Selamat atas jabatan profesor untuk Prof Sri Kusumadewi. Bu Cicie, panggilan keseharian beliau, adalah profesor ke-56 yang lahir dari rahim Universitas Islam Indonesia (UII) dan satu dari 50 profesor aktif di UII.

Alhamdulillah, saat ini proporsi dosen yang menjadi profesor adalah 6% (50 dari 833 dosen). Tampaknya sekarang, secara kelembagaan, adalah waktunya UII memanen buat investasi benih yang disemai pada dua sampai tiga dekade yang lalu.

Kini, UII masih mempunyai 295 doktor. Sebanyak 123 di antaranya sudah menduduki jabatan akademik Lektor Kepala. Mereka semua adalah para calon profesor. Semoga banyak di antaranya yang menduduki jabatan profesor dalam waktu yang tidak terlalu lama.

 

Salah kaprah data

Izinkan saya di kesempatan yang membahagiakan ini mengajak hadirin untuk melakukan refleksi soal data dalam pengambilan keputusan. Topik ini relevan dengan bidang keilmuan Bu Cicie.

Saat ini, data dipercaya mempunyai banyak manfaat. Bahkan ada yang mengatakan, data adalah minyak bumi baru (data is the new oil), karena nilai yang dikandungnya yang dipersamakan dengan peran minyak bumi pada masa revolusi industri. Frasa ini dinyatakan pertama kali pada 2006 oleh matematikawan berkebangsaan Inggris bernama Clive Humby.

 Tetapi, data tidak serta merta memberikan manfaat. Data perlu didapatkan dari sumber yang tepat (data provenance), disiapkan dengan baik (data preparation), dilindungi (data protection), dan disadari aspek privasinya (data privacy). Pemahaman seperti ini diperlukan supaya tidak terjadi “kebakaran data” yaitu beragam masalah yang muncul terkait dengan data (Talagala, 2022).

Selain itu, ada banyak salah kaprah soal dalam memosisikan data terkait pengambilan keputusan yang perlu kita pahami. Kita perlu menambah literasi data kita. Sebagai warga kampus, apalagi akademisi, pemahaman seperti ini penting, supaya kita tidak latah dan dapat terlibat dalam proses edukasi publik.

Mari, kita ambil beberapa contoh salah kaprah ini.

Pertama, sebagian dari kita percaya, jika data tersedia, maka pengambilan keputusan beres: data dianggap dapat berbicara sendiri. Mereka menganggap bahwa data secara otomatis akan menghasilkan kesimpulan yang benar, cukup dengan “melihat angkanya”.

Faktanya, supaya bermakna, data butuh konteks, interpretasi, dan kadang penjelasan kualitatif. Tanpa analisis yang tepat, data bisa menyesatkan atau diartikan keliru.

Keputusan terkait manusia, misalnya, tidak bisa hanya dengan melihat data angka, apalagi sekilas. Ada beragam cerita di belakang data yang sering kali harus masuk ke dalam radar pengambil keputusan.

Kedua, sebagian dari kita juga yakin bahwa semakin banyak data, semakin baik keputusan. Karenanya, diyakini keputusan terbaik adalah yang sepenuhnya berbasis data, dan mengabaikan faktor intuisi, pengalaman, nilai-nilai, atau etika.

Faktanya, data berlebih (information overload) justru bisa membuat proses analisis lambat atau membingungkan, apalagi kalau tidak relevan dengan masalah. Di sisi lain, kehadiran data memang membantu, tapi banyak keputusan juga butuh pertimbangan strategis dan nilai-nilai organisasi.

Belum lagi, dalam beberapa kasus, data tidak tersedia secara memadai, tetapi keputusan harus tetap diambil. Saya masih ingat hari-hari awal aktivitas bakda gempa bumi di Yogyakarta pada 2006, ketika beragam inisiatif dengan asumsi dan pengalaman, karena data yang sangat terbatas.

Ketiga, banyak dari kita yakin bahwa data selalu objektif dan bebas dari bias. Dan, kalau datanya berasal dari sumber resmi, dipastikan benar karena menganggap otoritas data menjamin kebenaran mutlak. Saya teringat seorang kawan yang sedang mengambil program doktor di Australia. Pembimbingnya menyatakan tidak setuju jika riset yang akan dilakukannya menggunakan data sekunder yang telah dikumpulkan oleh sebuah lembaga, karena dia tidak percaya dengan integritas data.

Faktanya, bias, atau kesalahan sistematis, dapat muncul di tahap pengumpulan, pemilihan variabel, metode penyampelan, maupun saat analisis. Data mentah selalu lahir dari asumsi tertentu. Selain itu, sumber resmi pun bisa punya keterbatasan metodologi, keterlambatan pembaruan, atau kesalahan input.

Terkait dengan isu ini, pada 1954, lebih dari 70 tahun lalu, Darrell Huff menulis buku berjudul How to lie with statistics yang memberikan gambaran bagaimana beragam manipulasi statistikal bisa dilakukan, mulai dari pengambilan data sampaikan dengan presentasinya.

Masih banyak buku lain yang menyoal isu serupa, seperti yang ditulis oleh Joel Best (2004) yang berjudul More damned lies and statistics: How numbers confuse public issues yang diterbitkan oleh Universitas California.

Kasus yang mencuat beberapa hari terakhir di negara kita, dapat juga menjadi ilustrasi. Center of Economic and Law Studies (Celios) meminta Badan Statistik PBB (United Nations Statistics Division (UNSD) dan United Nations Statistical Commission untuk melalukan investigasi terhadap Badan Pusat Statistik (BPS). Apa pasal? Celios membandingkan data pertumbuhan ekonomi yang dilaporkan BPS dengan kondisi riil di lapangan.

Jika dugaan Celios benar, maka di sini ada nilai-nilai intergritas yang dilanggar oleh penyelenggara negara.

Contoh lain. Pemeringkatan perguruan tinggi di Indonesia, juga tidak kalis dari potensi praktik manipulasi data. Misalnya, ada kampus yang “mengurangi” cacah mahasiswa sampai lebih dari 50%, dan ada juga yang “menambah” cacah dosennya menjadi lebih dari 150%, dari yang dilaporkan ke pangkalan data pendidikan tinggi. Soal publikasi yang ditengarai berisiko melanggar integritas akademik sudah dibuka oleh The Research Integrity Risk Index (RI²). Patut diduga, praktik ini sengaja dipilih untuk meningkatkan nilai dalam pemeringkatan.

Tentu masih banyak salah kaprah lain, termasuk di dalamnya: visualisasi data yang tidak selalu membantu, ketika didesain dengan serampangan atau dibarengi dengan niat untuk mengelabuhi atau menyesatkan. Visualisasi ini seperti ini dapat membimbing ke arah interpretasi atau bahkan kesimpulan yang salah.

 

Peran data

Dalam mengambil keputusan, data dapat memainkan peran yang berbeda-beda—tergantung bagaimana kita menempatkannya. Paling tidak, terdapat tiga pendekatan utama yang sering digunakan: data-driven, data-informed, dan data-inspired.

Yang pertama, data-driven. Di sini, semua keputusan digerakkan sepenuhnya oleh angka dan statistik. Bayangkan seperti autopilot di pesawat—sistem membaca semua parameter, lalu menentukan arah tanpa campur tangan emosi.

Lalu, ada data-informed. Pendekatan ini seperti mengemudi mobil dengan bantuan GPS. Kita tahu arah dan kondisi jalan dari data, tapi tetap punya ruang untuk menyesuaikan jika ada hal-hal tak terduga.

Yang terakhir, data-inspired. Ini seperti melihat peta cuaca sebelum memutuskan aktivitas luar ruang, termasuk main layang-layang. Data memberi ide awal, tapi kita bebas mengeksplorasi pilihan. Data menjadi sumber wawasan, bukan penentu hasil akhir.

Karenanya, jangan sampai kita suka berhalusinasi, bahwa dunia akan semakin indah, jika semua pengambilan keputusan ditentukan sepenuhnya oleh data dan algoritma tanpa campur tangan kita. Bisa jadi, dunia justru menjadi mengerikan, karena manusia direnggut kemerdekaannya, dan diperlakukan tak beda dengan onderdil mesin, yang mengikuti algoritma desainernya.

Data tak selalu bicara dalam nada yang sama. Kadang jadi pengemudi, kadang penunjuk jalan, kadang hanya pemantik imajinasi. Di sini, peran manusia yang kapabel dan berintegritas sangat menentukan.

 

Referensi

Best, J. (2004). More damned lies and statistics: How numbers confuse public issues. University of California Press.

Huff, D. (2023). How to lie with statistics. Penguin UK.

Talagala, N. (2022). Data as the new oil is not enough: four principles for avoiding data fires. Forbes. Tersedia daring: https://www.forbes.com/sites/nishatalagala/2022/03/02/data-as-the-new-oil-is-not-enough-four-principles-for-avoiding-data-fires/

 

Sambutan pada acara serah terima Surat Keputusan Jabatan Akademik Profesor Dr. Sri Kusumadewi di Universitas Islam Indonesia pada 12 Agustus 2025

Fathul Wahid

Rektor Universitas Islam Indonesia 2022-2026

Program Penguatan Komunitas Organisasi Kemahasiswaan (PPK Ormawa) Jafana Universitas Islam Indonesia (UII) mengadakan kegiatan sosialisasi program pemberdayaan komunitas petani cabai dilaksanakan pada Sabtu (09/08)  di Aula Balai Desa Pakembinangun. Kegiatan ini merupakan langkah awal kolaborasi antara akademisi, pemerintah kalurahan, dan petani lokal yang dirancang untuk memperkenalkan program, mengidentifikasi permasalahan petani, dan membangun jaringan kemitraan strategis.

Sosialisasi ini dilatar belakangi oleh kondisi petani cabai di Dusun Sambi yang menghadapi berbagai kendala dalam pengembangan usaha tani, terutama terkait keterbatasan modal, minimnya pendampingan teknis, dan belum ada koordinasi yang baik pada komunitas petani cabai. Kegiatan dihadiri oleh 10 petani cabai Sanggar Tani Sri Binangun, Pemerintah Kalurahan, BUMKal Pakembinangun, Tim SJC Humas UII, Ormawa Jafana LDF, dan Tim Pelaksana PPKO.

Metode yang digunakan meliputi presentasi program untuk mengenalkan visi dan misi PPK Ormawa, diskusi kelompok terfokus (FGD) untuk menggali permasalahan dan kebutuhan petani, tanya jawab interaktif sebagai dialog langsung antara petani dengan tim pelaksana, serta koordinasi multi-stakeholder untuk membangun sinergi antar pemangku kepentingan. Melalui kegiatan ini, berhasil diidentifikasi permasalahan utama petani, disepakati pembentukan komunitas petani cabai, diperoleh masukan teknis berupa rekomendasi SOP budidaya dari BUMKal, dirancang struktur organisasi komunitas, dipetakan strategi pemecahan masalah kolaboratif, dan disusun rencana tindak lanjut berupa modul, workshop, dan pelatihan lanjutan. (SAA/AHR/RS)

Universitas Islam Indonesia (UII) melalui Direktorat Pengembangan Karier dan Alumni (DPKA) kembali menggelar Integrated Career Days (ICD) dan Job Fair 2025. Kegiatan ini berlangsung selama dua hari, Jumat–Sabtu (8–9/8/2025), di Auditorium Prof. Abdul Kahar Muzakir, Kampus Terpadu UII, dengan menghadirkan 22 booth perusahaan dan sederet pembicara inspiratif dari berbagai bidang.

Direktur DPKA UII, Allan Fatchan Gani Wardhana, S.H., M.H., dalam sambutannya menegaskan bahwa ICD dan Job Fair menjadi agenda tahunan UII yang berperan penting dalam mempersiapkan lulusan menghadapi dunia kerja dan wirausaha.

“Acara ini diselenggarakan rutin setiap tahun yang tujuannya adalah untuk mempersiapkan karir, terutama membekali dan memberikan tips bagaimana mempersiapkan dunia usaha dan dunia industri,” ujar Allan.

Sambutan berikutnya datang dari Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Keagamaan, dan Alumni UII, Dr. Drs. Rohidin, S.H., M.Ag. Dalam pesannya, ia berharap kegiatan ini menjadi jembatan nyata antara dunia pendidikan dan dunia kerja.

“Semoga acara ini tidak hanya menjadi acara biasa, tetapi mewujudkan sinergi antara dunia pendidikan dan dunia kerja, demi kemajuan bangsa dan negara,” ungkap Rohidin.

Setelah sambutan, prosesi seremonial pembukaan dilakukan dengan pemencetan bel oleh Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Keagamaan, dan Alumni UII sebagai tanda dimulainya rangkaian acara. Suasana kemudian mencair dengan penampilan musik keroncong, menambah nuansa hangat di tengah kemeriahan pembukaan.

ICD dan Job Fair 2025 menyediakan 22 booth perusahaan yang dapat diakses secara langsung oleh mahasiswa maupun alumni. Perusahaan-perusahaan tersebut berasal dari berbagai sektor industri, mulai dari keuangan, teknologi, manufaktur, hingga industri kreatif. Pengunjung dapat langsung mengajukan lamaran, melakukan konsultasi karier, maupun menjalin jaringan dengan perwakilan perusahaan.

Tak hanya berorientasi pada rekrutmen, acara ini juga dirancang untuk memperluas wawasan peserta tentang dinamika dunia kerja dan peluang usaha. Oleh karena itu, panitia menghadirkan sesi materi dengan pembicara dari latar belakang beragam.

Hari pertama dan kedua ICD dan Job Fair diisi oleh tokoh-tokoh berpengaruh di bidangnya. Beberapa di antaranya adalah:

  • Vina Muliana, pakar komunikasi dan pengembangan diri, yang membagikan tips membangun personal branding dan mengasah keterampilan komunikasi.
  • Andovi da Lopez, kreator konten sekaligus pegiat pendidikan, yang mengangkat pentingnya kreativitas dan keberanian berinovasi di era digital.
  • Ari Kuncoro, Kepala Subdivisi Komunikasi Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), yang menjelaskan peluang beasiswa serta strategi sukses melanjutkan studi.
  • Yolanda Agatha, pengusaha kuliner pemilik Salad Nyoo dan Joocy Juice, berbagi pengalaman membangun bisnis dari nol.
  • Diana Fatimah, pemilik brand skincare lokal Oh My Skin! sekaligus alumni UII, yang menceritakan perjalanan bisnisnya di industri kecantikan.
  • Fadiah Mukhsen, alumni UII penerima beasiswa fully funded ke Sakarya University, Turki, yang menginspirasi dengan kisah perjuangannya meraih peluang internasional.

Kehadiran para pembicara ini diharapkan memberi sudut pandang komprehensif, mulai dari karier profesional, kewirausahaan, hingga peluang pendidikan global.

Selama dua hari, peserta dapat berpindah dari satu booth ke booth lain, mengikuti seminar, dan melakukan sesi networking. Banyak mahasiswa memanfaatkan kesempatan ini untuk menggali informasi rekrutmendan mendapatkan masukan langsung dari praktisi industri.

ICD dan Job Fair 2025 tidak hanya memfasilitasi pertemuan antara pencari kerja dan pemberi kerja, tetapi juga membangun kesadaran bahwa kesiapan mental, keterampilan interpersonal, dan jejaring profesional merupakan faktor penting untuk sukses di dunia kerja.

Kegiatan ini sekaligus menegaskan komitmen UII untuk terus mendukung pengembangan karier mahasiswa dan alumni. Melalui DPKA, universitas menyediakan wadah yang menghubungkan lulusan dengan dunia industri, sekaligus memotivasi mereka untuk menjadi insan mandiri, berdaya saing, dan berkontribusi pada kemajuan bangsa.

Dengan antusiasme tinggi dari peserta, dukungan penuh dari universitas, serta keterlibatan berbagai pihak, ICD dan Job Fair 2025 diharapkan menjadi langkah nyata UII dalam membekali generasi muda menghadapi tantangan karier dan bisnis di masa depan.(MFPS/AHR/RS)

Program Penguatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan (PPK ORMAWA) Lembaga Dakwah Fakultas Jamaah Fathan Mubina (LDF JAFANA) UII mengadakan kegiatan Sosialisasi Program Kerjasama tentang Pembentukan Komunitas Petani Cabai Pakembinangun pada Sabtu (09/08) di Aula Kalurahan Pakembinangun. Kegiatan sosialisasi ini diikuti oleh sejumlah pemangku kepentingan  dan para petani cabai berpengalaman yang terlibat dalam upaya penguatan dan pembentukan komunitas di sektor pertanian cabai di Kalurahan Pakembinangun, termasuk dari Tim PPK ORMAWA LDF JAFANA UII, PJ Pemerintah Kalurahan Pakembinangun, dan Direktur Bumdes (Badan Usaha Milik Kalurahan).

Acara sosialisasi dibuka secara simbolis dengan pemotongan pita oleh sejumlah pihak perwakilan yang hadir dari PPK ORMAWA LDF JAFANA UII dan Kalurahan Pakembinangun kemudian dilanjutkan dengan pemaparan dari Ihya Muhammad Salman (Mahasiswa Program Studi Hubungan Internasional Program Sarjana Angkatan 2022) sebagai Ketua Tim Pelaksana PPK ORMAWA LDF JAFANA UII mengenai berbagai rencana-rencana kegiatan dari program mereka.

Dalam pemaparannya, Ihya memilih Pakembinangun sebagai lokasi tim PPK ORMAWA LDF JAFANA UII untuk melakukan pendampingan budidaya cabai dan pembentukan komunitasnya karena Pakembinangun memiliki topografi yang subur sehingga dapat mendukung pertanian hortikultura.

“Topografi wilayah Pakembinangun yang terletak di lereng Gunung Merapi menjadi keunggulan tersendiri karena menghasilkan tanah yang subur untuk ditanam tanaman seperti cabai,” ungkap Ihya.

 Selain itu, Ihya menyampaikan bahwa Pakembinangun memiliki 86% penduduk dengan usia produktif yang mendukung potensi besar Pakembinangun dalam mengembangkan pertanian cabai sebagai komoditas utama. Ihya juga menyampaikan bahwa akan segera melaksanakan rencana program awal yaitu pembentukan komunitas petani cabai “SRI BINANGUN” yang bergerak dalam pemberdayaan petani, pemetaan kebutuhan, dan pelatihan dasar berkelanjutan.

Lebih lanjut, Joko Winarno selaku PJ Pemerintah Kalurahan Pakembinangun berterimakasih dan mengapresiasi langkah-langkah dari UII dalam menggerakkan mahasiswanya untuk turut serta dalam mengabdi di masyarakat salah satunya dengan pendampingan program pertanian.

“Kami mengucapkan terima kasih dan apresiasi kepada sivitas akademika UII untuk melakukan pendampingan pertanian, ini selaras dengan visi misi pemerintah kabupaten tentang bagaimana memaksimalkan pertanian, itu harus diperhatikan karena kita memiliki keunggulan geografis. Mau tidak mau kita harus mengikuti perkembangan zaman, siapa tahu anak-anak ini bisa menurunkan teknologi bagaimana bertani cabai semakin gampang,” ungkapnya.

Di akhir sesi, Supriyanto, sebagai Direktur Bumdes (Badan Usaha Milik Kalurahan) mewakili petani-petani cabai yang hadir dalam sosialisasi tersebut menambahkan bahwa langkah pertama yang harus dilakukan adalah melihat dan melakukan survei terlebih dahulu kondisi pertanian cabai di Pakembinangun. Ia juga mengaku petani-petani cabai yang diundang dalam kegiatan sosialisasi ini adalah hasil rekrutmen mereka yang menunjukkan bahwa para petani tersebut memiliki kapabilitas dan kapasitas dalam menyukseskan program sehingga ia berharap program pendampingan ini efektif dan tepat sasaran.

“Sebagai seorang petani kami merasa masalah yang sering dihadapi adalah kurangnya pendampingan. Selain workshop, sebelum itu kita akan melakukan kunjungan agar melihat dimana tempat budidaya cabai dan bagaimana kondisinya,” jelasnya.

Ia juga mengharapkan bahwa program-program yang sudah dibuat dan dijalankan tidak berakhir setelah timeline program pengabdian Tim PPK ORMAWA LDF JAFANA selesai. Ia menyampaikan bahwa pendampingan dari mahasiswa akan selalu dibutuhkan oleh masyarakat karena mahasiswa memiliki intelektualitas yang lebih tinggi sehingga diharapkan program pengembangan lebih cepat dan efektif.

“Membuat program itu gampang, karena ini dari pihak UII kami berharap sebisa mungkin tidak melepaskan. Munculnya lembaga ini, sanggatani SRI BINANGUN akan bermanfaat bagi khalayak luas. Jangan sampai hanya sekali periode program ini berjalan, harapannya berkelanjutan karena program yang dibawakan berpotensi menguatkan SDM dan ekonomi,” harapnya. (AAO/AHR/RS)

Program Studi Hukum Program Internasional (PSHPI), Fakultas Hukum (FH) Universitas Islam Indonesia (UII) bekerja sama dengan Cilacs Universitas Islam Indonesia menggelar kegiatan Global Leadership Program (GL Pro) 2025 sebagai upaya membekali mahasiswa dengan keterampilan kepemimpinan (leadership), berpikir kritis (critical thinking), dan kemampuan komunikasi (communication skill).

Kegiatan ini diikuti oleh 47 mahasiswa PSHPI FH UII angkatan 2022, 2023, dan 2024, yang saat ini tengah menjalani program English for Academic Presentations (EAP) bersama Cilacs UII.

Kegiatan ini berlangsung selama dua hari Jumat–Sabtu (08-09/08) dengan konsep perpaduan antara pembelajaran di dalam ruangan (indoor learning) dan di luar ruangan (outdoor learning). Pada hari pertama, sesi indoor learning dan kegiatan bonfire digelar di Hotel Griya Persada, Kaliurang, Sleman. Sementara itu, pada hari kedua, kegiatan berlanjut di Ledok Sambi dengan rangkaian outbound yang interaktif. Seluruh peserta tampak antusias mengikuti setiap agenda yang telah dipersiapkan.

Acara resmi dibuka pada Jumat (8/8) pukul 14.00 WIB oleh Sekretaris Program Studi Hukum Program Internasional, Dr. Aroma Elmina Martha, S.H., M.H. Dalam sambutannya, beliau mendorong para peserta untuk mengikuti program ini dengan dengan penuh kesungguhan, karena pengalaman ini akan menjadi bekal soft skills yang sangat berharga bagi masa depan mereka.

Sesi kedua menghadirkan Dr.rer.nat. Dian Sari Utami, S.Psi., M.A. dengan materi berjudul “Strong Minds, Strong Leaders: Navigating Pressure in a Globalized World.” Dalam paparannya, ia mengajak peserta memahami pentingnya ketangguhan mental serta kepemimpinan yang adaptif dalam menghadapi tantangan global.

Kegiatan ini juga mendapat perhatian langsung dari Dodik Setiawan Nur Heriyanto, S.H., M.H., LL.M., Ph.D., Ketua Program Studi Hukum Program Sarjana FH UII, yang turut hadir meninjau jalannya acara. Menurut Dodik, acara Global Leadership Program, merupakan program unggulan bagi mahasiswa Program Internasional FH UII. Diharapkan dengan program ini mahasiswa semakin percaya diri untuk menjadi pemimpin dunia di masa yang akan datang. (ANK/AHR/RS)

Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menjadi tuan rumah program internasional Passage to ASEAN: UII Sustainable ASEAN Global Exchange (P2A UIISAGE) dengan tema tahun ini “Sustainable Ecotourism for a Better Future (SEFuture)”. Program yang diselenggarakan pada 4–10 Agustus 2025 ini bertujuan untuk mendorong kesadaran lintas budaya dan kolaborasi internasional dalam membangun praktik pariwisata berkelanjutan yang mendukung pelestarian lingkungan dan pemberdayaan masyarakat lokal.

Dalam rilis yang disampaikan oleh Kepala Divisi Mobilitas Internasional, Direktorat Kemitraan/ Kantor Urusan Internasional (DK/KUI) UII, Nihlah Ilhami, program ini diikuti oleh 20 mahasiswa internasional dari berbagai perguruan tinggi mitra UII, antara lain Universiti Malaya (Malaysia), Universiti Utara Malaysia (Malaysia), Chiang Mai Rajabhat University (Thailand), Van Lang University (Vietnam), Hoa Sen University (Vietnam), University of Economics and Law – VNU HCMC (Vietnam), Université Paris Est Créteil (Prancis), dan Davao Del Sur State College (Filipina).

“Para peserta berasal dari beragam latar belakang kebangsaan, termasuk Malaysia, Vietnam, Myanmar, Thailand, Filipina, Aljazair, Nigeria, Afghanistan, Pakistan, Kolombia, dan Kamboja, mencerminkan semangat inklusivitas dan jejaring global dalam pengembangan SDM muda di bidang pariwisata berkelanjutan,” jelasnya.

Dijelaskan oleh Dian Sari Utami selaku Direktur DK/KUI, Program SEFuture merupakan inisiatif non-akademik yang sepenuhnya bersifat budaya, dirancang untuk mendorong interaksi yang bermakna antar peserta internasional melalui serangkaian kegiatan budaya yang menarik dan interaktif. Selama kegiatan kunjungan, peserta akan mengunjungi Kraton Yogyakarta, Museum Sono Budoyo, Desa Wisata Nglanggeran, Pantai Parangkusumo, dan produksi Bakpia.

Lebih lanjut disampaikan Dian Sari Utami, kegiatan ini mendukung pencapaian beberapa Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya SDG 11: Kota dan komunitas yang berkelanjutan, SDG 15: Kehidupan di darat, dan SDG 17: Kemitraan untuk mencapai tujuan.

Melalui program ini, UII berkomitmen untuk membentuk pemimpin muda yang sadar lingkungan dan tangguh dalam kolaborasi internasional. UII percaya bahwa pariwisata berkelanjutan bukan hanya tentang pelestarian alam, tetapi juga soal membangun hubungan lintas budaya yang saling menghargai. SEFuture 2025 menjadi bukti nyata peran aktif UII dalam membentuk masa depan Asia Tenggara yang lebih hijau dan berkelanjutan.

 

Program P2A UIISAGE Resmi Dibuka

Program internasional P2A UIISAGE secara resmi dibuka pada Selasa pagi (5/8), di Ruang Teatrikal Lantai 1, Gedung Prof. Dr. Sardjito, Kampus Terpadu UII. Acara diawali dengan penampilan dari Unit Kegitan Mahasiswa ‘Tari Xaviera Unisi’ dengan membawakan tarian tradisional khas Indonesia sebagai bentuk sambutan budaya kepada para peserta program internasional ini.

Dalam sambutannya, Wakil Rektor Bidang Kemitraan dan Kewirausahaan, Wiryono Raharjo, menekankan pentingnya keberlanjutan dalam kolaborasi antarbangsa, “We want this exchange to be sustainable, we meet new friends and who know it can connect you to opportunities. So this is not only about learning culture but also about spotting opportunities for the futures,” ujarnya di hadapan para peserta.

“UII berharap dengan program ini, peserta dapat menggali lebih dalam bagaimana praktik ekowisata bisa diterapkan untuk menjaga lingkungan, memberdayakan masyarakat lokal, sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi,” tutur Wiryono Raharjo.

Pembukaan program P2A UIISAGE bertujuan memberikan informasi umum terkait budaya dan bahasa Indonesia serta wawasan mengenai tantangan dan peluang dalam menerapkan prinsip ekowisata di wilayah ASEAN.

Kegiatan hari pertama ditutup dengan campus tour serta permainan tradisional Indonesia yang dirancang untuk mempererat hubungan antar peserta lintas negara. Peserta program ini berasal dari berbagai universitas di kawasan ASEAN seperti Malaysia, Thailand, Filipina, dan Vietnam. Mereka datang dengan semangat tinggi untuk belajar dan menjalin jejaring antarbangsa.

 

Peserta Antusias Mengikuti Program

Kornitah, mahasiswa dari Chiang Mai Rajabhat University, Thailand, mengaku tertarik karena aspek bahasanya. “It’s about language. The project are in English, and I interest about English, so that’s why I enjoy this program. I hope I will make new friend and new language like Indonesian language,” ungkapnya dengan semangat.

Sementara itu, Vy dari Van Lang University, Vietnam, mengapresiasi kesempatan membangun jejaring internasional dan implikasi SDGs yang menajdi topik bahasan dalam program SEFuture ini. “I want to connect with the students from other ASEAN country, and I want learn more about SDGs. I want to learn about new perspective,” ujarnya. Vy juga menambahkan kesannya terhadap atmosfer kampus UII, “It feels so warm and welcoming, the campus is really beautiful and everyone is very friendly,” katanya.

Dengan berbagai kegiatan eksplorasi budaya, hingga tantangan inovasi keberlanjutan yang akan berlangsung dalam beberapa hari ke depan, program ini diharapkan mampu menanamkan kesadaran kritis dan keterampilan praktis kepada generasi muda ASEAN dalam mewujudkan masa depan yang berkelanjutan. Sebagai bagian dari komitmen global untuk pendidikan lintas budaya dan pembangunan berkelanjutan, Passage to ASEAN (P2A) tak hanya menjadi platform pembelajaran, tetapi juga wadah persahabatan dan kolaborasi lintas negara demi dunia yang lebih baik. (NI/MFPS/AHR/RS)

Lembaga Wakaf Uang (LWU) UNISIA Yayasan Badan Wakaf Universitas Islam Indonesia (YBW UII) menebarkan nilai-nilai kedermawanan dengan mengadakan Talkshow dan Gerakan UII Berwakaf Uang yang diadakan di Ruang Teatrikal Lantai 2, Gedung Kuliah Umum, Prof. Dr. Sarjito, Kampus Terpadu UII pada Selasa (05/08). Talkshow ini mengusung tema “Waqf Goes to Campus: Inovasi Wakaf Uang Perguruan Tinggi di Era Digital” dengan menghadirkan Dr. H. Tatang Astarudin, S.Ag., S.H., M.Si. (Wakil Ketua Badan Wakaf Indonesia) sebagai narasumber utama dan Drs. Achmad Tohirin, M.A., Ph.D selaku moderator. Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya memperkuat literasi wakaf serta berkolaborasi dengan perguruan tinggi dalam pengembangan wakaf uang produktif.

Rangkaian kegiatan diawali dengan sambutan oleh Drs. Aden Wijdan Syarif Zaidan, M.Si. selaku Ketua Bidang Pemberdayaan Masyarakat YBW UII. Ia berharap kedepannya UII lebih maksimal dalam memanfaatkan aset-aset wakafnya dan memberikan kebermanfaatan yang nyata. “Harapannya wakaf ini atau gerakan wakaf khususnya pengumpulan wakaf dan pemanfaatannya, pentasarufannya, itu bisa semakin membesar,” ungkapnya.

 Ia juga mengatakan bahwa kebijakan dana abadi dari peraturan negara dapat disebut sebagai wakaf. UII sebagai perguruan tinggi yang menjunjung nilai-nilai keislaman harus berupaya menjadi contoh terbaik dan pionir dalam pengembangan wakaf. YBW UII bersama dengan pihak-pihak lainnya akan terus berusaha dengan maksimal agar aset-aset wakaf UII tidak ada yang terbengkalai. “Oleh karena itu, kami berusaha untuk bagaimana aset wakaf yang ada di lingkungan UII untuk bisa dioptimalkan pemanfaatannya agar para waqif ini akan mendapatkan manfaatnya termasuk masyarakatnya,” ujarnya.

Selanjutnya dalam acara inti talkshow, Dr. H. Tatang Astarudin, S.Ag., S.H., M.Si menjelaskan seluruh ikhtiar, niat, dan aktivitas yang diniatkan untuk selamanya dan untuk kemanfaatan banyak orang dapat dikatakan sebagai wakaf secara fikih Islam. Ia juga meyakini bahwa wakaf adalah penopang dan pendukung pilar peradaban. Ia mencontohkan bagaimana konsep nilai-nilai sosial dalam wakaf mampu menopang suatu peradaban dalam kehidupan manusia di dunia ini. “Dahulu misalnya Rasulullah SAW membangun Masjid Quba. Adanya bangunan fisik itu menandakan adanya masyarakat yang sudah tidak nomaden. Alat bacanya adalah bangunan-bangunan ibadah itu hari ini dipahami sebagai wakaf. Maka, kita bisa mengatakan bahwa wakaf adalah alat baca peradaban,” jelasnya.

Lebih lanjut, Dr. H. Tatang Astarudin, S.Ag., S.H., M.Si juga mengatakan bahwa potensi wakaf di Indonesia itu sangat besar. Menurutnya, perguruan-perguruan tinggi di Indonesia memiliki potensi-potensi besar dalam pemberdayaan wakaf jika diakumulasikan. Prediksi potensi wakaf dari perguruan tinggi ini juga telah dibuktikan melalui riset dari Badan Wakaf Indonesia (BWI). “BWI pernah membuat perhitungan dengan hanya mengidentifikasi 17 klaster itu saja kami sudah mendapatkan angka 181 triliun Rupiah, salah satu klaster ini adalah PTKIN dan PTKIS. Perguruan tinggi keagamaan Islam yang berjumlah 895 buah, bahkan jika tidak berwakaf semua, BWI menghitung dalam satu gerakan sudah terkumpul 4 triliun Rupiah untuk dana wakaf,” katanya.

Dr. H. Tatang Astarudin, S.Ag., S.H., M.Si juga menegaskan bahwa wakaf tidak hanya sekadar urusan umat Islam. Wakaf adalah solusi Islam untuk kemanusiaan secara universal. Bahkan ia mengatakan bahwa dalam fikih Islam wakaf tetap boleh meski pemberi tidak beragama Islam. “Jadi, wakaf itu sudah sangat inklusif. Wakaf berbicara menjadi solusi kemanusiaan global.” Selain itu ia juga menyatakan bahwa di era digital wakaf semakin mudah dilakukan karena terdapat instrumen-instrumen yang fleksibel dan mudah diinvestasikan seperti Sukuk Wakaf Private Placement, Sukuk Wakaf Ritel, CWLD (Cash Waqf Linked Deposit), dan Deposito Wakaf dengan media bayar seperti transaksi pada umumnya selama itu halal.

Rangkaian kegiatan selanjutnya adalah penyerahan sertifikat wakaf uang dari Lembaga Wakaf Uang (LWU) UNISIA Yayasan Badan Wakaf Universitas Islam Indonesia (YBW UII) kepada fakultas-fakultas yang telah memberikan wakaf uang baik secara temporer maupun permanen di UII seperti Fakultas Hukum (FH) dan Fakultas Bisnis dan Ekonomika (FBE). Kemudian, acara dilanjutkan dengan kegiatan Gerakan UII Berwakaf Uang yang dipandu oleh Dr. Siti Achiria, SE., MM. (Ketua Lembaga Wakaf Uang UNISIA) dan Ahmad Sadzali, Lc, M.H. (Kepala Divisi Pendidikan dan Dakwah DPPAI UII). Pada sesi tersebut dilaksanakan peluncuran program Gerakan UII Berwakaf Uang secara simbolis. Program ini merupakan hasil kerja sama antara Lembaga Wakaf Uang (LWU) UNISIA dengan Direktorat Pendidikan dan Pembinaan Agama Islam (DPPAI) UII. Kedua pihak tersebut sekaligus juga akan menjadi partner dalam memberikan edukasi wakaf bagi seluruh mahasiswa dan sivitas akademika UII. (AAU/AHR/RS)

Mengakhiri bulan Muharram tahun ini, Takmir Masjid Ulil Albab Universitas Islam Indonesia (TMUA UII) adakan Kajian On The Road x Wonderful Muharrom mengusung tema yang epik yaitu Merayakan Luka. Dengan mengundang pendakwah muda inspiratif Ust. Handy Bonny, acara ini mengajak peserta kajian yang hadir untuk sama-sama menyembuhkan luka dan taqwa. Acara dilaksanakan secara hybrid dengan di Masjid Ulil Albab UII dan juga live streaming di YouTube Masjid Kampus UII pada Ahad (27/7).

Sebelum kajian dimulai, peserta dihimbau untuk menulis cerita pada kertas dan pulpen yang telah disediakan oleh panitia. Disitu peserta bisa bebas menulis dan mencurahkan apa yang menjadi kekhawatiran dan masalah yang sedang dialami untuk kemudian di akhir sesi kajian akan dibaca satu persatu oleh Handy. Memantik materi kajian, Handy memberi kata-kata hari ini, “Jangan terlalu mengapresiasi luka,” tegasnya.

Ia memberikan salah satu contoh dalil dari Q.S At-Taghabun ayat 11, bahwa segala sesuatu yang menimpa manusia adalah izin dari Allah dengan tujuan menguji keimanan hamba-Nya. Menurutnya, semua orang pasti punya masalah dan ujiannya masing-masing, yang membedakan adalah bagaimana cara kita merespon masalah tersebut, “ada dua tipe manusia, satu ketika dia ada masalah/ujian dia menyalahkan orang lain yang berkaitan dengan masalah tersebut, dan satunya lagi yang fokus pada solusi,” ungkap Handy.

Labih lanjut, Handy membacakan arti ayat selanjutnya, tawaran solusi dari Allah untuk hamba-Nya yang sedang mengalami musibah, “Barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberikan petunjuk kepada hatinya,” ucap Handy. Dari sini, peserta diajak untuk memaknai musibah yang menimpa kita itu sebuah petunjuk agar kita lebih mendekat kepada-Nya. Lagi pula, Allah tidak akan menguji hamba-Nya lebih dari kemampuannya, jelas Handy.

Acara berlanjut pada pembacaan cerita yang telah ditulis oleh peserta. Masing-masing cerita yang dibacakan beberapa dikomentari oleh Handy sebagai bentuk dukungan dan saran. Di akhir acara, Handy berpesan kepada peserta kajian yang hadir tentang ayat seribu dinar, “selalu jadi orang yang taat, benerin hubungannya sama Allah, jaga sholatnya, fokus aja sama tujuan yang sekarang,”. (NKA/AHR/RS)

Universitas Islam Indonesia (UII) merayakan puncak Milad ke-82 dengan menggelar kegiatan Jelajah Kampus. Acara ini berlangsung meriah dan penuh semangat pada Minggu (27/7) di Auditorium Prof. K.H. Abdul Kahar Muzakkir yang dihadiri oleh sivitas akademika UII, purna tugas, serta jajaran pimpinan universitas dan Yayasan Badan Wakaf (YBW) UII.

Kegiatan dimulai sejak pagi hari, tepat pukul 06.00 WIB, dengan senam bersama di boulevard depan auditorium UII. Ratusan peserta, mulai dari dosen, karyawan, hingga jajaran pimpinan, larut dalam suasana kebersamaan. Selepas senam, rangkaian acara utama dibuka dengan laporan Ketua Panitia Milad ke-82, Ir. Fitri Nugraheni, S.T., M.T., Ph.D., IPM. Dalam laporannya, Fitri menegaskan bahwa Milad kali ini menjadi momentum untuk memperkuat komitmen UII terhadap keberlanjutan lingkungan hidup.

“UII Mengerti Bumi, yang ini merefleksikan komitmen kita, Universitas Islam Indonesia, sebagai institusi pendidikan yang tidak hanya fokus pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga peduli terhadap keberlanjutan lingkungan hidup. Kegiatan hari ini yaitu Jelajah Kampus, adalah bagian dari refleksi tersebut,” ungkap Fitri.

Rektor UII, Fathul Wahid, dalam sambutannya, turut mengajak seluruh sivitas akademika untuk menjadikan Milad ke-82 sebagai momentum kesadaran bersama.

“Milad ke-82 ini mengambil tema Mengerti Bumi dan kita harapkan, tema ini akan memantik kesadaran bersama bahwa apa yang kita nikmati hari ini adalah yang harusnya kita wariskan kepada generasi seterusnya. Kita tidak mengeksploitasi bumi, kita tidak mengotorinya, kita tidak melewati batas kemampuan bumi saat ini, sehingga insyaallah anak cucu kita semuanya mendapatkan manfaat dari bumi yang sama-sama kita tinggali,” ujarnya.

Salah satu momen penting dalam acara ini adalah pembukaan secara simbolis yang ditandai dengan pelepasan burung oleh jajaran pimpinan universitas. Pelepasan ini menjadi representasi kepedulian UII terhadap kelestarian lingkungan dan komitmen menjaga ekosistem. Setelah itu, rektor secara resmi mengibarkan bendera start, menandai dimulainya Jelajah Kampus.

Rute jelajah kali ini membawa peserta mengelilingi area kampus dan kawasan masyarakat sekitar UII. Sambil menikmati udara pagi, peserta disuguhi pemandangan hijau yang semakin memperkuat pesan utama tema “UII Mengerti Bumi”, sekaligus menjadi jembatan silaturahmi antara UII dan warga sekitar.

Setelah para peserta kembali ke auditorium, acara dilanjutkan dengan pengumuman hasil kompetisi olahraga antarunit yang telah berlangsung selama rangkaian Milad ke-82. Penyerahan Piala Juara Umum Olahraga menjadi puncak yang ditunggu-tunggu, diiringi sorak sorai pendukung masing-masing unit. Tidak kalah seru, sesi pengundian doorprize menjadi momen penuh antusiasme. Hadiah-hadiah menarik yang disiapkan panitia menjadi apresiasi bagi seluruh peserta yang telah memeriahkan acara.

Suasana semakin meriah dengan penampilan band-band kebanggaan UII, seperti UNISI Music Community, Band Aslisip FTSP, dan tim Band KKA. Musik yang mengalun menghadirkan nuansa hangat dan kebersamaan, menjadi penutup rangkaian acara yang mengesankan. Tidak hanya sivitas akademika yang menikmati kemeriahan ini, masyarakat sekitar UII juga turut merasakan manfaatnya. Kehadiran pedagang yang berjualan di sekitar lokasi acara turut meramaikan suasana sekaligus memberikan dampak ekonomi positif.

Milad ke-82 ini bukan sekadar perayaan usia UII sebagai salah satu institusi pendidikan tertua di Indonesia, tetapi juga momentum refleksi akan tanggung jawab menjaga bumi. Melalui tema UII Mengerti Bumi, UII mengingatkan bahwa keberlanjutan lingkungan harus menjadi prioritas bersama, sejalan dengan misi pendidikan yang tidak hanya mencetak insan cendekia tetapi juga peduli pada alam. Dengan semangat kebersamaan dan kepedulian terhadap bumi, Jelajah Kampus Milad ke-82 UII berhasil menjadi perayaan yang membahagiakan sekaligus bermakna. Di usia ke-82 ini, UII terus melangkah maju dengan komitmen mewariskan bumi yang lebih baik bagi generasi mendatang. (MFPS/AHR/RS)

UII Talk

Direktorat Kemitraan/Kantor Urusan Internasional (DK/KUI) Universitas Islam Indonesia (UII) terus berupaya meningkatkan budaya diskusi intelektual dengan nuansa global dengan menghadirkan pembicara ahli dari mancanegara. Salah satunya dengan menyelenggarakan UII Talk Interactive Seminar bertemakan “Empowering Leadership and Entrepreneurship Mindset” pada (24/07) di Ruang IRC (Information Resource Centre) Lt. 1 Gedung Mohammad Natsir Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP). Seminar ini mendatangkan Prof. David Dawson yang merupakan Professor in Leadership dari Business, Computing & Social Sciences, University of Gloucestershire, UK.

Prof. David Dawson membawakan materi yang berfokus pada dua topik yang saling berkesinambungan yaitu praktik kepemimpinan yang positif dan jiwa entrepreneurship. Ia menjabarkan praktik kepemimpinan positif bertujuan untuk mendapatkan output yang positif bagi kepentingan bisnis dan lingkungan kerja. Ia menjelaskan bahwa pemimpin yang baik dapat diidentikasikan dengan sifat-sifat admirable, excellent, dan successful.

Prof. David Dawson menjelaskan bahwa terdapat dimensi-dimensi yang menjadi indikator keberhasilan leadership dan entrepreneurship seperti business focused (target oriented, standards focused, visionary, knowledgeable, hardworking – organized), leader/manager skills (having integrity, leadership – taking responsibility), dan staff focused (people centred, a developer).

Menurutnya pemimpin yang baik adalah pemimpin yang juga memahami orang-orang yang dipimpinnya. “Mereka (pemimpin-red) harus dapat dipercaya, bertanggungjawab, ketika muncul suatu permasalahan ia bertanggungjawab dan tidak menyalahkan yang lain, bahkan sebisa mungkin ia harus tetap mempertahankan dan menguatkan hati bawahan-bawahannya,” ungkapnya. Ia juga menggaris bawahi bahwa ternyata visionary bukanlah kata yang tepat untuk mendeskripsikan good leadership, “Kata visionary tidak tepat untuk seorang leader. Saya lebih menekankan vision setterkarena seorang pemimpin itu tidak melakukan semua hal akan tetapi membuat percakapan dan tantangan bagi stafnya,” jelasnya.

Selain itu ia juga menegaskan bahwa indikator-indikator leadership dan entrepreneurship dapat diperoleh secara maksimal dengan upaya organizational ambidexterity yaitu mampu mengoptimalkan kemampuan secara konsisten dan seimbang. Ia mengemukakan ambidexterity perlu dilakukan agar kita sebagai leader yang berjiwa entrepreneurship berwawasan luas dan peduli dengan sekitarnya. “Salah satu konsep dalam kepemimpinan adalah ambidexterity yaitu suatu konsep yang menegaskan bahwa pemimpin harus gemar mengeksplorasi hal-hal baru dengan efektif, contoh misal kamu memiliki produk, coba untuk pergi ke negara yang berbeda untuk melakukan perbandingan agar mengetahui kebutuhan apa yang dibutuhkan oleh orang sekitar,” ujarnya.

Sesi penyampaian materi dan diskusi dari Prof. David Dawson tidak bersifat monoton melainkan dilakukan secara interaktif. Ia juga mengajak para peserta untuk mensimulasikan analogi decision-making dan teamwork dengan cara membuat barisan secara berkelompok dan peserta yang berdiri di barisan paling belakang melempar gulungan kertas sejauh mungkin kedepan untuk ditangkap oleh peserta yang berdiri di barisan paling depan. “Disini saya menggambarkan ketika kelompok yang lemparan kertasnya paling cepat, lebih awal, dan tertangkap itu seperti orang yang inovatif dan mudah bekerjasama dalam tim,” pungkasnya. Seminar ini memberikan wawasan yang mendalam dan menginspirasi peserta untuk memiliki jiwa leadership dan entrepreneurship yang saling melengkapi.