SEOUL, KOREA SELATAN – Perguruan tinggi semakin dipandang sebagai aktor non-negara yang memiliki peran penting dalam memperkuat diplomasi publik. Peran ini mengemuka dalam pertemuan delegasi Universitas Islam Indonesia (UII) dengan Wakil Menteri Luar Negeri Republik Korea, Kim Jina, di Seoul, pada Senin (25/8).
Dalam doorstop usai pertemuan, Hangga Fathana, Sekretaris Eksekutif UII sekaligus dosen Program Studi Hubungan Internasional, menegaskan bahwa universitas tidak hanya berfungsi mencetak sarjana. “Universitas juga hadir sebagai bagian dari masyarakat sipil yang mendorong kemajuan peradaban melalui pendidikan, riset, dan pengabdian masyarakat. Peran ini sangat relevan dalam memperkuat diplomasi publik di era global,” ungkapnya.
Diplomasi Akademik sebagai Pilar Hubungan
Pertemuan dengan Kim Jina menyoroti bagaimana diplomasi akademik dapat menjadi pilar yang mendukung hubungan antarnegara. Menurut Hangga, universitas memiliki kapasitas untuk menjadi jembatan antarwarga negara melalui pertukaran mahasiswa, riset kolaboratif, dan inisiatif pengembangan komunitas.
“Diplomasi publik tidak hanya dilakukan oleh pemerintah. Universitas sebagai bagian dari masyarakat sipil bisa memberi kontribusi yang signifikan, memperluas jejaring antarwarga, dan menumbuhkan saling pengertian lintas bangsa,” tambahnya.
Mohamad Rezky Utama, dosen Hubungan Internasional UII yang turut dalam delegasi, menegaskan peran ini juga tercermin di kampus. “UII selama ini menjadi rumah bagi berbagai pojok diplomasi publik dari sejumlah negara, seperti Kafe Perancis dan Aussie Banget Corner. Kehadiran ruang-ruang ini menunjukkan bahwa universitas dapat berperan langsung dalam mempererat hubungan antarbangsa melalui jalur masyarakat sipil,” ujarnya.
Jalinan Kemitraan dengan Perguruan Tinggi Korea
Selain dengan Kementerian Luar Negeri, delegasi UII juga melakukan kunjungan ke sejumlah universitas mitra di Korea Selatan, pada 25-26 Agustus 2025.
Di Sungkonghoe University (SKHU), delegasi disambut oleh Lee Jong In, Vice President SKHU. SKHU telah menjalin kerja sama dengan UII lebih dari satu dekade, bahkan sempat membuka kampus satelit di lingkungan UII yang menjadi wadah bagi sejumlah kegiatan kolaborasi dengan Program Studi Hubungan Internasional.
Irawan Jati, Wakil Dekan Bidang Sumber Daya Fakultas Ilmu Sosial dan Budaya UII sekaligus dosen HI, menilai hubungan ini sangat berharga. “Relasi panjang dengan Sungkonghoe membuktikan bahwa kerja sama akademik lintas negara tidak hanya berhenti pada penandatanganan dokumen. Kerja sama ini telah berkembang menjadi pengalaman nyata, mulai dari kolaborasi riset hingga kegiatan akademik bersama,” ujarnya.
Pertemuan di SKHU juga turut melibatkan sejumlah profesor, antara lain Jae Har Yu dari Division of Global Studies dan Kyung Tae Park dari Department of Sociology.
Delegasi UII juga berkunjung ke Hanshin University, dalam pertemuan dengan Yi Ki-ho, profesor di Hanshin, yang membicarakan kemungkinan kerja sama di bidang penelitian dan pertukaran mahasiswa dengan fokus pada isu kemanusiaan dan keberlanjutan.
Selain itu, UII memperkuat jejaring dengan Korea University melalui pertemuan dengan Jae Hyeok Shin, Director of Korea University ASEAN Center (KUAC) sekaligus profesor di Department of Political Science & International Relations. Diskusi menekankan peluang riset bersama serta pengembangan program pertukaran mahasiswa.
Implementasi Kerja Sama Regional
Kunjungan ke Korea ini juga menjadi bagian dari implementasi kerja sama antara Program Studi Hubungan Internasional UII dengan Busan University of Foreign Studies (BUFS) dalam penyelenggaraan The 2025 International Conference on ASEAN Studies, di mana UII berperan sebagai co-host, pada 21-22 Agustus
Ketua Program Studi HI UII, Karina Utami Dewi, menegaskan bahwa keterlibatan ini penting untuk memperkuat posisi UII dalam jejaring akademik kawasan. “Keterlibatan UII sebagai co-host bersama BUFS menunjukkan kontribusi nyata universitas Indonesia dalam membangun wacana regional. Kehadiran dosen-dosen HI UII dalam forum ini membuktikan bahwa kolaborasi internasional tidak hanya simbolik, tetapi menghadirkan gagasan kritis yang relevan bagi pengembangan ilmu dan diplomasi publik,” paparnya.

UII dan BUFS berkolaborasi dalam The 2025 International Conference on ASEAN Studies.
Delegasi UII seluruhnya berasal dari Program Studi Hubungan Internasional: Hangga Fathana, Mohamad Rezky Utama, Irawan Jati, dan Karina Utami Dewi. Keempatnya mewakili universitas dalam agenda di Korea Selatan, dengan tujuan retensi jejaring internasional sekaligus menunjukkan kiprah akademisi HI UII di kancah global.
Melalui kunjungan ini, UII menegaskan komitmennya untuk memperkuat peran universitas sebagai agen diplomasi publik. Dengan menempatkan pendidikan, penelitian, pengabdian masyarakat, dan dakwah islamiah sebagai pilar utama, universitas hadir bukan hanya sebagai institusi akademik, tetapi juga sebagai aktor strategis yang mendorong terwujudnya hubungan antarbangsa yang lebih erat, inklusif, dan berkeadaban. (HF)
Mahasiswa Baru UII Sebagai Penegak Nilai dan Keadilan
Sebagai rangkaian dari pengenalan lingkungan kampus bagi mahasiswa baru, Lembaga Eksekutif Mahasiswa (LEM) Universitas Islam Indonesia (UII) menyelenggarakan Pesona Ta’aruf (PESTA) UII 2025 yang mengusung tema Kartagana Prajna Merengkuh Semesta yang ini diartikan sebagai semangat insan ulil albab yang inklusif dan progresif untuk kemaslahatan umat pada Rabu-Jumat (03-05/09) bertempat di Lapangan Utara Gedung Olahraga (GOR) Ki Bagoes Hadikoesoemo, Kampus Terpadu UII.
Kegiatan PESTA UII 2025 dibuka secara resmi oleh Rektor UII Fathul Wahid, bersama dengan Ketua Steering Committee PESTA UII 2025 Muhammad Iqbal Alifi, Ketua LEM UII Hidayat Fathirrizqi Azmi, dan Ketua Dewan Permusyawaratan Mahasiswa (DPM) UII, Cipta Aditya Pratama ditandai secara simbolis dengan penyiraman air pada tanaman sebagai simbol harapan untuk mahasiswa baru agar bisa bertumbuh dan berproses dengan baik dan maksimal di UII.
Rektor UII, Fathul Wahid dengan penuh bahagia menyambut mahasiswa baru yang saat ini sudah menjadi bagian dari keluarga besar UII. Lebih lanjut, Ia menjelaskan fungsi utama pendidikan sebagai upaya memberikan pemahaman yang akan mendukung proses pembelajaran mereka di UII. Ia menekankan fungsi pertama pendidikan adalah kualifikasi yang membekali mahasiswa dengan kecakapan dan kompetensi yang diperlukan agar bisa berkontribusi nyata di tengah masyarakat.
“Fungsi kedua adalah sosialisasi. Dalam proses pendidikan, adik-adik mahasiswa dikenalkan dengan banyak hal dan konteks dimana sekarang berada seperti konteks ekonomi, politik, sosial, budaya, dan lain sebagainya. Untuk apa? Supaya kita bisa menjadi warga sosial, bisa berinteraksi, mengasah empati, mempertajam kepekaan sosial, dan lain sebagainya,” ungkap Rektor UII ini.
Kemudian, diteruskan lagi oleh Fathul Wahid, fungsi ketiga pendidikan sebagai bentuk subjektifikasi dengan menjadikan manusia sebagai aktor otonom yang mampu mengambil keputusan dengan semua pilihan yang sudah dipilih.
“Dengan semua kompetensi yang kita butuhkan, pendidikan akan membuka pintu untuk sosialisasi, untuk mengetahui lebih baik terkait konteks kehidupan, dan akhirnya pendidikan akan membuat kita sebagai aktor yang independen,” tegas Fathul Wahid
Ketua Steering Committee Pesta UII 2025, Muhammad Iqbal Alifi mengatakan dalam sambutannya di hadapan mahasiswa baru untuk mengikuti seluruh rangkaian kegiatan PESTA UII 2025 yang sudah dirancang sebaik mungkin yang tidak hanya edukatif dan inspiratif, tetapi juga rekreatif sehingga memberikan pengalaman berkesan bagi mahasiswa baru.
“Kegiatan PESTA ini tidak hanya mengenalkan UII secara general, akan tetapi kita coba membedah kira-kira nilai apa yang dimiliki oleh UII. Mengenalkan UII baik secara kultur maupun secara kontur. Kegiatan lain juga ada focus group discussion (FGD), kesenian, bahkan ada kegiatan yang saya rasa jarang ada di kampus lain, yaitu kegiatan manajemen dan simulasi aksi. Semoga PESTA UII dapat menjadi batu loncatan dan bekal awal bagi kawan semua untuk berproses dan berdinamika di UII,” harap Iqbal.
Dilanjutkan, Ketua LEM UII, Hidayat Fathirrizqi Azmi dalam sambutan dan orasinya berpesan kepada mahasiswa untuk terus belajar, bergerak dan menempa diri untuk menjadi lebih baik selama di UII dalam menapaki masa depan. Ia juga menekankan pentingnya peran mahasiswa sebagai garda terdepan dalam mengawal kondisi Indonesia serta menegakkan kebenaran dan keadilan.
“Perlu teman-teman ketahui bahwa UII menjunjung nilai-nilai keislaman dan ke-Indonesian yang selalu berpedoman pada dakwah Islamiyah yang membawa kemaslahatan. Maka hari ini, teman-teman (mahasiswa -red) berkomitmen bahwa harus berani berjuang, bersuara membela kepentingan rakyat, ilmu pengetahuan, dan kampus perjuangan kita,” jelas Hidayat.
Senada, Ketua Dewan Permusyawaratan Mahasiswa (DPM) UII, Cipta Aditya Pratama juga berorasi dalam sambutannya bahwa PESTA UII harus menjadi momentum bagi mahasiswa baru untuk memahami peran dan fungsi mahasiswa di tengah masyarakat yaitu sebagai agent of change (agen perubahan), social control (kontrol sosial), iron stock (generasi penerus), guardian of value (penjaga nilai), dan moral force (kekuatan moral), bahkan menjadi guardian of truth (penjaga kebenaran).
“Kalau hari ini politik kita carut marut, mahasiswa harus jadi penata. Kalau hukum kita hari ini porak poranda, mahasiswa harus jadi penegak. Kalau kebenaran hari ini gelap dan kabur, mahasiswa harus menerangi paling depan. Maka saya ingin mengajak kawan-kawan semua untuk menjadikan kampus ini bukan hanya ruang belajar, tapi ruang perjuangan. Mari jadikan pesta UII ini bukan hanya acara seremonial, tapi menjadi ruang intelektual,” ungkap Cipta.
Kegiatan PESTA 2025 ini menghadirkan talkshow bersama Drs. Imam Mudjiono, M.Ag , Dosen Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) UII dan Anies Rasyid Baswedan, Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022 yang juga seorang akademisi, aktivis, dan politisi Indonesia yang diikuti oleh 5.188 mahasiswa baru UII. (AHR/RS)
Bahasa Indonesia Go Internasional, Cilacs UII–Pusdaya Mantapkan Sinergi BIPA
Sejak diakuinya Bahasa Indonesia sebagai salah satu bahasa resmi Sidang Umum UNESCO pada 2023, posisi bahasa nasional ini semakin kokoh di kancah internasional. Pengakuan tersebut menjadi momentum penting bagi lembaga-lembaga pendidikan dan bahasa untuk memperkuat perannya dalam pengembangan Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA).
Dalam semangat itu, Center for Internasional Language and Cultural Studies (CILACS) Universitas Islam Indonesia menerima kunjungan dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Pusat Pemberdayaan Bahasa dan Sastra (Pusdaya), Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah. Pertemuan yang berlangsung di Kantor Pusat Cilacs UII, Jl. Demangan Baru No. 24 Yogyakarta, Rabu (3/9), bertujuan untuk menjajaki kerja sama strategis dalam pengembangan media ajar dan program BIPA.
Hadir dari Pusdaya, antara lain Dony Setiawan (Kepala Bidang Kemitraan dan Diplomasi Bahasa), Murwati Widiastuti (Staf Tata Usaha), Nida Fauziah (Koordinator Penyusunan Bahan Fasilitasi Pembelajaran BIPA), dan Edi Sarwa Susila (Pejabat Keuangan).
Sementara itu, dari pihak Cilacs turut hadir Rr. Ratna Roostika, SE., MAC., Ph.D. (Kepala Cilacs UII), Suprihatin (Kepala Departemen Akademik), Aditya Suci (Kepala Departemen Pemasaran), Aisyiyah (Kepala Departemen Keuangan), Saras Bayu Jatmiko (Koordinator BIPA Cilacs UII), serta Dinar Darundini (Staf Pemasaran).
Pertemuan yang berlangsung hangat dimulai sejak pukul 09.30 WIB ini dibuka dengan sesi perkenalan kedua lembaga. Dalam sambutannya, Kepala Cilacs UII, Rr. Ratna Roostika, SE., MAC., Ph.D., menyampaikan apresiasi atas kepercayaan Pusdaya yang memilih Cilacs sebagai mitra dalam pengembangan media ajar BIPA (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing). “Cilacs sendiri telah mengembangkan materi ajar BIPA sejak beberapa tahun lalu. Kami bangga dapat bermitra dengan Pusdaya untuk bersama-sama mewujudkan visi menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional. Cilacs sebagai lembaga yang fleksibel selalu terbuka menjalin kerja sama dalam berbagai bentuk,” ujarnya.
Sementara itu, Dony Setiawan dari Pusdaya juga mengungkapkan apresiasi terhadap Cilacs. Ia menekankan pentingnya kolaborasi dalam mendukung uji coba buku ajar BIPA yang tengah disiapkan oleh Pusdaya. Bahan ajar yang dikembangkan meliputi tingkat dasar hingga menengah, dilengkapi dengan media video pembelajaran serta persiapan tes BIPA.
Acara ditutup dengan pertukaran cinderamata dan sesi foto bersama sebagai simbol awal terjalinnya sinergi antara kedua lembaga. (ANK/AHR/RS)
Tumbuhkan Kepemimpinan dengan Membangun Kepercayaan
“Apa yang membuat seseorang itu menjadi pemimpin? Seseorang disebut pemimpin adalah jika dan hanya jika diikuti secara sukarela, bila anda punya pengikut, maka anda disebut pemimpin. Bila tidak ada yang ikut, tidak bisa disebut pemimpin. Jadi yang menentukan pemimpin bukan kita, bukan saya, yang menentukan anda itu pemimpin adalah orang lain. Karena itu hormati pengikutmu, hormati orang yang dipimpin,” demikian disampaikan oleh Anies Baswedan dalam Pesona Ta’aruf UII 2025 yang digelar pada Rabu (03/09) bertempat di Lapangan Utara Gedung Olahraga (GOR) Ki Bagoes Hadikoesoemo, Kampus Terpadu UII.
Pada kesempatan itu, Anies Baswedan menjadi narasumber utama yang menyampaikan pesan tentang makna kepemimpinan kepada mahasiswa baru Universitas Islam Indonesia (UII). Anies menekankan bahwa kepemimpinan tidak lahir dari jabatan semata, tetapi muncul dari kepercayaan dan kerelaan orang lain untuk mengikuti. Pesona Ta’aruf UII ini menjadi agenda tahunan UII sebagai kegiatan penyambutan dan pengenalan kehidupan UII bagi mahasiswa baru.
Anies Baswedan di hadapan mahasiswa baru, memberikan rumus untuk mendapatkan kepercayaan yang ia terapkan dalam perjalanan karier politiknya yakni: K=K1+I+K2-KP. Rumus tersebut ia jabarkan sebagai formula yang menunjukkan bahwa K (kepercayaan) itu dibangun dengan K1 (kompeten) ditambah dengan I (integritas) yang tidak hanya dimaknai dengam kejujuran tetap juga berani untuk melakukan hal yang benar untuk kepentingan publik. Sementara itu, K2 direpresentasikan sebagai kedekatan yang menggambarkan kedekatan pemimpin dengan pengikutnya.
“Tapi ada yang membuat kepercayaan turun yaitu KP, kepentingan pribadi. Walaupun kompeten, integritas, dan dekat, tapi kepentingan pribadi yang menonjol pada akhirnya kepercayaan akan turun. Jadi kalo mau jadi pemimpin ingat-ingat 4 hal ini. Tingkatkan kompetensi, integritas, kedekatan dan kurangi kepentingan pribadi,” ungkap Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022 ini.
Lebih lanjut, Anies menyampaikan bahwa dengan berlatih untuk terus meningkatkan kompetensi baik dalam kelas maupun luar kelas. Integritas yang dimaknai dengan keberanian mengambil sikap yang benar untuk kepentingan banyak orang, dan membangun relasi dengan banyak teman dapat menjadi bekal mahasiswa baru dalam menapaki masa depan.
“Karena anda berada di era abad 21, kuasai teknologi digital, manfaatkan kemajuan teknologi untuk meningkatkan kompetensi. AI (artificial intelligence -red) dimanfaatkan jangan dijauhi. Tapi jangan gunakan AI untuk menggantikan anda dalam berpikir, jangan merendahkan diri anda kepada AI untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang jadi tugas kampus. Gunakan alat ini untuk menjadi asisten pribadi anda, asisten mencari data dan informasi. Kalau anda bisa memanfaatkan AI, maka anda bisa melakukan lompatan yang cepat sekali dalam penguasaan ilmu,” ungkap Anies.
Terakhir, Anies juga mendorong mahasiswa baru untuk menguasai bahasa internasional sebagai bahasa komunikasi antar negara. Menurutnya, kemampuan tersebut mampu membuka peluang generasi muda untuk menjadi pemimpin yang tdak hanya pada level nasional, tetapi juga level internasional.
Anies menekankan bahwa mahasiswa baru UII harus mampu berkiprah di gelanggang yang lebih besar sebagai warga dunia dengan aktivitas selama kuliah yang dapat menjadi bekal berharga untuk menapaki masa depan. (AHR/RS)
UII Sambut 5.188 Mahasiswa Baru Dalam Kuliah Perdana
Universitas Islam Indonesia (UII) resmi menyambut 5.188 mahasiswa baru tahun akademik 2025/2026 dalam Kuliah Perdana Tahun Akademik 2025/2026 yang digelar pada Selasa (2/9) di Lapangan Utara GOR Ki Bagoes Hadikoesoemo, Kampus Terpadu UII. Acara ini ditandai dengan penyerahan berita acara Kuliah Perdana oleh perwakilan wali mahasiswa kepada Rektor UII, Fathul Wahid, serta pelantikan mahasiswa baru sebagai simbol dimulainya perjalanan akademik mereka di UII.
Rektor UII dalam sambutannya mengucapkan selamat datang untuk mahasiswa baru di UII dan berpesan kepada mahasiswa untuk bersyukur karena bisa berkuliah yang notabene hanya sepertiga anak bangsa yang mampu mengenyam bangku kuliah. “Maka syukurilah dengan belajar dan keteguhan membangun diri,” pesan Fathul Wahid.
Di hadapan mahasiswa baru, Rektor UII menyampaikan bahwa UII bukan sekadar ruang untuk menimba ilmu akademik, tetapi sebagai taman luas dalam menyemai nilai agama, menumbuhkan kepedulian sosial, mengasah kepemimpinan, dan merayakan keragaman.
“Disini perbedaan bukan alasan untuk menjauh, melainkan undangan untuk saling mendekat. Itu bukan tembok pemisah melainkan jembatan penghubung. Di UII, keberagaman adalah anugerah yang dirayakan dengan ketulusan,” ungkap pakar bidang sistem dan teknologi informasi UII ini.
Sejalan dengan itu, Fathul Wahid juga menyampaikan bahwa hidup bukan sekadar dalam bayangan masa lalu. Memang, nilai luhur harus tetap dijaga, tetapi perlu penafsiran ulang dengan perkembangan zaman yang ada. Di era digital, ungkapnya, teknologi hadir dalam setiap aspek kehidupan dan karena itu harus dikuasai serta dimanfaatkan sebagai alat keilmuan dan pemuliaan akhlak.
“Saudara harus menyiapkan diri menjadi warga global. Ruang pengabdian Saudara bukan hanya lokal atau nasional tetapi juga dunia. Kuasai bahasa internasional, pahami keragaman budaya, dan asah kepekaan terhadap isu-isu besar, ketidakadilan sosial, krisis energi, perubahan iklim, masalah lingkungan, hingga konflik antar negara,” lanjut Fathul Wahid.
Di akhir sambutan, Fathul Wahid kembali berpesan agar mahasiswa baru tidak hanya fokus menuntaskan mata kuliah, tetapi juga membangun relasi dan persahabatan yang kelak dapat menjadi jaringan dalam peran masing-masing. Ia menekankan pentingnya menjaga persahabatan dengan kejujuran, kesetaraan, dan keadilan, serta menjadikan nilai-nilai UII yaitu Islami, Modial, Unggul, Intelektual, dan Indonesiawi (I’M UII) sebagai kompas moral dalam kehidupan.
Kegiatan Kuliah Perdana Mahasiswa Baru UII Tahun Akademik 2025/2026 ini menghadikan narasumber Adib Zaidani Abdurrohman diplomat senior yang saat ini menjabat sebagai Deputy Director for Financial Contribution and Membership in International Organization di Direktorat Jenderal Kerja Sama Multilateral Kementerian Luar Negeri RI dan Nayla Ilma Kauna sebagai Mahasiswa Berprestasi I UII tahun 2024 dari Program Studi Ekonomi Pembangunan Program Internasional Program Sarjana Angkatan 2022. (AHR/RS)
Mahasiswa Program Internasional Ilmu Komunikasi Ikuti P2A ICE CREAM 2025 di Malaysia dan Thailand
Program Studi Ilmu Komunikasi Program Internasional Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menegaskan komitmennya dalam membangun jejaring akademik internasional melalui program Passage to ASEAN International Course on Creative Media (P2A ICE CREAM 2025). Kegiatan yang berlangsung pada 18–30 Agustus 2025 ini melibatkan mahasiswa angkatan 2023 Ilmu Komunikasi Program Internasional dan diselenggarakan secara kolaboratif bersama Universiti Utara Malaysia, Suan Dusit University, serta Chiang Mai Rajabhat University.
Mengusung tema “Creative Home of One ASEAN Community (CHOCO)”, program ini mengajak mahasiswa dari Indonesia, Malaysia, dan Thailand untuk menelusuri serta mendokumentasikan beragam komunitas kreatif yang tumbuh di kawasan Asia Tenggara. Dalam proyek lintas negara ini, mahasiswa akan menghasilkan sebuah majalah digital berisi kisah-kisah komunitas kreatif dari Yogyakarta, Penang, Kedah, Bangkok, dan Chiang Mai.
Sebagai salah satu agenda tahunan, P2A ICE CREAM 2025 didesain untuk mengasah keterampilan mahasiswa dalam bidang creative media. Para peserta tidak hanya sekadar mengikuti kegiatan akademik di ruang kelas, melainkan juga terjun langsung ke lapangan untuk melakukan liputan, wawancara, hingga pendokumentasian visual.
Majalah digital yang dihasilkan nantinya dilengkapi dengan fitur interaktif berupa QR code yang berisi media audiovisual. Untuk mendukung proses produksi, tim mahasiswa dibagi ke dalam tiga divisi, yaitu copywriting, fotografi, dan videografi. Setiap divisi berperan penting dalam mewujudkan kualitas majalah yang komprehensif sekaligus representatif terhadap realitas komunitas kreatif ASEAN.
“Ini merupakan wadah mahasiswa untuk menunjukkan kreativitasnya, karena memang aspek utama dari program ini terletak pada creative media,” ungkap Dr. Herman Felani, S.S., M.A., selaku Program Director P2A ICE CREAM 2025.
Lebih lanjut, Herman menekankan bahwa P2A ICE CREAM 2025 memiliki tujuan strategis dalam memperkenalkan wajah komunitas kreatif ASEAN. “Tahun ini tema kita adalah P2A Ice Cream: Choco (Creative Home of One ASEAN Community). Kita melihat bagaimana ASEAN itu terdiri dari berbagai masyarakat kreatif, mulai dari level perkampungan hingga skala negara. Semuanya layak untuk diangkat menjadi narasi bersama,” jelasnya.
Salah satu momen yang menjadi sorotan dari rangkaian kegiatan ini adalah pengalaman mahasiswa menempuh perjalanan lintas negara menggunakan kereta api dari Malaysia menuju Bangkok, Thailand. Perjalanan panjang hampir 20 jam tersebut memberikan pengalaman berbeda bagi para peserta, sekaligus menjadi simbol keterhubungan antarnegara di kawasan Asia Tenggara.
Pengalaman ini bukan sekadar perjalanan fisik, melainkan juga perjalanan kultural. Mahasiswa memiliki kesempatan untuk berinteraksi dengan masyarakat lokal, memahami kebiasaan sehari-hari, serta menyaksikan langsung keberagaman yang menjadi kekuatan ASEAN. Hal inilah yang menjadikan program P2A ICE CREAM 2025 lebih dari sekadar agenda akademik, ia juga menjadi ruang pembelajaran lintas budaya yang otentik.
Sebagai luaran utama, majalah digital hasil karya mahasiswa diharapkan tidak hanya menjadi dokumentasi, tetapi juga medium untuk menginspirasi khalayak luas. Dengan mengangkat kisah komunitas kreatif dari tiga negara, majalah ini akan menunjukkan bagaimana kreativitas hadir dalam berbagai bentuk, baik itu seni, budaya, ekonomi kreatif, maupun aktivitas sosial masyarakat.
“Produk kreatif media yang dihasilkan tahun ini diwujudkan dalam bentuk digital magazine yang terdiri dari kisah-kisah kelompok komunitas kreatif, baik yang ada di Malaysia, Thailand, maupun Indonesia,” tambah Dr. Herman.
P2A ICE CREAM 2025 bukan hanya tentang menghasilkan karya media kreatif, melainkan juga tentang menumbuhkan semangat kebersamaan di antara generasi muda ASEAN. Melalui kerja sama lintas batas, mahasiswa belajar memahami keberagaman sekaligus menemukan titik temu yang dapat menguatkan identitas kolektif kawasan.
Program ini menjadi bukti bahwa komunikasi, kreativitas, dan kolaborasi adalah kunci dalam membangun ASEAN yang lebih solid di masa depan. Bagi mahasiswa, pengalaman ini akan menjadi bekal berharga, baik dalam pengembangan keterampilan profesional di bidang media maupun dalam pembentukan perspektif global yang inklusif. (MFPS/AHR/RS)
Pernyataan Sikap Universitas Islam Indonesia: Kita Semua adalah Affan Kurniawan
Envirofest 2025 Ajak Generasi Muda Lebih Paham Terkait Isu Keberlanjutan Lingkungan
Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menunjukkan komitmennya terhadap isu keberlanjutan dengan menggelar Envirofest 2025 bertema “Hentikan Polusi untuk Keberlanjutan Lingkungan” pada Sabtu (30/8) di Gedung Moh. Natsir Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) UII. Kegiatan ini dihadiri siswa kelas XII sekolah mitra, mahasiswa baru angkatan 2025, dosen, serta komunitas lingkungan yang ada di Yogyakarta. Dengan nuansa edukasi sekaligus penyambutan mahasiswa baru, acara ini bertujuan menanamkan kesadaran sejak dini akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan di tengah meningkatnya ancaman polusi.
Dalam sambutannya, Ketua Jurusan Teknik Lingkungan UII, Dr.Eng. Awaluddin Nurmiyanto, S.T., M.Eng., mengajak audiens untuk merenungkan hubungan erat antara budaya, alam, dan keberlanjutan. Ia mencontohkan olahraga tradisional pacu jalur yang saat ini sedang populer di Riau. Menurutnya, tradisi tersebut memang melestarikan budaya, tetapi juga memiliki konsekuensi ekologis. “Perahu yang digunakan atau yang biasa disebut jalur itu membutuhkan kayu sekitar 40 meter. Kalau hutan terus ditebangi untuk berbagai keperluan, termasuk ini, maka habislah hutan kita,” ujarnya dengan nada tegas. Pesan ini menekankan bahwa tanpa kesadaran dan pengelolaan yang bijak, kebudayaan bisa jadi ancaman bagi kelestarian lingkungan.
Sejalan dengan itu, Wakil Dekan Bidang Sumber Daya FTSP UII, Dr. Ir. Kasam, M.T., memberikan apresiasi atas keterlibatan berbagai pihak yang mendukung terselenggaranya kegiatan. Ia menekankan bahwa keberhasilan menjaga bumi tidak hanya menjadi tanggung jawab satu individu atau kelompok, melainkan tugas bersama yang harus dikerjakan secara kolaboratif. “Terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu menyelenggarakan agenda ini, para dosen, mahasiswa, dan para hadirin sekalian. Semoga acara ini menjadi salah satu cara meningkatkan kesadaran dan semangat menjaga lingkungan,” tuturnya. Pesan tersebut sekaligus menegaskan pentingnya sinergi antara akademisi, mahasiswa, dan komunitas masyarakat dalam upaya nyata menghentikan polusi.
Rangkaian Envirofest 2025 dikemas dengan penuh makna. Sejak pagi, para peserta disambut dengan registrasi dan penampilan vokal yang memeriahkan suasana. Acara pembukaan berlangsung khidmat dengan sajian tari tradisional, menyanyikan Lagu Indonesia Raya dan Hymne UII, doa, sambutan pimpinan jurusan dan fakultas, hingga pelepasan burung merpati sebagai simbol harapan kebebasan dari polusi.
Setelah itu, peserta mengikuti sesi kelas inspiratif yang dirancang untuk memberikan wawasan praktis terkait isu lingkungan sehari-hari. Beberapa topik yang diangkat antara lain tema Konservasi Air yang membahas pentingnya air tanah sebagai sumber kehidupan yang tak tergantikan. Sungai dan Polutan yang menguraikan perjalanan polutan dari sumber hingga mencapai laut. Tema Kelola Sampah yang menekankan bahwa pengelolaan sampah efektif dimulai dari sumbernya. Terakhir, tema Polusi Udara yang memberikan pemahaman menyeluruh mengenai ancaman polusi udara. Melalui kelas-kelas ini, siswa dan mahasiswa baru diajak menyadari bahwa isu polusi sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari dan membutuhkan solusi nyata sejak dari diri sendiri.
Tak hanya itu, sesi penampilan seni, talkshow, hingga festival lingkungan di hall dan area Gedung FTSP UII menambah semarak suasana. Melalui format interaktif, peserta diberi kesempatan untuk berdiskusi langsung dengan akademisi dan praktisi, sekaligus mengembangkan perspektif baru tentang strategi pengendalian polusi.
Envirofest 2025 bukan sekadar seremonial penyambutan mahasiswa baru, tetapi juga momentum reflektif. Harapan besar dititipkan agar generasi muda semakin sadar akan bahaya polusi dan bersemangat menjadi agen perubahan bagi lingkungan. Dengan sinergi akademisi, alumni, praktisi, dan komunitas, UII berharap kegiatan ini menjadi langkah kecil yang berkontribusi besar terhadap upaya global menghentikan polusi demi keberlanjutan bumi. (IMK/AHR/RS)
Kolaborasi Mahasiswa Lokal dan Internasional dalam Buddies Impact Lab
Universitas Islam Indonesia (UII) melalui Culture and Learning Center (CLC) menyelenggarakan Buddies Impact Lab pada 27–29 Agustus 2025. Kegiatan ini digelar sebagai bagian dari rangkaian program Buddy Program yang melibatkan mahasiswa lokal dan internasional yang tergabung dalam Buddy Program dari berbagai universitas mitra, yaitu Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Padjadjaran (Unpad), Unika Atma Jaya Jakarta, dan Universitas Bina Nusantara (Binus University).
Buddies Impact Lab ini merupakan lanjutan dari kegiatan benchmarking Buddy Program di BINUS University, yang kemudian dikembangkan menjadi ruang kolaborasi lintas kampus untuk menggabungkan semangat belajar, kepedulian sosial, serta penguatan kapasitas mahasiswa melalui keterlibatan untuk terlibat dalam proyek pengembangan masyarakat berbasis kolaborasi lintas budaya.
Acara dibuka secara resmi oleh Wakil Rektor Bidang Kemitraan dan Kewirausahaan UII, Ir. Wiryono Raharjo, M.Arch., Ph.D. Dalam sambutannya, ia menekankan pentingnya keterlibatan mahasiswa dalam kerja nyata bersama masyarakat.
Hari pertama diisi dengan berbagai sesi penguatan kapasitas berupa kuliah umum bertajuk “Project Management for Community Development” oleh Dwi Martutiningrum, S.E., M.Sc. sebelum bertolak ke desa mitra UII, Desa Girirejo, Ngablak, Magelang. Setibanya disana, mahasiswa tinggal bersama warga, mengikuti masak bersama, serta makan malam penyambutan yang mempererat hubungan dengan komunitas lokal dan bekerja sama, berbagi ide, dan merancang proyek nyata yang bermanfaat bagi masyarakat.
Hari kedua berfokus pada keterlibatan langsung dengan masyarakat. Peserta dibagi menjadi tiga kelompok untuk menjalankan program antara lain penguatan kapasitas organisasi pemuda, kelas bahasa dan pertukaran budaya di sekolah dasar, serta strategi promosi media sosial untuk desa.
Selain itu, mahasiswa juga berinteraksi langsung berdialog dengan masyarakat melalui kunjungan komunitas, dialog dengan petani hingga lokakarya tari tradisional setempat dan belajar tari tradisional dari seniman lokal. Pada malam harinya, peserta mempersiapkan mini proyek yang akan dipresentasikan keesokan hari.
Hari ketiga yang menjadi puncak kegiatan, mahasiswa mempresentasikan hasil mini proyek mereka di hadapan perwakilan desa dan fasilitator. Acara penutupan diisi refleksi dari mahasiswa maupun warga, penyerahan sertifikat, serta pertunjukan budaya. Setelah doa penutup dan makan siang bersama, peserta kembali ke kampus UII dengan membawa pengalaman lintas budaya dan pembelajaran sosial yang mendalam.
Tidak hanya berdampak positif bagi masyarakat, program ini juga menjadi wadah pembelajaran penting bagi mahasiswa. Mereka dilatih untuk mengasah kerja tim lintas budaya, kepemimpinan, serta keterampilan komunikasi, sekaligus memperkuat kepekaan sosial dan rasa tanggung jawab sebagai agen perubahan.
Tidak hanya berdampak positif bagi masyarakat, program ini juga menjadi wadah pembelajaran penting bagi mahasiswa. Mereka dilatih untuk mengasah kerja tim lintas budaya, kepemimpinan, serta keterampilan komunikasi, sekaligus memperkuat kepekaan sosial dan rasa tanggung jawab sebagai agen perubahan. Dengan mengusung tagline “Where Buddies Co-Create Change”, program ini diharapkan melahirkan inisiatif nyata yang bermanfaat bagi masyarakat serta mempererat jejaring antar universitas. (NIK/AHR/RS)
UII Jalin Kerja Sama dengan DSN-MUI Institute
Universitas Islam Indonesia (UII) terus berkomitmen untuk menjalin kemitraan dengan berbagai sektor khususnya bidang ekonomi dan keuangan syariah dengan menggandeng Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) Institute. Kesepakatan kerja sama dalam pengembangan pendidikan, pelatihan, dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia ini secara resmi ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman pada Kamis (28/08) di Gedung Kuliah Umum Prof. Dr. Sarjito, Kampus Terpadu UII oleh Rektor UII, Fathul Wahid dan Wakil Sekretaris BPH DSN-MUI Institute, Muhammad Bagus Teguh Prawira, M.A.
Dalam sambutannya, Rektor UII, Fathul Wahid mengucapkan terima kasih atas kepercayaannya menjadikan UII sebagai mitra kerja sama dalam menguatkan praktek ekonomi syariah di Indonesia sesuai degan norma yang disepakati bersama dan mengikuti standardisasi yang ada.
“Kami berharap UII bisa ikut mewarnai pendidikan nasional. Tentu saja, kerja sama seperti ini adalah ikhtiar dari itu. Bagaimana kita betul-betul meninggalkan dampak baik. Kami senang dengan kepercayaan dari DSN-MUI Institute untuk kerja sama ini karena bagi kami ini adalah wasilah untuk meningkatkan pemanfaatan kehadiran UII untuk bangsa dan kemanusiaan,” ungkap Fathul Wahid
Lebih lanjut, Wakil Sekretaris BPH DSN-MUI Institute, Muhammad Bagus Teguh Prawira, M.A. menyampaikan dalam sambutannya bahwa industri keuangan syariah sudah sedemikian besar walaupun market share masih dalam angka 7%. Bagus mengemukakan tantangan terbesar di industri ini adalah tentu sosialisasi dan literasi. Tapi di sisi lain, DSN-MUI dan UII harus memperkuat industri ini agar kepatuhan syariah tetap terus menjadi tonggak acuan dalam menjalankan praktek keuangan syariah.
“Kami dengan sangat bahagia bekerjasama dengan kampus-kampus, termasuk dengan UII ini karena kami tahu tidak dapat mengerjakannya sendirian. Mahasiswa harus kenal, dosen-dosen harus kenal terkait industri keuangan syariah agar kepatuhan syariah harus menjadi lokomotif di keuangan syariah jangan kemudian dikalahkan dengan kepentingan simplikasi transaksi yang sudah biasa sehingga harus membiasakan diri,” jelas Bagus Teguh.
Setelahnya, DSN-MUI Institute menyelenggarakan Pelatihan Dasar Muamalah Maliyah dan Fatwa (PDMMF) serta Pelatihan Dasar Pengawas Syariah (PDPS) sebagai langkah memperkuat kompetensi para peserta dalam bidang fiqh muamalah, fatwa DSN-MUI, pengawasan syariah, serta praktik-praktik operasional lembagakeuangan syariah. Pelatihan ini merupakan salah satu pintu awal bagi calon Dewan Pengawas Syariah (DPS) untuk melanjutkan proses sertifikasi resmi di Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) MUI.
Harapannya dengan adanya kerja sama dan pelatihan ini dapat melahirkan pengawas syariah yang kompeten, amanah, dan mampu menjawab tantangan perkembangan koperasi syariah dan lembaga keuangan syariah di Indonesia. Selain itu, kegiatan ini juga memperkuat jejaring akademisi, praktisi, dan regulator dalam mengawal keberlanjutan praktik ekonomi syariah yang berkeadilan. (MSH/AHR/RS)
Universitas Perkuat Diplomasi Publik melalui Kemitraan Global
Dalam doorstop usai pertemuan, Hangga Fathana, Sekretaris Eksekutif UII sekaligus dosen Program Studi Hubungan Internasional, menegaskan bahwa universitas tidak hanya berfungsi mencetak sarjana. “Universitas juga hadir sebagai bagian dari masyarakat sipil yang mendorong kemajuan peradaban melalui pendidikan, riset, dan pengabdian masyarakat. Peran ini sangat relevan dalam memperkuat diplomasi publik di era global,” ungkapnya.
Diplomasi Akademik sebagai Pilar Hubungan
Pertemuan dengan Kim Jina menyoroti bagaimana diplomasi akademik dapat menjadi pilar yang mendukung hubungan antarnegara. Menurut Hangga, universitas memiliki kapasitas untuk menjadi jembatan antarwarga negara melalui pertukaran mahasiswa, riset kolaboratif, dan inisiatif pengembangan komunitas.
“Diplomasi publik tidak hanya dilakukan oleh pemerintah. Universitas sebagai bagian dari masyarakat sipil bisa memberi kontribusi yang signifikan, memperluas jejaring antarwarga, dan menumbuhkan saling pengertian lintas bangsa,” tambahnya.
Mohamad Rezky Utama, dosen Hubungan Internasional UII yang turut dalam delegasi, menegaskan peran ini juga tercermin di kampus. “UII selama ini menjadi rumah bagi berbagai pojok diplomasi publik dari sejumlah negara, seperti Kafe Perancis dan Aussie Banget Corner. Kehadiran ruang-ruang ini menunjukkan bahwa universitas dapat berperan langsung dalam mempererat hubungan antarbangsa melalui jalur masyarakat sipil,” ujarnya.
Jalinan Kemitraan dengan Perguruan Tinggi Korea
Selain dengan Kementerian Luar Negeri, delegasi UII juga melakukan kunjungan ke sejumlah universitas mitra di Korea Selatan, pada 25-26 Agustus 2025.
Di Sungkonghoe University (SKHU), delegasi disambut oleh Lee Jong In, Vice President SKHU. SKHU telah menjalin kerja sama dengan UII lebih dari satu dekade, bahkan sempat membuka kampus satelit di lingkungan UII yang menjadi wadah bagi sejumlah kegiatan kolaborasi dengan Program Studi Hubungan Internasional.
Irawan Jati, Wakil Dekan Bidang Sumber Daya Fakultas Ilmu Sosial dan Budaya UII sekaligus dosen HI, menilai hubungan ini sangat berharga. “Relasi panjang dengan Sungkonghoe membuktikan bahwa kerja sama akademik lintas negara tidak hanya berhenti pada penandatanganan dokumen. Kerja sama ini telah berkembang menjadi pengalaman nyata, mulai dari kolaborasi riset hingga kegiatan akademik bersama,” ujarnya.
Pertemuan di SKHU juga turut melibatkan sejumlah profesor, antara lain Jae Har Yu dari Division of Global Studies dan Kyung Tae Park dari Department of Sociology.
Delegasi UII juga berkunjung ke Hanshin University, dalam pertemuan dengan Yi Ki-ho, profesor di Hanshin, yang membicarakan kemungkinan kerja sama di bidang penelitian dan pertukaran mahasiswa dengan fokus pada isu kemanusiaan dan keberlanjutan.
Selain itu, UII memperkuat jejaring dengan Korea University melalui pertemuan dengan Jae Hyeok Shin, Director of Korea University ASEAN Center (KUAC) sekaligus profesor di Department of Political Science & International Relations. Diskusi menekankan peluang riset bersama serta pengembangan program pertukaran mahasiswa.
Implementasi Kerja Sama Regional
Kunjungan ke Korea ini juga menjadi bagian dari implementasi kerja sama antara Program Studi Hubungan Internasional UII dengan Busan University of Foreign Studies (BUFS) dalam penyelenggaraan The 2025 International Conference on ASEAN Studies, di mana UII berperan sebagai co-host, pada 21-22 Agustus
Ketua Program Studi HI UII, Karina Utami Dewi, menegaskan bahwa keterlibatan ini penting untuk memperkuat posisi UII dalam jejaring akademik kawasan. “Keterlibatan UII sebagai co-host bersama BUFS menunjukkan kontribusi nyata universitas Indonesia dalam membangun wacana regional. Kehadiran dosen-dosen HI UII dalam forum ini membuktikan bahwa kolaborasi internasional tidak hanya simbolik, tetapi menghadirkan gagasan kritis yang relevan bagi pengembangan ilmu dan diplomasi publik,” paparnya.
UII dan BUFS berkolaborasi dalam The 2025 International Conference on ASEAN Studies.
Delegasi UII seluruhnya berasal dari Program Studi Hubungan Internasional: Hangga Fathana, Mohamad Rezky Utama, Irawan Jati, dan Karina Utami Dewi. Keempatnya mewakili universitas dalam agenda di Korea Selatan, dengan tujuan retensi jejaring internasional sekaligus menunjukkan kiprah akademisi HI UII di kancah global.
Melalui kunjungan ini, UII menegaskan komitmennya untuk memperkuat peran universitas sebagai agen diplomasi publik. Dengan menempatkan pendidikan, penelitian, pengabdian masyarakat, dan dakwah islamiah sebagai pilar utama, universitas hadir bukan hanya sebagai institusi akademik, tetapi juga sebagai aktor strategis yang mendorong terwujudnya hubungan antarbangsa yang lebih erat, inklusif, dan berkeadaban. (HF)