Prestasi Sebagai Alat untuk Menghilangkan Overthinking

Mindset

Program Studi Kimia Universitas Islam Indonesia (UII) melalui Chemistry Student Competition Center UII (CSCC UII) mengadakan sosialisasi Mahasiswa Berprestasi (Mapres) bertemakan “Eliminate Overthinking with achievement”. CSCC sendiri merupakan sebuah wadah bagi para mahasiswa UII Program Studi Kimia yang memiliki semangat mengikuti berbagai ajang perlombaan skala nasional maupun internasional.

Webinar sosialisasi MAPRES yang diadakan pada Sabtu (26/2) tersebut menghadirkan Nadya Anggraini A.Md. Ia merupakan MAPRES utama Universitas Gadjah Mada untuk program diploma pada tahun 2020 dan juga MAPRES nasional 5 untuk program diploma di tahun yang sama.

Pada acara tersebut, Pembina CSCC UII Wiyogo Prio Wicaksono M.Si. memberikan sambutan dan pesan untuk para mahasiswa yang tertarik berkiprah di ajang prestasi nasional.

“MAPRES ini merupakan ajang tahunan bergengsi yang diadakan Dikjen Dikti, tahapannya mulai dari seleksi universitas hingga level nasional, seperti yang kita ketahui bahwa setiap tahunnya kita sudah berpartisipasi meskipun belum berhasil sampai ke nasional,” ujarnya.

“Jadi harapannya adalah angkatan baru dapat mempersiapkan segalanya untuk MAPRES ini dalam waktu dan strategi yang matang, karena untuk menjadi MAPRES ini tidak instan dan singkat,” imbuh Wiyogo.

Wiyogo turut memberikan dukungannya kepada para mahasiswa UII, terutama para mahasiswa Program Studi Kimia. “Mahasiswa Kimia UII punya potensi dan pengalaman yang baik di perlombaan level nasional, sehingga untuk menjadi MAPRES bukan merupakan hal yang mustahil bagi mahasiswa Kimia UII, ada kesempatan yang terbuka lebar untuk itu,” paparnya.

“Jadi silahkan disimak dan diperjuangkan apa yang telah dijelaskan nanti, semoga banyak inspirasi yang dapat digali terkait MAPRES nanti, InsyaAllah prodi (Program Studi) akan selalu support untuk kegiatan positif seperti ini,” sambung Wiyogo.

Sementara itu, Menurut Nadya Anggraini overthinking merupakan salah satu masalah bagi para mahasiswa generasi sekarang ini. “Overthinking ini seringkali menyerang diri kita di usia kita seperti sekarang ini, usia dimana kita sedang mencoba untuk mencari jati diri, apalagi saat ini sedang ada pandemi, yang mana mungkin dapat menambah beban pikiran kita, dan yang paling penting adalah banyak hal hal yang tidak bisa kita lakukan saat pandemi seperti saat sebelum pandemic.” tuturnya.

Merespon hal tersebut, ia juga memberikan pencerahan kepada para peserta untuk dapat meluruskan niat dalam berkuliah agar kedepannya sesuatu yang baik akan didapat dan bermanfaat bagi masa depan. Menurutnya, menjadi seorang mahasiswa bukan hanya belajar untuk memaksimalkan dan memanfaatkan diri sendiri, tetapi juga harus bisa bermanfaat bagi orang lain dalam hal kebaikan.

Nadya menerangkan bahwa dalam diri mahasiswa berprestasi itu harus terdapat paket lengkap. Paket lengkap yang dimaksud yaitu seseorang yang tidak hanya berprestasi di bidang akademik, namun juga berbagai bidang lainnya, termasuk harus memiliki pengalaman dalam pengabdian masyarakat dan kepemimpinan organisasi.

Ia sangat yakin bahwa setiap perjalanan seseorang pasti ada hambatan atau rintangan, hal tersebut terbukti dengan pengalamannya yang pernah gagal hingga 8x dalam seleksi Perguruan Tinggi Negeri (PTN) melalui berbagai jalur, sebelum akhirnya diterima di Universitas Gadjah Mada (UGM).

“Dalam perjalanan meraih kampus yang aku mau, aku pernah gagal dalam 8x percobaan masuk perguruan tinggi, hingga pada akhirnya di tahun 2017 aku diterima sebagai mahasiswa di UGM setelah mencoba berbagai jenis tes untuk masuk PTN”, ungkapnya.

Pada akhir sesi, Nadya memberikan pernyataan yang menarik terkait dirinya dan sebagai motivasi bagi kita semua. “Aku tidak boleh menjadi mahasiswa yang biasa-biasa saja, karena kesempatan untuk kuliah tidak semua orang bisa dapatkan, hal itu merupakan sebuah privilege yang sudah dikasih sama Allah untuk kita agar kita dapat mengembangkan diri dan kemudian bermanfaat bagi orang lain,” ungkapnya.

Berbagai pengalaman yang pernah kita lalui pada dasarnya bisa menjadi cerita buat diri kita sendiri, hal seperti itu bisa menjadi pengalaman yang sangat berarti dan berdampak pada diri kita”, tutup Nadya. (JR/RS)