,

Optimalisasi Potensi Kentang Wonosobo Upaya Pemberdayaan Masyarakat dan Penuntasan Kemiskinan

Sudah tidak diragukan lagi bahwa Indonesia memiliki keindahan alam yang luar biasa. Ditambah dengan bonus demografi Indonesia yang  memberikan potensi sumber daya alam yang maksimal dan memberikan manfaat yang besar dengan adanya ribuan tempat pariswisata yang ada di Indonesia.

Kabupaten Wonosobo sebagai salah satu daerah pariwisata favorit di Jawa Tengah terutama dalam sektor wisata alam, seperti Wisata Dataran Tinggi  Dieng, Gunung Prau, Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing. Dalam sektor pertanian, seperti potensi kentang lokal, Dieng sebenarnya merupakan penghasil kentang terbesar di Indonesia, tapi potensi ini terkubur dikarenakan lemahnya strategi pemasaran dan minimnya inovasi pengolahan kentang itu sendiri.

Dari permasalahan tersebut, muncul ide sociopreneurship dari mahasiswa Universitas Islam Indonesia, Galis Asmara mahasiswa program studi Teknik Lingkungan dan Aliza Kamalatuzzahroh mahasiswa program studi Hukum Islam dalam ajang Veteran Research And Development (Verde) Nasional Essay Competition di Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta, Sabtu (6/5).

Ide Social Preneur oleh Galis dan Aliza yang mendapatkan juara 2 dalam kompetisi tingkat nasional ini bermaksud untuk meningkatkan potensi pertanian kentang di Wonosobo menjadi kegiatan kewirausahaaan yang tidak hanya bertujuan untuk mendapatkan keuntungan bagi pelaku usaha, namun juga mengedepankan aspek sosial untuk membantu pemenuhan kebutuhan ekonomi masyarakat di Wonosobo dengan menggagas adanya Kentang Mart, yaitu swalayan yang berisi aneka hasil olahan kentang Wonosobo. Konsep Kentang Mart ini bertujuan untuk menjual inovasi produk olahan kentang baik itu makanan, minuman, hingga produk kecantikan, serta sekaligus memberikan tour bagi wisatawan mengenai segala hal tentang kentang Wonosobo dan pengolahannya.

Dalam wawancaranya bersama tim humas beberapa waktu lalu Galis menyampaikan bahwa Wonosobo menyandang gelar sebagai kabupaten termiskin di Jawa Tengah. Persentasenya berada dibawah rata-rata persentase kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah yaitu 14,14%. Selain  karena sektor pertanian yang belum berjalan optimal, hal ini juga disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan dan kurang masifnya penyebaran informasi sehingga produktivitas pertanian masih rendah.

“Dengan adanya Kentang ini, kami berharap dapat meningkatkan perekonomian masyarakat Wonosobo dengan mengoptimalkan potensi sumber daya alam dan manusianya, sehingga juga dapat menciptakan peluang usaha untuk masyarakat setempat” ujar Galis.

Dengan konsep sociopreneurship ini, Galis berharap ide ini dapat terwujud sebagai bentuk kerjasama yang baik antara masyarakat, pihak swasta dan pemerintah. Semoga terus dilakukan upaya untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang potensi pertanian di wilayah masing-masing. “Ide ini dapat direalisasikan bukan hanya di Wonosobo tetapi juga di daerah lain di Indonesia yang memiliki kesadaran akan potensi wisata dalam sektor pertanian, kemudian mengolahnya dan menciptakan sumber daya manusia yang lebih baik,” tutupnya. (BAF)