Pembangunan Inklusif dan Masyarakat Madani di Era Industri

Kunci kemajuan peradaban suatu bangsa adalah pembangunan yang merata dan memiliki dampak yang berkelanjutan di berbagai bidang. Memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) dan Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah, menjadi salah satu keuntungan bagi Indonesia untuk menjadi negara dengan kekuatan ekonomi dan politik yang kuat, khusunya di wilayah Asia.

Berkaitan dengan hal tersebut, Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Islam Indonesia (DPPM UII) menggelar “Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat dengan Tema Pembangunan Inklusif dan Masyarakat Madani di Era Industri”. Acara yang digelar pada Kamis (19/10) di Auditorium Lt.4 Fakultas Hukum (FH) UII ini menghadirkan Kepala Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Sosial Humaniora Badan Riset dan Inovasi Nasional Republik Indonesia (BRIN RI), Prof. Dr. Ahmad Najib Burhani, M.A., serta Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Program Doktor UII, Prof. Jaka Sriyana, S.E., M.Si., Ph.D., sebagai pembicara kunci.

Ketua Panitia Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Dr.rer.soc. Masduki, S.Ag. dalam laporannya menyampaikan peserta seminar hasil penelitian tahun ini berasal dari berbagai daerah di Indonesia.

“Para peserta kita hari ini itu berasal dari 13 Perguruan Tinggi di seluruh Indonesia, kalau provinsinya ada 5, yang paling jauh dari Sumatera Selatan kemudian dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan dari Jogja. Dari universitas yang juga hadir ada dari Palembang (Sekolah Tinggi Ilmu Hukum), Universitas Telkom dari Jawa Barat, dari Jawa Tengah ada Universitas Pekalongan, dari Jakarta ada Politeknik Negeri dan seterusnya,” jelas Masduki yang saat ini juga sebagai Kepala Pusat Penelitian UII.

Direktur Penelitian dan Pengabdian Masyarakat UII, Eko Siswoyo, ST., M.Sc.ES., Ph.D. berharap dari penyelenggaraan seminar hasil penelitian ini dapat tercipta kolaborasi. “Harapannya ada interaksi di antara peserta seminar, bukan hanya menjadi wahana untuk menyampaikan penelitian, tetapi juga yang paling penting adalah bisa berinteraksi, bersilaturahmi, dan menghasilkan kolaborasi lebih lanjut. Forum ini adalah forum ilmiah di mana bapak/ibu sekalian selain menyampaikan paparan juga dapat berkolaborasi, termasuk dengan keynote,” tuturnya.

Sementara Prof. Ahmad Najib Burhani dalam paparannya memprediksi proyek Sustainable Development Goals (SDGs) akan meleset dari target. “Target SDGs itu akan meleset, hanya 10% yang tercapai dari target SDGs yang tahun 2015 lalu yang dicanangkan di PBB, kebanyakan atau hampir semua itu meleset, dan perlu hampir 42 tahun kemudian kita bisa mencapai tujuan dari SDGs ini,” paparnya.

Menanggapi pesatnya perkembangan teknologi, Prof. Ahmad Najib Burhani berharap manusia dapat lebih bijak dalam memanfaatkan kecanggihan teknologi. Menurutnya, teknologi yang menawarkan kemudahan bagi manusia, terkadang dapat memisahkan manusia dari dirinya sendiri dan juga kemanusiaan, dimana dampak terburuk bagi teknologi adalah bisa mengancam eksistensi manusia.

“AI (Artificial Intelligence) itu bisa diibaratkan sebagai black box (kotak hitam) sebuah misteri dan tanda tanya bagi kita semuanya, kita saat ini berada dalam tahapan euforia dengan temuan IPTEK ini, kita senang dan gegap gempita dalam menggunakannya namun kita harus sadar bahwa AI itu kita sebutnya adalah sebagai learning machine,” paparnya menanggapi pengaruh AI bagi manusia.

Lebih lanjut dikemukakan Prof. Ahmad Najib Burhani, dampak terburuk pemanfaatan teknologi adalah menurunnya partisipasi manusia di berbagai bidang pekerjaan, bahkan data manusia dapat teridentifikasi dengan mudah dan disalahgunakan.

“AI itu bukan cuma mengatur hidup manusia melainkan juga mendehumanisasi kita, AI itu dalam prakteknya, mendegradasi manusia sebagai sekumpulan data, datafication of human. Pada mulanya, manusia mendesain algoritma pada gilirannya algoritma yang mendesain kita, algoritma misalnya mendesain manusia dalam mengkonsumsi berita sebagai sekumpulan data, data itu lantas mengatur media dan jurnal untuk menulis dan mempublikasikan berita umpan click, clickbait,” terang Prof. Ahmad Najib Burhani.

Dari kacamata ekonomi, Prof. Jaka Sriyana melihat Indonesia akan menjadi negara dengan ekonomi yang membaik dalam beberapa tahun ke depan. “Di tahun 2045 nanti Indonesia akan menjadi negara ke-5 rangking di dunia secara ekonomi, angka harapan hidup dari 71 menjadi 75,  dan tingkat pengangguran juga turun menjadi sekitar 3%,” jelasnya.

Kunci utama inklusivitas menurut Prof. Jaka Sriyana adalah kesejahteraan sosial. “Kalau kita bicara tentang inklusif, yang pertama adalah pertumbuhan ekonomi yang tinggi, ini syaratnya karena sebab kalau tidak adanya pertumbuhan ekonomi tentu kita tidak akan sampai pada peningkatan perkapita, dan kita akan masuk ke trap tadi dan kemudian yang kedua poverty dan ketimpangan, kemiskinan dan ketimpangan ekonomi, inilah kunci inklusivitas,” terangnya.

Prof. Jaka Sriyana menyebut UMKM sebagai sektor yang paling berpengaruh terhadap peningkatkan PDB Indonesia. “Salah satu potensi yang perlu dikembangkan untuk meningkatkan inklusif ini adalah ekonomi digital, khusus di digital ini juga terkait Usaha Kecil Menengah di negara kita ini,” tuturnya.

“60% PDB yang kita ceritakan soal pendapatan nasional tumbuh sekian persen itu 60,5 persennya kontribusi dari UMKM, jadi UMKM itulah yang sebenarnya berkontribusi 60% lebih, baru 40%nya perusahaan-perusahaan besar, artinya betapa pentingnya sektor ini di dalam meningkatkan atau berkontribusi terhadap pendapatan nasional,” tandas Prof. Jaka Sriyana. (JR/RS)