Memahami Indahnya Bahasa Al-Qur’an

Takmir Masjid Al-Azhar Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (TMA FH UII) menyelenggarakan kajian dalam rangka memperingati malam Nuzulul Qur’an pada Selasa (19/4) melalui zoom meeting online. Kajian bertema “Pentingnya Memahami Bahasa Al-Qur’an dan Mengamalkannya” itu diisi Ridwan Abdul Ghofur, S.T., M.Eng. yang merupakan Dosen Unindra Jakarta Selatan dan Pimpinan Talim Al-Falah Ciputat sebagai pemateri.

Ridwan menyampaikan bahwa bahasa Al-Qur’an memiliki makna yang sangat indah. Al-Qur’an merupakan petunjuk bagi manusia, Al-Qur’an memiliki pengaruh yang besar bagi orang-orang yang mendengarnya. 

Dalam suatu kisah di zaman Nabi Muhammad saw., Sayyidina Umar bin Khattab pada awalnya sangat membenci orang-orang yang masuk Islam. Ketika Umar mengetahui adiknya Fatimah masuk Islam, Umar sangat marah dan ingin membunuh Fatimah. Namun sebelum dibunuh Fatimah memiliki permintaan untuk membaca satu surah dari Al-Qur’an. Akhirnya Umar mengizinkannya. 

Ketika mendengar bacaan ayat Al-Qur’an, Umar merasakan ayatnya begitu indah dan menenangkan, membuat hatinya bergetar hingga pedang yang ada di tangannya jatuh dari tangannya. Setelah itu akhirnya Umar memutuskan untuk mengikrarkan dirinya masuk agama Islam dan berbalik sangat membela agama Islam dari para kaum kafir Quraisy. 

Hal ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an memiliki keistimewaan yang dapat menenangkan hati orang yang mendengarnya. Bahasa Al-Qur’an semakin digali semakin memiliki pelajaran yang tidak pernah ada habisnya. Ridwan menjelaskan, turunnya Al-Qur’an terdiri dari tiga fase, yaitu: Pertama, Allah menurunkan Al-Qur’an secara utuh di lauhul mahfudz yakni tempat dimana Allah mencatat semua yang terjadi di dunia ini. 

Kedua, Allah menurunkan Al-Qur’an secara utuh di baitul izzah atau langit dunia. Peristiwa ini terjadi pada bulan Ramadhan malam lailatul qadar. Ketiga, Allah memerintahkan malaikat Jibril untuk menurunkan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW secara berangsur-angsur.

Menurutnya, ada tiga hal penting memahami bahasa Al-Qur’an dan mengamalkannya, yaitu: 1) Al-Qur’an mengajarkan etika, yakni tidak ada kata yang memiliki makna negatif disandarkan kepada Allah. 2) Pengulangan kata dalam Al-Qur’an memiliki makna yang berbeda antara satu sama lain. 3) Satu kata dalam Al-Qur’an dapat memiliki arti yang banyak.

Terakhir, Ridwan menyampaikan bahwa untuk memahami bahasa Al-Qur’an, seseorang perlu belajar terkait metode disiplin ilmu Al-Qur’an. Apabila seseorang belum dapat mempelajari disiplin ilmu Al-Qur’an maka sebaiknya ia mengikuti tafsiran dari para Ulama dan Ahli Al-Qur’an. Hal ini penting menjadi perhatian agar seseorang ketika memahami makna Al-Qur’an tidak dalam kesalahan.

“Barang siapa bisa Al-Qur’an dengan hawa nafsunya maksudnya tidak memiliki keilmuan yang memadai, maka tempatnya di neraka,” pungkasnya. (EDN/ESP)