Pentingnya Peran Keluarga Bagi Dunia Pendidikan

Pusat Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Islam Program Studi Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Indonesia (PAI UII) menyelenggarakan Webinar#1 Kajian Pemikiran pendidikan Islam pada kamis (25/6). Webinar mengangkat judul Membaca Masa Depan Pendidikan Islam Pasca Pandemi dengan narasumber Asisten Staff Khusus Presiden Gugus Tugas Pesantren, Gus Romzi Ahmad dan Pengamat Kebijakan Pendidikan & Dosen Program Studi PAI UII, Drs. Aden Wijdan SZ, M.SI.

Dalam sambutannya, Ketua Program Studi PAI Program Sarjana UII Moh. Mizan Habibi, M.Pd.I mengharapkan dengan adanya webinar ini mampu memberikan kemanfaatan dalam pendidikan sehingga pengembangan pendidikan Islam berjalan dengan ideal.

Drs. Aden Wijdan SZ, M.SI. dalam paparannya menjelaskan tentang kondisi pendidikan Islam sebelum pandemi yang secara umum kondisinya tak jauh berbeda dengan pendidikan umum seperti biasanya. Di sisi lain kondisi yang terjadi ketika pandemi, semua orang dituntut belajar dari rumah. Covid-19 mendudukkan rumah (work from home) dan keluarga sebagai lembaga vital dalam memutus mata rantai penularan.

Ia juga menyebutkan pesan yang dialamatkan pada dunia pendidikan sebagai salah satu lembaga penjaga nilai. Melakukan revitalisasi fungsi keluarga sebagai institusi pendidikan yang vital, dengan kata lain tanggungjawab pertama dan utama pendidikan ada di tangan orang tua.

“kita menyaksikan bahwa sistem pendidikan nasional, sekarang ini sudah merebut terlalu jauh posisi peran keluarga, karena terlalu jauhnya orang tua melepas anaknya untuk memasuki dunia pendidikan. Banyak orang tua yang mengeluh di tengah pandemi ini ternyata berat mendidik anak. Kemudian, secara spontan mengungkapkan apresiasinya terhadap guru,” ucapnya.

Gus Romzi Ahmad menyampaikan bahwa untuk menyelesaikan masalah pendidikan diperlukan pemahaman atas apa yang terjadi di masa lampau dan mengamati fenomena yang terjadi saat ini serta diperlukannya persiapan untuk menghadapi hal-hal yang kemungkinan terjadi di masa yang akan datang.

”Segala hal yang kita berikan dalam mendidik anak-anak saat ini bukan untuk menyelesaikan permasalahan hidupnya di hari ini, tapi untuk membantu dia berkembang di kehidupan yang akan datang. Pendidikan itu harus sesuai dengan zaman, karena murid-murid yang sedang kita didik itu tidak hidup di zaman kita tapi mereka akan hidup dizaman mereka,” jelasnya.

Gus Romzi juga memaparkan pentingnya peran kaum milenial untuk mengambil bagian dalam dunia pendidikan karena mempunyai tiga potensi. Yang pertama Tech Savvy, yaitu kemampuannya yang mahir dalam melibatkan teknologi internet.

Kedua, empathy kemampuannya dalam melihat keadaan serta rentang jarak mereka yang tidak jauh dengan generasi post milenial. Ketiga, flexibility kemampuannya untuk bergerak bebas dan berfikir luas, kreatif dan inovatif. “Karenanya diharapkan adanya pergerakan dari kaum milineal untuk berkontribusi penuh terhadap kemajuan pendidikan di Indonesia,” tuturnya. (HA/RS)