facing the Recent Rise of Respiratory Disease’s Global Impact.”

Fathiyatul menjelaskan bahwa terapi kanker paru tipe non-small cell lung carcinomas (NSCLC) yang digunakan saat ini adalah Osimertinib (OSI). Terapi tersebut sudah memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi. Namun, terapi ini membutuhkan waktu hingga dua tahun. Selain itu, afinitas yang tinggi akibat ikatan kovalen antara OSI dengan albumin serum dapat berpotensi menimbulkan efek samping.

“Jadi perlu enkapsulasi pada OSI untuk menurunkan efek samping, meningkatkan spesifitas penargetan obat, serta meningkatkan tingkat keberhasilannya,” katanya.

Sebelumnya Fathiyatul menjelaskan mengenai apa itu kanker paru. Kanker paru merupakan keganasan ketika terjadi proliferasi sel tak terkontrol di jaringan paru. Kanker paru hingga saat ini menjadi penyebab kematian terbanyak akibat kanker di seluruh dunia. Jumlah kasus kanker paru secara global mencapai 1.350.000 dengan angka kematian sebesar 17,6%. 

Sebanyak 90% penyebab kanker paru dalam dua puluh tahun terakhir memiliki pola yang hampir sama yaitu disebabkan oleh rokok, dimana konsumsi rokok masih sangat tinggi di Indonesia yang mencapai 8,8 juta jiwa. “Salah satu pencegahan kanker paru adalah dengan tidak merokok,” katanya.

Fathiyatul menegaskan bahwa risiko kanker paru tidak hanya pada perokok aktif saja, namun juga perokok pasif. Usahakan hindari merokok, namun jika memang seorang perokok aktif maka merokoklah di ruang atau tempat yang sudah dikhususkan untuk merokok. Faktor genetik juga ikut menyumbang terjadinya kasus kanker paru.

Risiko lain pada penderita obesitas yang merupakan sumber dari berbagai macam penyakit. Penting sekali untuk menjaga berat badan tetap ideal.

Sementara itu, Anindya menyinggung terkait inovasi pengobatan terapi kanker paru NSLC. Menurutnya, hal yang menjadi tantangan saat ini yaitu 70% pasien kanker paru terdiagnosis ketika sudah berada di stadium akhir, sehingga terapi yang diberikan terlambat dan membutuhkan waktu yang lama. 

Terapi dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan efek samping yang berat dan resistensi. Oleh karena itu, diperlukan modalitas terapi baru yang lebih efektif dan spesifik terlokalisasi pada lokasi kanker. “Kami berharap ide kami dapat diterapkan di dunia kesehatan untuk meningkatkan efektifitas pengobatan dan mengurangi efek samping,” tutupnya. (UAH/ESP)