Manfaatkan Abu Vulkanik Untuk Pengolahan Limbah Batik

Tiga mahasiswa Program Studi Kimia Universitas Islam Indonesia (UII), yang tergabung dalam Tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang penelitian dibawah bimbingan Dr. Is Fatimah berhasil menemukan solusi tepat dalam pengolahan limbah batik cair dengan memanfaatkan sisa abu vulkanik gunung merapi.

Inovasi baru dari Tim UII ini diketuai oleh Rico Nurillahi (angkatan 2015) dengan anggota Dwi Nur Halimah (angkatan 2015) dan Gusti Dwi Apriliani (angkatan 2016). Menurut Rico Nurillahi penelitian yang dilakukan berawal dari observasi terhadap sumber air yang tercemar oleh limbah hasil industri batik disalah satu daerah di Yogyakarta.

Seperti yang kita ketahui bahwa batik telah dinobatkan sebagai warisan budaya dunia oleh United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) sejak tahun 2009 “Sejalan dengan hal ini selain kita harus menjaga budaya tersebut tentu kita juga harus sadar dengan dampak yang ditimbulkan dari produksi batik tersebut,” ujar Rico Nurillahi pada Sabtu (2/6).

Menurut Rico Nurillahi, penemuan ini dapat menjadi solusi alternatif untuk mengelola air limbah batik cair dengan bahan dasar abu vulkanik hasil letusan Gunung Merapi dan bantuan katalis TiO2 menggunakan metode fotokatalisis.

“Fotokatalisis adalah reaksi dengan bantuan cahaya dan katalis dimana pada metode ini digunakan material abu vulkanik yang merupakan bahan material yang disemburkan ke udara saat terjadi letusan gunung berapi,” jelasnya.

“Material abu vulkanik ternyata banyak mendandung silica (SiO2) yang dapat digunakan sebagai cetakan pori atau pengeman material TiO2 dan dapat meningkatkan volume permukaan pori sehingga proses fotokatalisis menjadi lebih efektif,” tambahnya.

Sementara disampaikan Dwi Nur Halimah, metode yang digunakan tidak beracun, memiliki efektifitas yang tinggi, dapat mengadsorpsi zat warna pada limbah batik dengan waktu yang cepat dan yang terpenting merupakan metode yang ekonomis dan ramah lingkungan karena memanfaatkan hasil alam yang sudah tidak terpakai.

Dwi Nur Halimah berharap, semoga dengan inovasi ini para pengrajin batik dapat terus produktif memproduksi kain batik tanpa perlu khawatir terhadap limbah yang dihasilkan sehingga industri batik tidak hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga dapat terus bersahabat dengan lingkungan.