Pusat Studi dan Advokasi Demokrasi (PSAD) Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menyelenggarakan agenda, Srawung Demokrasi, bertepatan dengan peringatan milad lembaga tersebut yang pertama, Selasa (20/5). Dengan tema “Refocusing Khittah Reformasi”, acara ini menghadirkan tiga tokoh nasional yakni Anies Baswedan, Prof. Connie Rahakundini Bakrie, dan Hamid Basyaib sebagai pembicara utama. Kegiatan berlangsung di Gedung Kuliah Umum Prof. Sardjito Lt.1, Kampus Terpadu UII.
Direktur PSAD UII, Prof. Dr. rer. soc. Masduki, S.Ag., M.Si., M.A. menyampaikan refleksi perjalanan lembaga dalam mengawal wacana demokrasi di ranah akademik. Disusul oleh sambutan Rektor UII, Fathul Wahid, dan dewan penasehat PSAD, Prof. Dr. H. M. Mahfud MD, yang secara khusus menyoroti urgensi memperkuat kembali semangat reformasi di tengah kecenderungan kemunduran demokrasi.
“Banyak sekali cerita yang tampaknya tidak mudah kita ungkapkan hari ini, karena banyak memang yang ditutupi untuk tidak terbuka di ruang publik. Jadi, momen hari ini, selain memperingati satu tahun PSAD UII, juga menjadi pengingat kita bahwa 27 tahun lalu, ada harapan yang disemai, harapan yang digantungkan, yang hari ini, harapan itu ternyata layu sebelum berkembang,” ungkap Fathul Wahid dalam sambutannya.
Setelah sesi pembukaan, PSAD UII turut meluncurkan dua buku bertema demokrasi. Buku pertama berjudul “Suara Sunyi di Tengah Keriuhan” oleh Fathul Wahid, dan buku kedua “Membumikan Demokrasi & Etika Publik” oleh Prof. Masduki. Kedua karya ini menjadi bentuk kontribusi akademik PSAD dalam merawat diskursus publik dan menyuarakan suara publik yang mulai terpinggirkan.
Setelahnya sesi diskusi dimulai dengan dimoderatori oleh akademisi Fakultas Hukum UII, Eko Riyadi. Dalam paparannya, Anies Baswedan mengangkat persoalan sentralisasi kekuasaan yang menurutnya mengikis semangat otonomi daerah yang menjadi bagian penting dari agenda reformasi.
“Ada kecenderungan, beberapa tahun terakhir ini terutama sesudah keluarnya Omnibus, di mana kewenangan-kewenangan daerah ditarik kembali ke pemerintah pusat. Ketika itu terjadi, maka kegiatan pemerintahan di daerah menjadi pincang,” tegas Anies.
Menurutnya, praktik ini berbahaya karena mempersempit ruang inovasi dan kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah daerah. Sementara itu, Prof. Connie Rahakundini Bakrie dalam pemaparannya menekankan pentingnya menghidupkan kembali gagasan kenegaraan yang dicita-citakan oleh para pendiri bangsa. Ia menyebut konsep Negara Paripurna ala Sukarno sebagai bentuk ideal negara Indonesia yang berdaulat secara menyeluruh.
“Konsep Negara Paripurna Sukarno ini adalah bentuk Negara yang ideal, karena merdeka bukan hanya secara politik, tapi berdaulat dalam segala hal, ekonomi, budaya, keadilan sosial,” jelasnya.
Lebih lanjut, Connie juga mengkritik dominasi suara buzzer dalam ruang publik yang sering kali membungkam intelektual kampus. “Sekarang, tokoh pemikir kampus dianggap suaranya jauh lebih kecil dibandingkan suara buzzer. Harusnya, mahasiswa atau yang hadir di sini, melihat seorang intelektual dari kampus manapun, begitu suara mereka dihancurkan, kalian bersuara dong. Yang mesti kita lawan itu buzzer yang mencoba membelokkan cara kita berpikir.”
Sesi terakhir disampaikan oleh jurnalis senior dan esais, Hamid Basyaib, yang mengangkat tema kebebasan berekspresi dalam demokrasi. Ia mengkritik sensitivitas berlebihan dari para pejabat publik terhadap satire dan kritik masyarakat. “Pejabat kita itu sukanya ngadu kalo diledek. Demokrasi itu tidak melindungi pejabat negara atau figur publik dari satir atau ledek-ledekan,” ujar Hamid, disambut gelak tawa peserta diskusi. Menurutnya, sebagai figur publik, pejabat memiliki banyak privilese sehingga harus siap menghadapi kritik terbuka.
Sebagai penutup, acara dimeriahkan oleh penampilan Band Rock asal Purbalingga, Sukatani Band ini sebelumnya sempat mencuri perhatian publik karena lagu-lagu mereka yang penuh kritik sosial. Dalam penampilannya, mereka membawakan beberapa lagu seperti, Gelap Gempita dan Alas Wirasaba, yang menggugah kesadaran peserta melalui lirik-lirik tajam dan musik yang enerjik.
Srawung Demokrasi #6 bukan hanya perayaan ulang tahun PSAD UII, namun juga menjadi pengingat kolektif akan pentingnya merawat nilai-nilai reformasi yang kini kian tergerus. Di tengah derasnya arus informasi dan disinformasi, kegiatan ini menjadi tempat intelektual yang mengajak publik kampus untuk kembali bersuara dan berfikir kritis. (MFPS/AHR/RS)
Akuntansi UII Gelar Program Sehari Jadi Akuntan untuk Siswa SMA
Program Studi Akuntansi Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar kegiatan bertajuk “Sehari Jadi Akuntan Masa Kini” pada Sabtu (24/5) di Aula Utara Fakultas Bisnis dan Ekonomika (FBE) UII. Kegiatan ini diikuti oleh lebih dari 90 siswa-siswi kelas akhir dari berbagai SMA sederajat se-Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah.
Acara ini ditujukan bagi para calon mahasiswa yang memiliki minat di bidang akuntansi. Tidak hanya sebatas pengenalan program studi, peserta juga diajak mengikuti campus tour, mini class, serta merasakan langsung suasana perkuliahan ala mahasiswa Akuntansi UII.
Dalam sambutannya, Ketua Program Studi Akuntansi UII, Rifqi Muhammad, Prof., S.E., S.H., M.Sc., Ph.D., SAS., ASPM menyampaikan apresiasi kepada para peserta yang hadir dan memperkenalkan profil singkat jurusan akuntansi di UII. Ia menekankan bahwa profesi akuntan saat ini memiliki peluang besar di dunia kerja karena cakupan ilmu yang luas, termasuk data analitik dan akuntansi forensik.
“Profesi akuntansi memiliki banyak peluang di dunia kerja ke depan. Kita tidak hanya belajar akuntansi, tetapi juga data analisis, dan data forensik di dunia digital” ujarnya
Materi pengantar mengenai dunia akuntansi disampaikan oleh dosen Akuntansi, Sigit Pamungkas, S.E., M.Com. Ia menjelaskan bahwa pemilihan perguruan tinggi memerlukan pertimbangan matang karena setiap kampus memiliki kurikulum dan keunikan tersendiri.
“Belajar tidak hanya tentang teori, tetapi juga praktik di lapangan. Hari ini, akuntansi tidak hanya mengolah data finansial, tapi juga data non-finansial untuk membantu pengambilan keputusan,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa Akuntansi UII merupakan pilihan tepat karena adaptif terhadap perkembangan teknologi digital. Program studi ini menawarkan lebih dari 12 mata kuliah yang fokus pada teori dan praktik akuntansi digital. Akuntansi UII juga menawarkan program internasional bagi mahasiswa yang tertarik belajar di tingkat global, dengan bahasa asing sebagai bahasa pengantar di kelas.
Selain itu, mahasiswa juga dapat mengikuti pembelajaran di luar kelas seperti kuliah pakar atau praktisi, kompetisi mahasiswa, ERP business simulation games, program pertukaran pelajar ke luar negeri, hingga sertifikasi nasional dan internasional.
Acara kemudian dilanjutkan dengan sesi mini class yang dibagi ke dalam empat kelas tematik: Akuntansi Forensik, Analitika Data Akuntansi, Moonsonsim, dan Akuntansi Syariah. Peserta juga mendapatkan bimbingan langsung tentang proses pendaftaran sebagai mahasiswa UII, mulai dari pembuatan akun admisi, Nomor Induk Utama (NIU), hingga fasilitas bebas biaya pendaftaran khusus bagi peserta acara. (GRR/AHR/RS)
FK UII Gelar Pelatihan Kader Pendamping ODGJ, Peringati Hari Skizofrenia Sedunia
Memperingati hari skizofrenia sedunia, Departemen Ilmu Kesehatan Jiwa (IKJ) dan Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM) Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (FK UII) menyelenggarakan Pelatihan Kader Pendamping ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) pada Sabtu (24/5) di Ruang Audio Visual Gedung Fakultas Hukum UII.
Mengangkat tema “Peningkatan Kompetensi Kader Kesehatan Jiwa Masyarakat dalam Deteksi Dini Psikosis se-DIY dan turut mengundang Dr. Ade Indah Wahdini, Sp.KJ, dan dr. Baiq Rohaslia Rhadiana, M.Sc., Sp.KJ, dan Dr. dr. Sunarto, M.Kes sebagai pemateri yang dibagi dalam tiga sesi. Acara dihadiri oleh perwakilan kader dari lima daerah yaitu Sleman, Bantul, Gunungkidul, Kota Yogyakarta.
Kesehatan jiwa kini menjadi isu krusial. Temuan terbaru menunjukkan bahwa salah satu daerah dengan angka tertinggi gangguan psikosis justru datang dari pusat pendidikan dan budaya yaitu Yogyakarta. “Data nasional itu ternyata, Psikosis Indonesia itu juaranya di D.I Yogyakarta. Berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia 2023, Indonesia mendapat 4% orang dengan gejala, sedangkan diagnosa tegas itu 3%. Artinya ada 1% yang tidak tertegakkan diagnosisnya. Ternyata di D.I Yogyakarta itu orang bergejala 9,3% artinya melebihi persentase nasional,” ungkap Dr. dr. Isnatin Miladiyah, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran UII dalam sambutannya.
Fathul Wahid, Rektor UII menyinggung bahwa semua orang bisa terkena gangguan kesehatan mental. Tidak terkecuali para mahasiswa. Untuk mendukung hal tersebut, UII menyediakan layanan konseling bagi mahasiswa. “Ini penting untuk memberikan kesadaran karena potensi gangguan kejiwaan bisa menjangkiti siapa saja. Preferensinya lebih tinggi di kalangan remaja,” ujar Fathul.
Orang yang mengalami gangguan kesehatan mental beresiko melakukan tindakan bunuh diri. Fathul mengatakan, kasus bunuh diri setiap tahun terjadi sebanyak 1.800 kasus. Ia juga turut mengapresiasi para peserta yang bersedia menjadi kader dan memberikan kontribusi nyata dalam menjadi pendamping ODGJ di wilayahnya masing-masing.
Lebih lanjut, Soleh Anwari, S.ST sebagai Kepala Bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta (P3AP2) dalam sambutannya menekankan dukungan keluarga, empati dan pemahaman tentang ODGJ adalah faktor kunci kesembuhan bagi pasien ODGJ. (NKA/AHR/RS)
Jumat Bersimpuh Menjadi Ruang Doa dan Kebersamaan PAI UII
Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Universitas Islam Indonesia (UII), melalui organisasi Peace Education Community (PEC) yang bergerak dalam bidang dakwah di lingkungan PAI, kembali menggelar kegiatan “Jum’at Bersimpuh” pada Jumat (23/5). Acara ini berlangsung di Ruang Laboratorium PAI lantai 3, Gedung Wahid Hasyim, Kampus Terpadu UII.
Kegiatan yang rutin diselenggarakan setiap Jumat pagi ini diikuti oleh dosen, tenaga kependidikan, serta mahasiswa PAI UII. Mengusung tema “Menguatkan Kebersamaan, Meraih Keberkahan”, kegiatan ini menjadi wadah refleksi spiritual dan kebersamaan bagi sivitas akademika.
Acara diawali dengan pembacaan mujahadah, dipimpin oleh Moh. Mizan Habibi, S.Pd.I., M.Pd.I dosen PAI UII sekaligus pembimbing PEC. Mujahadah dibaca dalam bentuk sholawat, zikir, dan amalan-amalan lainnya. Kegiatan kemudian ditutup dengan doa bersama yang dipimpin oleh Drs. Imam Mudjiono, M.Ag.
Dalam wawancara usai kegiatan, Moh. Mizan Habibi menyampaikan bahwa kegiatan ini bertujuan mempererat rasa kebersamaan antar sivitas akademika PAI, sekaligus menjadi momen untuk memperkuat spiritualitas di tengah dinamika kehidupan kampus.
“Acara ini terlaksana dalam rangka mengajak para sivitas akademika PAI untuk memulai hari dengan berdoa’, zikir, serta bersholawat untuk melengkapi ikhtiar bersama menjadikan PAI lebih baik lagi” ungkapnya.
Sementara itu, Ketua PEC, Bunga Solikhah, menambahkan bahwa kegiatan serupa sebenarnya telah dirintis sejak periode sebelumnya, namun belum berjalan optimal. Pada masa kepengurusan PEC saat ini, ia berkomitmen untuk menguatkan kembali agenda ini secara lebih konsisten.
“Kami berharap kegiatan ini dapat menjadi sarana untuk mendoakan Program Studi PAI agar semakin maju dan memberi manfaat yang lebih luas,” ujarnya.
Dengan semangat kebersamaan dan nilai-nilai spiritual, “Jum’at Bersimpuh” diharapkan menjadi bagian dari budaya akademik yang mendalam dan memberi kesan positif tersendiri bagi lingkungan PAI UII. (GRR/AHR/RS)
Cilacs UII Terima Kunjungan Dirjen Kuathan Kemenhan RI
Cilacs UII menerima kunjungan dari perwakilan Kementerian Pertahanan Republik Indonesia (Kemenhan RI), Direktorat Jenderal Kekuatan Pertahanan (Dirjen Kuathan), dalam rangka konsultasi dan penjajakan kerja sama pengembangan program pelatihan bahasa asing bagi Taruna dari tiga matra TNI, yaitu Taruna Akademi Angkatan Udara (AAU), Taruna Akademi Angkatan Laut (AAL), dan Taruna Akademi Militer (Akmil) pada Kamis (22/05).
Kunjungan yang dilaksanakan di Kampus UII Demangan ini dihadiri oleh: Kolonel Permadi, Letkol Yogie, PNS Saeful dan disambut hangat oleh Kepala departemen Pemasaran Aditya Suci dan didampingi Mardianto (staf pemasaran).
Tujuan utama kunjungan ini adalah untuk mendiskusikan kebutuhan peningkatan kompetensi bahasa asing bagi Taruna terpilih yang dipersiapkan untuk mengikuti studi ke luar negeri, khususnya ke Amerika Serikat, Australia, dan Jepang.
Kerja sama ini merupakan pengembangan dari program pelatihan bahasa Jepang yang telah berjalan sebelumnya antara Kemenhan RI dan Cilacs UII. Dalam diskusi tersebut, beberapa kebutuhan program pelatihan yang disampaikan antara lain: Program Conversation (Speaking), Program Preparation TOEFL, Program English for Presentation, Program Preparation for ACT (American College Testing), Program Preparation for SAT (Scholastic Aptitude Test) dan Layanan registrasi resmi tes ACT dan SAT.
Cilacs UII menyambut baik inisiatif ini sebagai bagian dari kontribusi institusi dalam mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia pertahanan Indonesia yang mampu bersaing secara global melalui penguasaan bahasa asing. (ANK/AHR/RS))
FIAI UII Gelar Kuliah Pakar Bahas Ketahanan Keluarga di Era Global
Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Universitas Islam Indonesia (UII), melalui Program Studi Magister Ilmu Agama Islam dan Program Doktor Hukum Islam, menggelar Kuliah Pakar bertajuk “Tantangan Ketahanan Keluarga Sebagai Miniatur Ketahanan Bangsa di Era Global.” Kegiatan ini berlangsung pada Selasa (20/5), bertempat di Ruang Kuliah 3.16, Gedung KH. Wahid Hasyim FIAI UII.
Kuliah pakar ini menghadirkan dua narasumber utama, yaitu Prof. Dr. Drs. K.H. Muhammad Amin Suma, B.A., S.H., M.A., M.M., selaku Ketua Umum Himpunan Ilmuwan dan Sarjana Syariah Indonesia (HISSI), serta Khoiriyah Roihan, S.Ag., M.H., yang menjabat sebagai Ketua Pengadilan Agama Yogyakarta. Acara ini ditujukan khusus bagi mahasiswa Program Magister Ilmu Agama Islam dan Program Doktor Hukum Islam.
Selain kuliah pakar, kegiatan ini juga dirangkai dengan prosesi pelantikan pengurus HISSI Daerah Istimewa Yogyakarta periode 2025–2029 oleh Prof. Muhammad Amin Suma. Sebanyak 25 orang pengurus dilantik secara resmi dalam sesi tersebut.
Dalam sambutannya, Dekan FIAI UII, Dr. Drs. Asmuni, M.A., menegaskan pentingnya ketahanan keluarga sebagai isu aktual umat. Ia menyoroti bahwa cinta, sakinah, mawaddah, dan rahmah menjadi fondasi utama dalam menjaga keutuhan rumah tangga.
“Saya heran kenapa ketahanan rumah tangga selalu dikaitkan dengan faktor material. Padahal, perceraian seringkali terjadi karena tidak adanya ketahanan cinta. Ini menjadi tugas kita bersama untuk membimbing umat agar kehancuran rumah tangga tidak menjadi bagian dari kehidupan mereka,” ujarnya
Memasuki sesi kuliah pakar, moderator Dr. Mukhsin Ahmad, S.Ag., M.Ag. memandu jalannya diskusi. Narasumber pertama, Prof. Amin Suma, menyampaikan bahwa angka perceraian di Indonesia menunjukkan tren peningkatan dari tahun ke tahun. Beberapa provinsi seperti Maluku, NTT, dan Aceh mencatat rasio perceraian yang lebih rendah dibanding daerah lain.
“Penyebab perceraian tidak hanya faktor ekonomi, tetapi juga muncul karena persoalan sosial seperti komunikasi yang buruk, penundaan pernikahan, hingga ketakutan perempuan terhadap kehamilan dan persalinan,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa dalam banyak kasus, konflik rumah tangga muncul karena pasangan suami istri lebih sering menuntut hak daripada menjalankan kewajiban. Hal ini mengarah pada hubungan yang rapuh dan mudah berakhir di meja perceraian.
Narasumber kedua, Khoiriyah Roihan, menyoroti tantangan yang dihadapi lembaga peradilan agama. Ia mengungkapkan bahwa masyarakat kerap salah kaprah dalam memandang peran pengadilan agama sebagai pihak yang menyebabkan perceraian.
“Padahal, kami ini berada di hilir. Kami hanya menerima masalah yang sudah kompleks dari hulu. Banyak pasangan muda datang ke pengadilan setelah melewati pergaulan bebas, hamil di luar nikah, dan tekanan sosial lainnya,” ungkapnya.
Ia menegaskan bahwa pengadilan agama sejatinya tidak memiliki kewenangan penuh untuk mencegah perceraian. Meski begitu, upaya mediasi terus dilakukan sebagai langkah untuk mempertahankan keutuhan rumah tangga.
Dalam proses pernikahan dini, pengadilan juga telah menerapkan proses penyaringan (screening) meliputi aspek kesehatan reproduksi, kesiapan mental, dan pemahaman keagamaan. “Faktor ekonomi memang bukan satu-satunya penyebab perceraian, namun hampir semua,” ungkapnya. (GRR/AHR/RS)
27 Tahun Reformasi Harapan yang Layu dan Suara yang Terpinggirkan
Pusat Studi dan Advokasi Demokrasi (PSAD) Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menyelenggarakan agenda, Srawung Demokrasi, bertepatan dengan peringatan milad lembaga tersebut yang pertama, Selasa (20/5). Dengan tema “Refocusing Khittah Reformasi”, acara ini menghadirkan tiga tokoh nasional yakni Anies Baswedan, Prof. Connie Rahakundini Bakrie, dan Hamid Basyaib sebagai pembicara utama. Kegiatan berlangsung di Gedung Kuliah Umum Prof. Sardjito Lt.1, Kampus Terpadu UII.
Direktur PSAD UII, Prof. Dr. rer. soc. Masduki, S.Ag., M.Si., M.A. menyampaikan refleksi perjalanan lembaga dalam mengawal wacana demokrasi di ranah akademik. Disusul oleh sambutan Rektor UII, Fathul Wahid, dan dewan penasehat PSAD, Prof. Dr. H. M. Mahfud MD, yang secara khusus menyoroti urgensi memperkuat kembali semangat reformasi di tengah kecenderungan kemunduran demokrasi.
“Banyak sekali cerita yang tampaknya tidak mudah kita ungkapkan hari ini, karena banyak memang yang ditutupi untuk tidak terbuka di ruang publik. Jadi, momen hari ini, selain memperingati satu tahun PSAD UII, juga menjadi pengingat kita bahwa 27 tahun lalu, ada harapan yang disemai, harapan yang digantungkan, yang hari ini, harapan itu ternyata layu sebelum berkembang,” ungkap Fathul Wahid dalam sambutannya.
Setelah sesi pembukaan, PSAD UII turut meluncurkan dua buku bertema demokrasi. Buku pertama berjudul “Suara Sunyi di Tengah Keriuhan” oleh Fathul Wahid, dan buku kedua “Membumikan Demokrasi & Etika Publik” oleh Prof. Masduki. Kedua karya ini menjadi bentuk kontribusi akademik PSAD dalam merawat diskursus publik dan menyuarakan suara publik yang mulai terpinggirkan.
Setelahnya sesi diskusi dimulai dengan dimoderatori oleh akademisi Fakultas Hukum UII, Eko Riyadi. Dalam paparannya, Anies Baswedan mengangkat persoalan sentralisasi kekuasaan yang menurutnya mengikis semangat otonomi daerah yang menjadi bagian penting dari agenda reformasi.
“Ada kecenderungan, beberapa tahun terakhir ini terutama sesudah keluarnya Omnibus, di mana kewenangan-kewenangan daerah ditarik kembali ke pemerintah pusat. Ketika itu terjadi, maka kegiatan pemerintahan di daerah menjadi pincang,” tegas Anies.
Menurutnya, praktik ini berbahaya karena mempersempit ruang inovasi dan kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah daerah. Sementara itu, Prof. Connie Rahakundini Bakrie dalam pemaparannya menekankan pentingnya menghidupkan kembali gagasan kenegaraan yang dicita-citakan oleh para pendiri bangsa. Ia menyebut konsep Negara Paripurna ala Sukarno sebagai bentuk ideal negara Indonesia yang berdaulat secara menyeluruh.
“Konsep Negara Paripurna Sukarno ini adalah bentuk Negara yang ideal, karena merdeka bukan hanya secara politik, tapi berdaulat dalam segala hal, ekonomi, budaya, keadilan sosial,” jelasnya.
Lebih lanjut, Connie juga mengkritik dominasi suara buzzer dalam ruang publik yang sering kali membungkam intelektual kampus. “Sekarang, tokoh pemikir kampus dianggap suaranya jauh lebih kecil dibandingkan suara buzzer. Harusnya, mahasiswa atau yang hadir di sini, melihat seorang intelektual dari kampus manapun, begitu suara mereka dihancurkan, kalian bersuara dong. Yang mesti kita lawan itu buzzer yang mencoba membelokkan cara kita berpikir.”
Sesi terakhir disampaikan oleh jurnalis senior dan esais, Hamid Basyaib, yang mengangkat tema kebebasan berekspresi dalam demokrasi. Ia mengkritik sensitivitas berlebihan dari para pejabat publik terhadap satire dan kritik masyarakat. “Pejabat kita itu sukanya ngadu kalo diledek. Demokrasi itu tidak melindungi pejabat negara atau figur publik dari satir atau ledek-ledekan,” ujar Hamid, disambut gelak tawa peserta diskusi. Menurutnya, sebagai figur publik, pejabat memiliki banyak privilese sehingga harus siap menghadapi kritik terbuka.
Sebagai penutup, acara dimeriahkan oleh penampilan Band Rock asal Purbalingga, Sukatani Band ini sebelumnya sempat mencuri perhatian publik karena lagu-lagu mereka yang penuh kritik sosial. Dalam penampilannya, mereka membawakan beberapa lagu seperti, Gelap Gempita dan Alas Wirasaba, yang menggugah kesadaran peserta melalui lirik-lirik tajam dan musik yang enerjik.
Srawung Demokrasi #6 bukan hanya perayaan ulang tahun PSAD UII, namun juga menjadi pengingat kolektif akan pentingnya merawat nilai-nilai reformasi yang kini kian tergerus. Di tengah derasnya arus informasi dan disinformasi, kegiatan ini menjadi tempat intelektual yang mengajak publik kampus untuk kembali bersuara dan berfikir kritis. (MFPS/AHR/RS)
Peran Harapan Masa Depan Palestina
Di tengah berlangsungnya genosida di Gaza dan menguatnya tekanan Israel terhadap warga Palestina di kawasan Tepi Barat, Universitas Islam Indonesia (UII) kembali berikhtiar menghadirkan ruang diplomasi dan solidaritas internasional dengan menghadirkan Duta Besar Palestina untuk Republik Indonesia, Dr. Zuhair S.M. Al-Shun dalam Ambassadorial Lecture bertajuk Hope for Palestinian Youth: The Role of New Generation for the Future Palestine.
Acara ini merupakan kunjungan kali kelima Dubes Zuhair ke kampus UII, menandai eratnya hubungan antara UII dan Palestina. Dalam sambutannya, Rektor UII, Fathul Wahid, menyampaikan bahwa UII telah bekerja sama dengan Kedutaan Besar Palestina dalam penyediaan beasiswa pendidikan untuk mahasiswa Palestina. Ia berharap, acara ini dapat meningkatkan empati dan solidaritas publik terhadap perjuangan rakyat Palestina.
Dubes Zuhair membuka paparannya dengan mengingatkan pentingnya Nakba Day (Dzkira an-Nakbah) yang jatuh pada 15 Mei 2025, sebuah hari duka yang memasuki tahun ke-77 sejak pengusiran paksa rakyat Palestina dari tanah kelahirannya oleh Israel. Ia menekankan bahwa meskipun banyak akademisi dan intelektual Palestina yang terpaksa menjadi diaspora, mereka tidak pernah tercerabut dari identitas dan komitmen terhadap tanah airnya.
Menyoroti agresi militer Israel yang didukung kekuatan global, Dubes Zuhair menyatakan bahwa prospek perdamaian yang sudah diperjuangkan sejak era Yasser Arafat kian redup. Ia menegaskan bahwa kunci utama perdamaian terletak pada pengakuan Yerusalem/Al-Quds sebagai ibukota tunggal Palestina.
“We are the leaders in talking about two state solutions in international organizations to show the world that we care for peace, but Israel is the one who takes force in this issue,” tegas Dubes Zuhair.
Lebih lanjut, ia mengajak pemuda, termasuk di Indonesia, untuk mengambil peran aktif dalam menyuarakan keadilan, menyerukan sanksi internasional terhadap Israel, dan terus membangun jejaring solidaritas global.
Momentum kuliah umum ini juga ditandai dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara UII dengan Kedutaan Besar Palestina, yang mencakup kerja sama pendidikan, pertukaran pelajar dan dosen, serta penguatan hubungan antarlembaga pendidikan tinggi kedua pihak.
Dengan semangat diplomasi pendidikan, UII dan Palestina membuka jalan baru untuk menguatkan harapan bagi generasi muda, bagi perdamaian, dan bagi Palestina yang merdeka. (KUD/AHR/RS)
Tingkatkan Kualitas Proposal, PKM Corner UII Adakan Sesi Review Intensif Bersama Reviewer Nasional
PKM Corner UII merupakan unit khusus dibawah koordinasi Direktorat Pembinaan Kemahasiswaan Universitas Islam Indonesia (DPK UII) yang memberikan layanan penuh kepada seluruh mahasiswa aktif UII tingkat sarjana (S1) dan diploma (D3) yang akan ataupun ingin mengikuti kegiatan Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM). Pada Ahad (18/5) PKM Corner UII mengadakan acara Pendampingan Review Proposal PKM. Acara tersebut diselenggarakan di Auditorium Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia. Dibersamai oleh Prof. Akhmad Fauzy, S.Si., M.Si., Ph.D. yang merupakan reviewer PKM tingkat nasional dan juga sekaligus dosen di UII.
Buku panduan penyusunan proposal PKM yang ditulis oleh Prof. Fauzy dinilai sangat membantu mahasiswa dalam memahami mekanisme teknis. Meski demikian, masih terdapat sejumlah kesalahan kecil yang kerap ditemukan dan berpotensi mengurangi nilai proposal. Oleh karena itu, kegiatan pendampingan ini diselenggarakan guna mengoreksi berbagai kekeliruan teknis maupun non-teknis yang kerap luput dari perhatian mahasiswa saat menyusun proposal PKM
Prof. Fauzy menyayangkan bahwa beberapa tahun belakangan ini proposal PKM mahasiswa di UII intensitasnya semakin menurun. Ia bercerita dahulu UII selalu menduduki peringkat satu PTS (Perguruan Tinggi Swasta) se-indonesia dan sepuluh besar di Perguruan Tinggi seluruh indonesia. Prof. Fauzy juga menekankan bahwa proposal yang dikoreksi harus segera diperbaiki karena berkejaran dengan waktu submit yang tak lagi diperpanjang.
Sesi review dilakukan secara menyeluruh dengan mengoreksi setiap halaman, mulai dari daftar isi hingga lampiran. Hasilnya, masih banyak proposal mahasiswa yang belum sesuai dengan acuan dalam buku panduan
Sebagai dosen UII, Fauzy memberikan banyak tips dan koreksi pada proposal PKM yang akan diajukan ke Belmawa. Ia bersedia meluangkan waktu untuk mereview proposal mahasiswa UII agar nantinya lebih banyak lagi proposal yang lolos Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS). (NKA/AHR/RS)
Seminar Karir UII Angkat Isu Peduli Lingkungan
Direktorat Pengembangan Karier dan Alumni (DPKA) Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menggelar Career Seminar pada Sabtu (17/05) dengan mengangkat tema “Redefining Career for Impact: From Passion to Contribution” di Ruang Auditorium Lt. 5 Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) UII. Para peserta yang hadir dalam acara tersebut mendapatkan berbagai pengetahuan berharga dari dua narasumber, Khalifah Nur Ridayanti, S.T (CSR Sustainability PT Noovoleum Indonesia) dan Rafa Jafar (Founder dan CEO eWasteRJ). Kedua narasumber memiliki antusiasme dan profesionalitas dalam upaya menjaga keberlangsungan lingkungan.
Allan Fatchan Gani Wardana, S.H., M.H. selaku Direktur Direktorat Pengembangan Karier dan Alumni (DPKA) UII secara resmi membuka dan memuji penyelenggaraan acara Career Seminar yang kini mengangkat tema kehijauan yang unik dan menarik. Tema keberlangsungan lingkungan yang diangkat Career Seminar kali ini dihubungkan dengan materi peluang karir adalah perpaduan yang kreatif untuk menunjukkan bahwa bekerja tidak hanya soal mencari nafkah, namun juga makna bagi sekitarnya.
Penyampaian materi pertama diawali oleh Khalifah Nur Ridayanti S.T yang juga merupakan alumni Prodi Teknik Kimia UII pada Career Seminar tersebut dan dibersamai oleh Almazya Ayesha selaku moderator.
Khalifah menceritakan kilas baliknya saat masih berkuliah ketika ia beserta teman-temannya mencetuskan pendirian Society of Renewable Energy (SRE) di UII. Berdirinya SRE di UII berawal dari informasi-informasi yang Khalifah dapatkan ketika membangun relasi dengan orang-orang yang memiliki minat yang sesuai dalam berbagai kegiatan yang dilakukannya. Dari sana Khalifah memiliki tekad dan kemauan yang kuat untuk berkontribusi lebih terhadap lingkungan dengan mendirikan SRE. Khalifah menekankan bahwa relasi yang baik dan kemauan yang kuat akan memberikan kesuksesan.
Khalifah menerangkan bahwa masih banyak orang menganggap bahwa bekerja itu hanya untuk sekadar mencari uang. Menurutnya, bekerja tidak hanya soal mencari nafkah, namun juga bagaimana memberikan makna bagi sekitarnya.
Selain itu, Khalifah juga menegaskan berbagai kecerdasan sosial akan memberikan nilai lebih dalam karir, seperti kemampuan public speaking dan komunikasi. “Tidak hanya sekadar bisa berbicara di depan orang lain. Namun, bagaimana cara kita bertukar pikiran dengan orang lain, menjaga hubungan baik itu sangat penting dalam dunia kerja,” terangnya.
Ia juga menambahkan bahwa potensi profesi yang memberikan kontribusi bagi keberlangsungan lingkungan tidak hanya dimiliki lulusan teknik kimia maupun lingkungan. Seluruh bidang ilmu memiliki kontribusi masing-masing dalam penjagaan lingkungan baik itu hukum, ekonomi, komunikasi, dan lainnya.
Kolaborasi adalah hal yang sangat penting bagi lingkungan kerja saat ini, sehingga kemampuan membangun relasi sangat dibutuhkan. “Dimanapun kita berpijak, berkomunikasi kepada siapapun dengan baik sangat penting karena bisa saja seseorang tersebut bisa membantu kita dan menjadi rekan kerja kita kedepannya,” sebut Khalifah.
Penyampaian materi selanjutnya dijelaskan oleh Rafa Jafar. Aktivis lingkungan dan pengusaha muda yang juga merupakan mahasiswa dari Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM) ini membagikan insight yang melatarbelakangi dirinya mendirikan eWasteRJ.
Awalnya, ia selalu memikirkan kemana setiap barang elektronik yang sudah tidak terpakai dibuang. Menurutnya, membuang sampah elektronik itu menyebabkan pencemaran lingkungan dan racun yang memiliki risiko penyakit jangka panjang bagi manusia yang terpapar. Rafa kemudian menemukan bahwa solusi dari permasalahan sampah elektronik adalah mass recycling dan penerapan ekonomi sirkular.
Solusi-solusi ini ditawarkan oleh EwasteRJ yang bergerak untuk memberikan solusi bagi para stakeholder dalam rantai daur ulang sampah elektronik untuk membuat sistem ekonomi sirkular. “Jadi, sekarang banyak bahan baku dasar sudah tidak perlu ambil dari alam lagi, tapi dari daur ulang sampah. Sebetulnya ada resources dari sampah-sampah ini yang dari kita masih banyak mengabaikannya. Padahal, semua barang elektronik yang dibuang bisa menjadi bahan ekonomi sirkular,” jelasnya.
Dalam acara Career Seminar, Rafa sendiri mengajak para peserta untuk berkontribusi dalam gerakan peduli lingkungan dengan mengumpulkan sampah elektronik lewat EwasteRJ. Di lokasi Career Seminar, EwasteRJ menyediakan tempat pengumpulan sampah elektronik yang menampung mulai dari kabel pengisi daya hingga handphone yang sudah tidak terpakai. (AAU/AHR/RS)
UII Terima 105 Mahasiswa Temasek Polytechnic dalam Program GSOST
Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menunjukkan komitmennya dalam memperkuat kolaborasi internasional melalui penyelenggaraan program Global Study Overseas Study Trip (GSOST) bersama Temasek Polytechnic Singapore. Acara yang berlangsung pada Kamis, 15 Mei 2025 ini dihelat di Gedung Kuliah Umum Prof. Sardjito, Kampus Terpadu UII dan dihadiri oleh 105 mahasiswa serta staf pendamping dari Temasek Polytechnic, bersama dosen, staf, dan mahasiswa UII.
Program ini menjadi bagian penting dari agenda internasionalisasi UII yang bertujuan untuk membangun pemahaman lintas budaya, mendorong pembelajaran kolaboratif, serta mempersiapkan mahasiswa untuk menghadapi tantangan global. Melalui sesi akademik, diskusi kelompok, hingga kegiatan sosial dan interaktif, acara ini dirancang sebagai ruang saling belajar yang inklusif dan memperkuat nilai-nilai kewarganegaraan global.
Wakil Rektor Bidang Kemitraan dan Kewirausahaan, Ir. Wiryono Raharjo, M.Arch., Ph.D., menyampaikan apresiasi atas kunjungan ini dan menyambut hangat seluruh peserta dari Temasek Polytechnic. Ia menegaskan pentingnya kerja sama internasional sebagai jembatan menuju pengembangan akademik dan penguatan karakter mahasiswa.
“We believe that partnerships like this are not only about academic exchange but also about building a better understanding of the world we live in,” ujar Wiryono. “It is our hope that through this visit, all of you will experience the richness of Indonesian culture and the warmth of our community.”
Sambutan dari pihak Temasek Polytechnic disampaikan oleh perwakilan rombongan, Mr. Denesh Sreedharan, yang mengungkapkan rasa terima kasih atas penerimaan hangat dari keluarga besar UII. Ia menyatakan bahwa pengalaman belajar lintas negara ini menjadi peluang berharga bagi mahasiswa untuk memperluas wawasan dan menjalin relasi global.
“It is always an enlightening experience to step out of our own environments and learn from others. UII has given us not only academic insights but also heartfelt hospitality,” ucap Denesh. “We are grateful for this opportunity to share and grow together.”
Sesi materi pertama dibawakan oleh Rina Desitarahmi, S.Pd., M.Hum., dengan topik Understanding Culture and Identity. Dalam pemaparannya, Rina mengajak peserta untuk mengenal budaya Indonesia, khususnya Yogyakarta, melalui tradisi seperti sinoman dan salim, serta pentingnya menghargai keberagaman. Suasana cair dan interaktif semakin terasa saat sesi permainan budaya antara Indonesia dan Singapura digelar.
“The most important thing when it comes to cultural differences between places is to understand and respect them, as this helps strengthen the bonds of friendship and unity among us,” kata Rina, menutup materinya. “Embracing diversity allows us to learn from each other and build a more inclusive and harmonious community.”
Pembicara kedua, Mukhammad Andri Setiawan, Ph.D., membawakan topik Managing Digital Life for Well-Being. Ia mengungkapkan kekhawatiran atas waktu berlebihan yang dihabiskan remaja di depan layar, khususnya media sosial, dan dampaknya terhadap kesehatan mental dan fisik.
“Without clear boundaries, excessive use of smartphones—especially social media—can harm our physical and mental well-being, despite the fact that technology, when used wisely, offers valuable opportunities for growth and learning,”ungkap Andri. Ia mengakhiri dengan pernyataan yang menjadi refleksi bersama: “Technology should improve your life, not become your life.”
Setelah pemaparan materi, peserta dibagi dalam sepuluh kelompok untuk membuat poster bertema penggunaan media sosial yang cerdas, bijak, dan berempati. Poster-poster tersebut dipresentasikan satu per satu, membuka ruang diskusi dan refleksi tentang dampak teknologi dalam kehidupan sehari-hari. Dari hasil penilaian, tiga kelompok terbaik mendapatkan penghargaan sebagai bentuk apresiasi kreativitas dan kesadaran mereka akan pentingnya menjaga ruang digital yang sehat.
Kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang kompetisi, tetapi juga sarana edukasi yang menguatkan kesadaran kolektif tentang pengelolaan digital yang sehat di era teknologi. Melalui pendekatan kreatif dan kolaboratif, program GSOST berhasil mempererat hubungan lintas budaya antara mahasiswa UII dan Temasek Polytechnic.
Harapannya, pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh selama program ini dapat mendorong mahasiswa untuk terus membuka wawasan, menghargai keberagaman, dan memanfaatkan teknologi secara bijak. Dengan demikian, UII semakin konsisten membentuk generasi yang kompeten, berwawasan global, dan siap menghadapi tantangan masa depan. (IMK/AHR/RS)