Maqasid Suguhkan Pembangunan Berkelanjutan Menurut Islam

Wacana arus utama kebijakan pembangunan di Indonesia saat ini diwakili oleh Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional. Sedangkan di lingkup internasional diwakili oleh Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Islam memiliki maqasid yang merupakan tujuan akhir kehidupan (dunia dan akhirat). Maqasid juga merupakan nilai-nilai sentral yang membakukan kognisi, perasaan, dan perilaku umat Islam.

Demikian sebagaimana tergambar dalam Short Course Ilmu Al-Maqashid “Sustainable Development Internationality & Nationality : Quranic-Maqashid Prespective for Education-Based Sustainable Development” pada hari Sabtu (01/12) di Aula Pondok Pesantren Putra UII. Short course yang diadakan Ponpes UII itu dihadiri Direktur Pondok Pesantren UII Drs Asmuni MA, Pemateri dari Director of Maqashid Institute Indonesia Dr. Aly Abdel Moniem, para asatidz pondok pesantren UII, dan para santri.

Drs Asmuni MA menyampaikan bahwa Maqasid merupakan ilmu yang akan menjembatani disiplin ilmu-ilmu tertentu dengan agama Islam. “Ilmu Maqasid ini adalah jembatan penghubung untuk melahirkan intelektual muslim memiliki ilmu yang saling berintegrasi”, ungkapnya.

Kemudian ia juga menyampaikan harapan dengan diselenggarakan short course maqasid ini akan menimbulkan kepekaan para santri untuk terus mengkaji ilmu pengetahuan dengan perspektif Ilmu Maqasid.

Acara dilanjutkan dengan penyampaian materi oleh Dr.Aly Abdel Moniem selaku Director of Maqashid Institute Indonesia. Dalam materinya ia menyampaikan bahwa ditinjau secara ontologis, Maqasid mengusulkan pandangan sistematis tentang alam semesta yang mengumpulkan Sang Pencipta dan mahluk, dan mengumpulkan lingkungan alam, psikologis, sosial, dan buatan manusia.

“Dalam hal ini, Maqasid mengusulkan suatu jaringan hubungan yang terintegrasi di antara unsur-unsur sistem alam semesta yang diusulkannya, seperti ʻibādah, ʻimārah, tazkiyah, khilāfah, dan istikhdām maqaṣidī” pungkasnya.

Kemudian ia menyampaikan bahwa pembangunan berkelanjutan berbasis Islam memiliki banyak aplikasi, salah satunya adalah aplikasinya ke dalam perencanaan pengembangan pendidikan.

Pendidikan berbasis maqasid memiliki standar kompetensi dan konten yang didefinisikan ulang, berdasarkan model ontologis Maqasid dan standar proses didefinisikan ulang, terutama, berdasarkan model epistemologis dan aksiologis Maqasid. Kemudian pada penyampaian materinya, ia mengungkapkan bahwa objek pembangunan sebenarnya yaitu amal shaleh. “Objek pembangunan sebenarnya bukanlah alam, manusia, ataupun teknologi. Melainkan objek pembangunan sebenarnya adalah amal shaleh” ungkapnya.

Jalannya short course ini diwarnai dengan antusiasnya para peserta short course yang tertarik berdiskusi mengetahui konsep pembangunan berkelanjutan perspektif Ilmu Maqasid secara mendalam. (AR/ESP)