Mahasiswa Mancanegara Menikmati Keunikan Arsitektur Indonesia

Hari ketiga Indonesian Heritage Story (IHS) Universitas Islam Indonesia (UII) pada Kamis (4/8) diisi dengan penjelasan materi sejarah arsitektur Indonesia oleh dosen Arsitektur UII, Dr. Revianto Budi Santoso. Acara yang digelar di Hotel Santika Premiere Jogja itu diikuti mahasiswa mancanegara dari negara-negara Asia Tenggara.

Dalam kesempatannya, Dr. Revianto Budi Santoso menjelaskan terkait sejarah dan aktivitas di Candi Prambanan. “Candi Prambanan merupakan tempat di mana banyak orang melakukan jual beli, datang, dan juga pergi. Candi ini memiliki tinggi 47 meter dan merupakan bangunan Hindu tertinggi di dunia, mengalahkan bangunan di India yang mayoritasnya Hindu pada waktu itu, dan juga menjadi bangunan tertinggi di indonesia selama 1000 tahun”, jelasnya.

Lebih lanjut, Dr. Revianto Budi Santoso juga menjelaskan macam warisan yang ada di dunia saat ini. “Istilah warisan ada dua, yaitu warisan yang hidup dan bisa digunakan serta warisan yang hanya bisa dilihat tapi tidak bisa digunakan, warisan yang bisa digunakan contohnya seperti masjid dan gamelan. Sedangkan warisan yang hanya bisa dilihat dan tidak bisa digunakan ialah piramida, Candi Borobudur, dan Candi Prambanan”, ujarnya.

Terakhir, ia memberikan salah satu contoh keunikan dari arsitektur Indonesia, rumah khas dayak. “Rumah adat dayak memiliki panjang 100 meter, jika memasak atau ingin mencuci letaknya cukup jauh, kalau ingin memanggil anak atau seseorang harus berteriak karena jaraknya cukup jauh”, tandasnya.

Setelah selesai mengikuti sesi pemaparan materi, para peserta diajak berkunjung ke Candi Prambanan. Mereka didampingi pemandu untuk berjalan-jalan keliling area Prambanan. Para peserta tampak antusias mendengarkan pemaparan pemandu terkait dengan Prambanan dan sejarahnya.

Selain itu peserta juga tampak bahagia sembari berfoto di area Prambanan. Hingga memasuki sesi terakhir yaitu menonton penampilan Ramayana Ballet, para peserta memperlihatkan antusiasmenya dalam menonton persembahan tari khas Indonesia tersebut.

Putri Al Myresa, salah satu peserta IHS asal Universiti Malaya, Malaysia, mengatakan ketertarikannya terhadap keragaman dan keunikan Indonesia dalam hal arsitektur. “Kalau untuk pemahaman aku, untuk arsitekturnya di Indonesia lebih ke historical side yang menjurus ke budaya gitu, agama juga kan, kalau peninggalan dari hinduisme, buddha, itu beda. Kalau di Malaysia kan more to like British colonizer, kalau di sini aku lihat lebih ke arah untuk mengekalkan (melindungi) beda dengan modernisasi. So, kalau itu bagus untuk masa depan negaranya gitu kan, bisa menarik lebih banyak turis untuk tahu soal cultural, more like cultural itu kan penting untuk sebuah negara kan”, ucap Putri.

Lebih lanjut, ia juga mengutarakan ciri khas dari Indonesia tersebut merupakan salah satu kelebihan yang dimiliki Indonesia.

Sementara Norhaslina Shahira, salah satu mahasiswa Universiti Kuala Lumpur, Malaysia mengatakan bahwa ia terpesona oleh keindahan budaya dan tradisi Indonesia. Kegiatan hari ini cukup menarik dan sangat mempesona, terutama Sendratari Ramayana karena baru pertama kali menonton story telling seperti itu ada sejarahnya meskipun durasinya satu jam. Namun sepertinya saya akan fokus menulis cerita tersebut karena sangat menarik dan sangat baru bagi saya terutama budayanya, kan, sangat menarik bagi saya”, jujurnya.

Terakhir, ia berbagi kesan dan pesannya terkait program yang diadakan oleh UII, yaitu IHS dan kunjungannya ke Indonesia. “Menurut saya program ini sangat menarik, unik, dan mempesona. Saya pikir penyelenggara harus melakukan ini setiap tahun untuk menarik orang-orang dari seluruh dunia untuk mengenal Indonesia. Karena menurut saya budaya Indonesia sangat unik karena mereka memiliki budaya yang berbeda bergabung menjadi satu kesatuan di suatu negara dan bahkan anda memiliki begitu banyak budaya yang hidup di negara anda. Kalian hidup dalam kesatuan dan saya pikir sangat tertarik untuk mengetahui setiap budaya di Indonesia”, pungkasnya. (JR/ESP)