Pengembangan Energi Hijau Masih Tuai Pro dan Kontra

Pemakaian energi pada sektor industri di negara berkembang terus meningkat dari waktu ke waktu. Menurut International Energy Agency (IEA), pada tahun 2014, jumlah keseluruhan pasokan energi primer ke dalam ekonomi dunia berada dibawah 160.000 TWh. Fenomena ini dikaji oleh Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Islam Indonesia (UII) dan Universiti Teknologi Petronas (UTP) melalui seminar “Green Energy For Sustainable Development”. Acara seminar itu dilaksanakan di Aula Utara FE UII Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta pada Rabu (9/5).

Seminar yang dimoderatori oleh Rokhedi Priyo Santoso, SE, MIDEc ini diisi oleh Mr. Md Akhir bin Mohd Sharif Selaku dosen dari UTP, Dr. Ahmad Shahrul Nizam selaku dosen dari UTP dan Dr. Eko Atmadji M.Ec selaku dosen dan pengamat ekonomi FE UII.

Mr. Md Akhir bin Mohd Sharif, dalam materinya membahas mengenai Keseimbangan Antara Kebutuhan energi untuk pertumbuhan, perkembangan ekonomi, dan lingkungan hijau. “Semua sumber-sumber energi mempunyai dampak terhadap lingkungan, baik itu batubara, minyak, gas bahkan energi yang berasal dari fosil binatang. Namun energi tersebut membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan juga Gross Domestic Product (GDP) dari suatu negara sehingga di sisi lain bisa meningkatkan kesejateraan masyarakat.” Jelasnya.

Sementara Dr. Ahmad Shahrul Nizam, membahas dampak industri migas dan masa depan energi terbarukan. Ia merangkum dampak itu dalam beberapa hal, yakni dampak bagi kesejahteraan ekonomi masyarakat, dampak penurunan kualitas kesehatan pekerja migas, dampak keamanan, dan kerusakan lingkungan.

Ia juga menjelaskan potensi energi terbarukan, seperti Biomass, sinar matahari, air, angin dan geothermal. Menurutnya kunci masa depan energi terbarukan adalah adanya teknologi dan kebijakan pemerintah yang mendukung hal itu.

Sedangkan pembicara Dr. Eko Atmadji M.Ec membahas dampak lingkungan dari penggunaan energi fosil baik untuk kendaraan bermotor maupun pembangkit listrik. “Adanya polusi yang dihasilkan dari energy fosil yaitu karbon monoksida, karbon dioksida, zat Timbal atau Lead yang dihasilkan dari gasoline, serta sulfur dioksida dan sufur trioksida. Penggunaan batubara untuk menghasilkan sebuah energy akan berdampak pada munculnya debu batubara yang akan sangat membahayakan bagi manusia.” Terangnya.

Eko Atmadji menambahkan terobosan baru yaitu Green energy masih mendapat banyak tantangan yaitu antara lain biaya yang dibutuhkan untuk membangun sebuah energy sangat besar, pembangunan sebuah kontruksi untuk mengolah green energy lebih berbahaya dan juga dalam membangun green energy tersebut juga menghasilkan banyak polusi yang dihasilkan dari baterai. (RRA/ESP)