Menciptakan Rantai Pasokan Hemat Energi dan Ramah Lingkungan

Internasional Program Studi Teknik Industri (IP Teknik Industri) Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia (FTI UII) mengadakan Webinar “Sustainable Products and Supply Chain for the Circular Economy”. Pada hari kedua Webinar tersebut mengambil tajuk “The Evolution of Supply Chain for Environmental Sustainability” pada Selasa (9/8).

Tujuan diadakan Webinar series tersebut sebagai sarana untuk mengenal lebih dalam mengenai Supply Chain Management (SCM) dan keterkaitannya pada ekonomi sirkular. Dalam Webinar series mengundang narasumber, yakni Prof. Dr. Dzuraidah Abd. Wahab selaku Kepala Pusat Penelitian Otomotif Fakultas Teknik dan Lingkungan Buatan Universitas Kebangsaan Malaysia.

Dr. Eng. Melinda Fitriani Nur Maghfiroh, S.T., MBA. selaku Dosen FTI UII dalam sambutannya menyampaikan, “Webinar pada hari kedua yang berfokus pada evolusi perubahan pasokan untuk kelestarian lingkungan. Seperti yang kita ketahui bahwa ekonomi sirkular merupakan alternatif sistem di mana bahan mentah disimpan lebih lama dan dapat digunakan beberapa kali sehingga meminimalkan input sumber daya dan menghasilkan timbunan limbah yang lebih sedikit”.

Dalam sebuah studi kasus teknik industri, Supply Chain Management (SCM) merupakan aktivitas yang meliputi pembelian, manufaktur, logistik, distribusi, pemasaran, yang menjalani fungsi memberikan nilai kepada pelanggan akhir.

Prof. Dr. Dzuraidah Abd. Wahab mengisi acara Webinar dengan  menjelaskan evaluasi Rantai Pasokan untuk kelestarian lingkungan. Menurutnya, fungsi SCM pada perusahaan industri untuk mengurangi siklus produk, mengurangi biaya pengembangan dan meningkatkan kualitas produk. Namun, jika tidak melihat elemen lingkungan dan sosial akan menyebabkan kerusakan lingkungan seperti pembuangan limbah beracun ke sungai yang berdampak buruk pada ekosistem  lingkungan.

Ia menambahkan, SCM juga berpengaruh pada lingkungan berdasarkan dengan energi yang digunakan dalam proses pembuatan bahan baku sehingga aman untuk ekosistem lingkungan. “Penggunaan energi terbarukan tidak efektif karena dari energi tersebut menghasilkan limbah jauh lebih banyak dan berbahaya, tidak hanya itu, penggunaan energi terbarukan juga sangat terbatas. Oleh karena itu, banyak negara mulai menggunakan sumber daya diperbaharui dan terbarukan contohnya energi surya merupakan pilihan bagus untuk negara-negara di Asia Tenggara”, jelasnya.

Lebih lanjut, Prof. Dr. Dzuraidah Abd. Wahab mengatakan bahwa SCM mulai berevolusi menciptakan sistem ekonomi sirkular yang baik bagi industri tetapi tetap memperhatikan lingkungan sekitar. Dimulai dari Supply Chain Tradisional, yang mana hanya berkonsentrasi pada biaya dan pengendalian produk akhir tanpa pertimbangkan efek ekologisnya. Kemudian berevolusi kembali menjadi Green Supply Chain yang mana terintegrasi dan dioptimalkan secara ekologis berfokus pada keramahan lingkungan, bahan baku dan produk. Dan berevolusi kembali menjadi Sustainable Supply Chain dengan mempertimbangkan 3 pilar keberlanjutan, yaitu lingkungan, ekonomi, sosial. 

“Tahapan implementasi Sustainable Supply Chain, salah satunya yaitu mendesain ulang produk dengan mempertimbangkan mengurangi konsumsi energi dan limbah sepanjang siklus produk dan menghilangkan komponen atau bahan untuk mempercepat rantai pasok, serta mengkonfigurasi ulang manufaktur dengan membatasi penggunaan bahan pencemar dan bahan beracun”, jelasnya.

Namun demikian, sistem ini menuntut pemasok harus beradaptasi dengan perubahan dan biaya implementasi yang mahal. Hal tersebut dapat diatasi jika kita akan menerapkan Supply Chain berkelanjutan di industri dengan dukungan pemerintah atau kementerian terkait perusahaan tersebut. (PN/ESP)